Anda di halaman 1dari 11

Nama : Masita Febriani Madjid

NIM : 1902016073
Mata Kuliah : Etika Administrasi Negara
Dosen : Tri Susilowati, S. Sos., M. Si
Program Studi : Administrasi Publik (B) 2019
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Tugas Ujian Akhir Semester


 Merangkum Video Webinar Nasional Mengenai Dinamika Pelayanan Publik
Masa Pandemi Covid-19 di Kalimantan Timur dengan Menekankan pada Nilai
Etika.
1. Rangkuman
Kepala Dinas Penanaman Modal Terpadu Satu Pintu (DPMTSP) Jusmaramdhana
Alus, SH, M.Si menjelaskan bahwa akibat dampak dari Covid-19 segala sesuatu yang
awalnya berjalan secara normal dan terbiasa dilakukan secara langsung menjadi
otomatis segala sesuatu nya langsung berubah secara total. Hal ini mendorong untuk
mengadakan inovasi layanan yang awalnya dilakukan secara tatap muka beralih
menjadi layanan online. Berdasarkan Surat Edaran Gugus Tugas Percepatan
Penanganan Covid-19 Kota Samarinda Tentang Fase Relaksasi Tahap Pertama
Pengendalian Covid-19 di Kota Samarinda bahwa OPD (Organisasi Perangkat
Daerah) pelayanan publik Kota Samarinda (termasuk Mal Pelayanan Publik Kota
Samarinda) telah memasuki fase relaksasi sejak tanggal 1 Juni 2020 dengan
memperhatikan standar dan protokol kesehatan.
Pada awal pandemi Covid-19, Pemerintah Kota sebagaimana dilaksanakan oleh
beberapa Pemerintah Kota di provinsi lain menerapkan WFH (Work From Home)
yang mana dalam hal ini DPMTSP Kota Samarinda berupaya maksimal memberikan
pelayanan kepada masyarakat dengan layanan non tatap muka dengan menggunakan
aplikasi ataupun metode yang mudah untuk diterima masyarakat dalam bentuk
menggunakan layanan WhatsApp yang nomor layanan tersebut di informasikan dan
disebar luaskan melalui media massa elektronik maupun media cetak lainnya berupa
TV, radio, surat kabar, website maupun sosial media Facebook dan Instagram yang
dimiliki.
Dalam hal operasional masih tetap melayani dengan mekanisme layanan tatap
muka dan tetap memberlakukan pola kerja bergantian untuk bagian office yang
awalnya bekerja secara full team selama Work From Home hanya memperkerjakan
sebanyak enam tenaga kerja untuk tetap bisa melayani masyarakat dengan
menggunakan standar operasional prosedur kesehatan. Pada fase relaksasi tatanan
normal baru Mal Pelayanan Publik menerapkan ketentuan yang diketahui bahwa di
lingkungan DPMTSP Kota Samarinda adalah kawasan wajib menggunakan masker
dengan beberapa tambahan prosedur kesehatan diantaranya wajib pemeriksaan suhu
badan, wajib melaksanakan cuci tangan di tempat wastafel yang telah disediakan di
tempat terbuka yang mudah diakses di seluruh masyarakat Samarinda, termasuk juga
menyediakan handsanitizer di beberapa lokasi yang mudah terjangkau di seluruh
lapisan masyarakat dan pengguna layanan di dinas tersebut dan yang terakhir adalah
menjaga jarak antar pengunjung yang datang berurusan.
Dalam hal mengantisipasi dan mengurangi angka penyebaran yang tidak
diinginkan maka dilakukan tolak pendekatan antara masyarakat yang berkunjung
dengan tenaga-tenaga kerja yang bekerja di lingkungan DPMTSP dengan
memperhatikan seluruh personil untuk menggunakan masker dan wajib menggunakan
sarung tangan dan peralatan face shield termasuk pula pendekatan di meja masing-
masing petugas. Mengurangi jumlah antrian dengan tujuan menghindari terjadinya
penumpukkan masyarakat di dalam ruangan dengan menyediakan fasilitas ruang
tunggu transit dibagian halaman depan termasuk juga dalam hal mengarahkan untuk
melakukan sistem antrian secara online melalui aplikasi Android dimana pengunjung
dapat mendapatkan nomor antrian sesuai urusannya dan bisa memprediksi kapan
mereka bisa datang ke dinas untuk berurusan tanpa harus melakukan proses antrian
yang panjang di dinas. Total pelayanan sebanyak 149 layanan diantaranya terdiri dari
118 Organisasi Perangkat Daerah yang ada di Pemerintah Kota, 18 layanan untuk 4
Kementerian dan Kelembagaan dan 12 untuk 7 BUMN dan BUMD.
Inovasi sistem pendaftaran dan pengaduan izin berusaha dilakukan secara online
dan layanan pendaftaran dan pengaduan online perizinan dan non perizinan dilakukan
melalui aplikasi SIPO (Sistem Informasi Pegawai Online) untuk izin pendelegasian
dan aplikasi OSS (Online Single Submission) untuk perizinan berusaha secara
elektronik dan dapat diakses oleh seluruh masyarakat kota secara mudah melalui
Android.
Mal Pelayanan Publik Kota Samarinda dengan beberapa jenis layanan telah
kembali secara normal beroperasi walaupun tidak secara maksimal. Dalam hal
pencapaian pendapatan hasil daerah untuk triwulan pertama diawal masa pandemi
berhasil tercapai termasuk sampai dengan fase relaksasi tahap ketiga dimana
merupakan tahap pertemuan dengan pengguna ataupun masyarakat pencapaian target
pendapatan hasil daerah Kota Samarinda berhasil lampaui.
Dekan FISIP Wijaya Putra Surabaya dan Pengurus DPP Pusat Indonesian
Association of Administration Dr. Sri Juni Woro Astuti, M.Com menjelaskan bahwa
hal yang paling terkena dampak besar dari Covid-19 ini adalah bisnis dan ekonomi,
pengangguran dan kemiskinan, mengacaukan bidang kesehatan, mengganggu sistem
pendidikan dan sosial kemasyarakatan. Sektor yang paling terdampak di Jawa Timur
adalah sektor pariwisata yang diantaranya termasuk restoran, perhotelan, dan travel.
Pemerintah telah melarang beroperasinya transportasi publik sejak bulan Maret
hingga Juni yang kemudian kembali beroperasi. Hal ini tentu merupakan masalah dan
dampak yang besar bagi bisnis perdagangan dan industri karena masyarakat yang
mata pencahariannya dibidang transporasi apalagi transportasi online sangat
mengalami dampak yang diakibatkan oleh Covid-19.
Sumber dari penanganan masalah Covid-19 ini adalah di public service karena
sebelum adanya wabah Covid-19 masih ada masyarakat golongan rentan yang belum
bisa mencukupi kebutuhan mereka sendiri masih dan banyak dari mereka yang masih
berharap kepada pemerintah bagaimana pemerintah mendistrisbusikan sumber daya
untuk membantu dan mengangkat kemiskinan apalagi saat adanya pandemi yang
tidak diduga sebelumnya yang mengakibatkan masyarakat dan pemerintah tidak siap
maka beban pemerintah menjadi berlipat ganda maka semua berharap pemerintah
dapat menyelesaikan kebutuhan-kebutuhan yang mendasar di masyarakat karena ini
merupakan salah satu tugas utama pemerintah. Target MDGS (Millennium
Development Goals) dan SDGS (Sustainable Development Goals) tentu akan
terganggu dalam pencapaiannya.
Dalam peran Aparatur Sipil Negara untuk bisa mencapai agenda 2030 salah satu
yang terpenting adalah penyediaan public service, perencanaan kebijakan dan
strategi, pengembangan insfrastruktur, mobilisasi dan pemanfaatan sumber daya,
pemantauan dan evaluasi, pengembangan kapasitas SDM dan kelembagaan. Peran
utama pemerintah dalam hal ini adalah untuk mensejahterakan masyarakat seperti
kebutuhan makan tidak kurang, kesehatan, pekerjaan, tempat tinggal, sandang
(pakaian) dan pendidikan yang merupakan hal terpenting sebagai prasarana
prakondisi yang dibutuhkan untuk mencapai masyarakat sejahtera. Hal lain yang
perlu diperhatikan adalah bagaimana tuntutan masyarakat terhadap peran aparatur
publik di era pandemi serta memastikan kesinambungan layanan publik yang
mengedepankan kepentingan publik yang mendorong pemerintah harus dapat berpikir
cepat, kreatif dan inovatif. Agar pelayanan publik bisa terlaksana dan terproses
dengan cepat maka pemerintah harus responsif terutama dengan kondisi di daerah
masing-masing. Layanan informasi yang akurat merupakan hal yang sangat penting
di masa pandemi ini karena masyarakat perlu di edukasi dan mendapat informasi
yang akurat, dan menjamin kredibiltas pemerintah. Jadi, ketika pemerintah membuat
statement harus kredibel jangan sampai kemudian statement yang satu dibantah oleh
statement yang lainnya. Alokasi sumber daya pun harus akuntabilitas dan distributif
karena masyarakat di Indonesia sifatnya sangat heterogen dan ini perlu diatur secara
distributif sumber-sumber daya yang terbatas pertumbuhannya harus benar-benar
terdistribusikan sesuai dengan sasaran. Dalam penerapan nya diperlukan
kepemimpinan yang kolaboratif dimana seorang pemimpin bisa melakukan kerja
sama yang baik dengan semua pihak.
Terdapat tiga aspek kebijakan dasar dari kesehatan yaitu penetapan bencana non
alam Covid-19 sebagai bencana nasional, kebijakan Pembatasan Sosial Berskala
Besar, panduan pencegahan dan pengendalian Covid-19 di tempat kerja perkantoran
dan industri. Dalam bidang kesehatan yaitu keringanan pinjaman bank, menurunkan
suku bunga, diskon pajak dan lain-lain. Untuk bidang sosial memperkuat jaringan
penanganan sosial bagi masyarakat terdampak. Semua itu akan efektif dan tidak
efektif tergantung pada implementor yang ada di daerah yang terdapat dalam koridor
public service. Kinerja birokrasi menjadi salah satu garda terdepan di dalam
penanganan di era pandemi ini dengan meningkatkan digitalisasi birokrasi seperti
pelayanan publik berbasis teknologi namun tetap memperhatikan bagaimana
pelayanan itu tetap memenuhi standarisasi. Untuk dapat melakukan pelayanan yang
baik tentu memerlukan sikap profesionalisme dari sumber daya manusia aparatu.
Terdapat empat langkah untuk melawan Covid-19 di Surabaya yaitu promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dalam kondisi seperti ini terdapat pelajaran yang
dapat diambil adalah pelayanan publik tidak hanya tentang bagaimana memenuhi
kebutuhan saat ini tetapi harus mengantisipasi kondisi krisis. Di masa depan, setiap
entitas layanan publik harus tahu sebelumnya bagaimana cara bertindak tergantung
pada jenis krisis.
Prof. Dr. Hj. Aji Ratna Kusuma, M.Si dalam memberikan materi nya yaitu Inovasi
Pelayanan Publik di Masa Pandemi Covid-19 menjelaskan bahwa apa yang akan
dicapai dalam pelayanan publik adalah menyediakan jasa-jasa publik dan pelayanan
yang adil dan tidak diskriminatif. Dalam Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003
Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government mengatur
tentang penyelenggaraan pemerintahan yang berbasis pada penggunaan elektronik
dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik secara efektif dan efisien.
Dalam rangka menindaklanjuti Instruksi Presiden, Permenpan RB melakukan
kegiatan yang di lombakan yaitu dalam wujud memotivasi Pemerintah Daerah dan
seluruh jajarannya untuk berinovasi dengan teknologi di dalam memberikan
pelayanan-pelayanan publik kepada masyarakat yang dulunya dikenal sebagai
pelayanan secara konvensional yaitu pelayanan dengan sistem datang secara langsung
birokratis dan kadang-kadang dengan biaya yang tinggi, terlalu lama dengan
dokumen yang bersusun-susun, maka inovasi ini ditujukan untuk memperbaiki
kualitas pelayanan yang tadinya pelayanan yang selalu dikeluhkan masyarakat
menjadi efektif dan efisien dengan mencapai sasaran yang tepat bertujuan untuk
memberi kepuasan kepada publik. Di dalam inovasi-inovasi itu tidak terlepas dari
sistem, metode dan teknologi dengan tujuan menurunkan biaya karena dengan adanya
teknologi dapat mengurangi biaya-biaya yang tidak terduga, tujuan akhir dari semua
itu adalah untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah yang
sudah memudar terhadap pelayanan yang diberikan oleh pemerintah.
Inovasi yang diciptakan memerlukan kreatifitas tujuannya adalah untuk
mempercepat kualitas pelayanan. Instruksi tersebut tidak direspon sama oleh masing-
masing Pemerintah Daerah, karena ada daerah Kabupaten/Kota dan lembaga-lembaga
negara yang merespon hal itu secara cepat dan ada pula yang memberikan respon
biasa saja. Hal ini dapat dilihat dari semua Kabupaten/Kota yang ada baru 217
kabupaten/kota yang benar-benar sudah melaksanakan E-Government secara
keseluruhan. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil memiliki data yang telah
terhubung dengan elektronik hanya terdapat 497 Kabupaten/Kota dari 517 seluruh
Indonesia, artinya masih terdapat Kabupaten/Kota yang belum merespon instruksi
tersebut untuk melaksanakan pemerintah berbasis teknologi di daerahnya masing-
masing. Permasalahan yang ditimbulkan adalah terkait anggaran karena
melaksanakan pemerintahan berbasis teknologi memerlukan anggaran dan
infrastruktur yang cukup, sumber daya manusia yang melaksanakan sistem
pemerintah berbasis elektronik pun diperlukan sumber daya manusia yang dapat
beradaptasi dengan teknologi secara tepat dan masyarakat yang sebagai objek
pemerintahan yang bisa saja terkejut dengan layanan yang harus online
Hal pertama yang menjadi fokus dan tujuan utama pemerintah untuk memberikan
perhatian terhadap pelayanan ketika Indonesia terpapar Covid-19 pada saat itu adalah
Pasien yang Terinfeksi (positif), Pasien Dalam Pengawasan, Orang Dalam
Pemantauan dan rumah sakit serta tenaga medis. Maka, pada saat itu perhatian
pemerintah hanya terfokus pada pelayanan pemerintah dalam hal-hal tersebut, belum
terpikirkan bagaimana dampak yang akan ditimbulkan setelahnya karena
ketidaksiapan atas wabah yang datang secara tiba-tiba. Hal itu menyebabkan rumah
sakit dalam keadaan harus bekerja ekstra keras menyiapkan ruangan menyiapkan
fasilitas, APD (Alat Pelindung Diri) dan itu semua menyita anggaran yang luar biasa
besar.
Pada bulan April, masyarakat yang terdampak sangat cepat. Semua terdampak
serentak dalam aspek kehidupan, hal itu mendorong adanya kebiasaan baru pada awal
bulan April yang belum pernah dilakukan selama ini yaitu pemerintah membuat
sebuah kebijakan tidak boleh berhenti memberikan pelayanan dengan cara yang
berbeda atau mengalihkan pelayanan ke sistem yang disebut Work From Home. E-
Government yang diluncurkan oleh pemerintah melalui Inpres Nomor 3 Tahun 2003
telah menuai hasilnya sekarang. Melalui pembelajaran proses selama 17 tahun dengan
berbagai inovasi pelayanan yang dilakukan oleh aparatur pemerintah pusat hingga ke
daerah. Sekarang ini tinggal bagaimana pemerintah dapat memodifikasi dan
mengoptimalkan pelayanan yang telah ada tetapi dasarnya telah dilakukan oleh
pemerintah sepanjang 17 tahun ini. Masyarakat banyak berharap pada pemerintah
tidak terkecuali yang di PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) pun berharap dari
pemerintah. Oleh karena nya pelayanan tidak boleh berhenti, berkat pelayanan publik
berbasis elektronik pemerintah pun bekerja secara terukur apa yang harus dikerjakan
dan terencanakan secara benar dengan memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang ada,
serta memperhatikan anggaran mana yang harus diprioritaskan untuk ditangani.
Dalam kondisi ini pemerintah harus adil dan tidak diskriminatif. Pelaksanaan secara
daring dan luring, responsif, adaptif dan produktif adalah hal yang menjadi pelopor
dalam menerapkan protokol kesehatan. Langkah pemerintah dalam situasi dan
kondisi seperti ini harus dapat menyederhanakan birokrasi serta informasi
disampaikan secara terbuka pada masyarakat dengan memperhatikan standar
pelayanan dan anggaran.
Hambatan pelayanan dimasa pandemi diantaranya adalah kualitas sumber daya
manusia, infrastruktur/jaringan telekomunkasi, anggaran, budaya masyarakat dan
aspek geografis. Kalimanatan Timur dalam memberikan pelayanan ruang lingkup
kesehatan seperti halnya menyiapkan Alat Pelindung Diri yang cukup, obat-obatan
yang cukup dan kapasitas rumah sakit yang memadai. Untuk pemulihan ekonomi saat
ini belum dapat dipulihkan karena hal ini merupakan persoalan dampak yang
ditimbulkan dan bencana non alam ini pun belum berhenti, namun upaya pemulihan
ekonomi harus terus dilakukan misalnya dengan bekerja bergantian supaya yang
awalnya dipekerjakan di rumah dapat kembali mendapatkan gaji dan bantuan sosial
didistribusikan secara teratur dan diberikan kepada yang berhak.
Dr. Riant Nugroho, M.Si menjelaskan bahwa kebijakan publik memiliki empat
level yaitu 1. Level strategic (strategis); 2. Level crisis (krisis); 3. Level catastrophic
(katastropik); dan 4. Level extinction (pemusnahan). Public policy merupakan
kebijakan level 3. Namun, hanya memberikan respon level 1 karena yang namanya
strategis berarti dilakukan sungguh-sungguh maka yang terjadi adalah kebijakan
publik untuk pandemi Covid-19 sifatnya hanya sekadar protokol-protokol saja yang
artinya kita masih below the first level. Terdapat cara bagaimana dapat menumbuhkan
perekonomian dan memberhentikan virus rumusnya adalah fungsi dari se-per
pergerakan manusia 1/mp (mobility of people/population) dan fungsi dari pergerakan
orang artinya semakin meningkat perlawanan untuk Covid-19 maka semakin turunlah
ekonomi, hal itu menjadikan yang namanya collateral damage yang menyebabkan
perlumpuhan ekonomi di Amerika dan membuat ekonomi di Indonesia pun ikut
lumpuh. Maka adanya bencana non alam Covid-19 ini pelayanan publik menjadi
sasaran kritik. Dalam buku In Government We Trust dikatakan bahwa pada era
internasional terrorism dan global internet distrust tanggung jawab pemerintah makin
tinggi apalagi di era pandemi. Di Inggris telah dibentuk yang namanya The Prime
Minister’s Delivery unit sejak zaman Tony Blair yang memastikan kebijakan-
kebijakan pemerintah tersampaikan atau terkirim. Masyarakat sangat concern pada
pelayanan publik karena jika pemerintah dapat memberikan pelayanan publik yang
bermutu tinggi maka rakyat pemerintah dapat produktif menerapkan produktivitas
nasional dan akhirnya mencapai tahap kedayasaingan nasional.
Pada kondisi normal, produktivitas masyarakat menjadi 50% di supplay oleh
public service dan untuk public service kira-kira 60% di supplay oleh Govenrment
dan 40% oleh pasar. Timbul pertanyaan tentang bagaimana masyarakat dapat
produktif jika terjadi pencurian, kebakaran dan yang lain sebagainya, itu semua
merupakan bentuk dari tanggung jawab Government Service oleh karena itu,
pemerintah membuat OSS (Online Single Submission) untuk mempermudah
perizinan. Sisanya oleh pasar yang diberikan bisnis pasar, universitas, keluarga atau
perorangan (exclude government). Maka dari itu 75% pemerintah fokus dalam
menangani pekerjaan public service yang artinya 25% fokus menangani administrasi
dan hal ini yang menjadi masalah bagi negara berkembang karena waktu yang habis
untuk dialhkan ke diri sendiri sedangkan untuk public service ibaratnya hanya di
kontrak-kontrakan saja. Pada kondisi tidak normal, maka 75% service dari
government dan market hanya 25%. Kebutuhan masyarakat yang umum di Indonesia
diantaranya adalah papan, sandang, pangan dan internet. Dalam membuat pelayanan
publik maka pemerintah perlu melihat fisiologis, keamanan dan keselamatan, sosial,
harga diri dan aktualisasi diri. Namun, berbeda dengan kebutuhan bagi milenial justru
kebalikannya yaitu aktualisasi diri seperti bermain sosial media, harga diri seperti
halnya marah jika tidak di follow, sosial dan kasih sayang, keamanan dan
keselamatan, fisiologis.
Negara maju disibukkan dalam memfokuskan dalam menangani bagaimana
warganegara nya dapat maju dan mandiri, untuk negara berkembang disibukkan
dalam memfokuskan bagiamana warganegara nya dapat hidup dengan baik dan
selamat, sedangkan bagi negara miskin disibukkan dalam memfokuskan bagaimana
warganegara nya dapat makan dan berpendapatan serta bagaimana negara nya tetap
dapa eksis dan tidak musnah. Kondisi tidak normal ekstrim di support 90% oleh
government namun pemerintah tidak mampu maka yang harus dikerjakan Pemerintah
Daerah adalah mengelola mindset pemerintah artinya pemimpin pemerintahan
mengerti bahwa hanya dengan bersatu, solid dan bersinergi dengan lembaga
pemerintahan untuk dapat membangun budaya (risk management culture), berusaha
untuk memasstikan pengeluaran rakyat dan pemerintah turun. Kunci pelayanan
publik di Samarinda berbeda dengan daerah lain yaitu konservasi, dengan cegah
perubahan warna zona agar tetap berada di zona hijau serta bagaimana ekonomi
kerakyatan yang sirkuler agar dapat menjadi percontohan nasional dan global.

2. Penekanan pada Nilai Etika Administrasi Negara


Terdapat seperangkat nilai dalam etika administrasi publik yang dapat digunakan
sebagai acuan dan pedoman bagi penyelenggara administrasi publik dalam
menjalankan tugas dan kewenangannya. Berdasarkan rangkuman dari Webinar
Nasional mengenai Dinamika Pelayanan Publik Masa Pandemi Covid-19 di
Kalimantan Timur berikut nilai etika administrasi negara yang dapat difokuskan
yaitu:
a. Nilai efisiensi. Nilai efisiensi artinya tidak boros. Sikap, perilaku, dan
perbuatan birokrasi publik (administrasi publik) dikatakan baik jika mereka
efisien (tidak boros). Artinya menurut Darwin (1995: 198) mereka akan
menggunakan dana publik (public resources) secara hati-hati agar memberikan
hasil yang sebesar-besarnya bagi publik. Telah disampaikan oleh Prof. Dr. Hj.
Aji Ratna Kusuma, M.Si bahwa dengan meningkatkan kualitas pelayanan
publik secara efektif dan efisien Permenpan RB melakukan kegiatan yang di
lombakan yaitu dalam wujud memotivasi Pemerintah Daerah dan seluruh
jajarannya untuk berinovasi dengan teknologi di dalam memberikan pelayanan-
pelayanan publik kepada maka inovasi ini ditujukan untuk memperbaiki
kualitas pelayanan yang tadinya pelayanan yang selalu dikeluhkan masyarakat
menjadi efektif dan efisien dengan mencapai sasaran yang tepat bertujuan untuk
memberi kepuasan kepada publik. Di dalam inovasi-inovasi itu tidak terlepas
dari sistem, metode dan teknologi dengan tujuan menurunkan biaya karena
dengan adanya teknologi dapat mengurangi biaya-biaya yang tidak terduga.
b. Nilai responsibel. Berkaitan dengan pertanggungjawaban birokrasi publik
dalam menjalankan tugas dan kewenangannya. Telah disampaikan oleh Dr. Sri
Juni Woro Astuti, M.Com bahwa agar pelayanan publik bisa terlaksana dan
terproses dengan cepat maka pemerintah harus responsif terutama dengan
kondisi di daerah masing-masing. Layanan informasi yang akurat merupakan
hal yang sangat penting di masa pandemi ini karena masyarakat perlu di
edukasi dan mendapat informasi yang akurat, dan menjamin kredibiltas
pemerintah.
c. Nilai akuntabilitas (accoutability). Akuntabel menurut Hatry dalam Joko
Widodo (2001: 256-257) merupakan suatu istilah yang diterapkan untuk
mengukur apakah dana publik telah digunakan secara tepat untuk tujuan di
mana dana publik tadi ditetapkan dan tidak digunakan secara ilegal. Telah
disampaikan pula oleh Dr. Sri Juni Woro Astuti, M.Com bahwa Alokasi
sumber daya pun harus akuntabilitas dan distributif karena masyarakat di
Indonesia sifatnya sangat heterogen dan ini perlu diatur secara distributif
sumber-sumber daya yang terbatas pertumbuhannya harus benar-benar
terdistribusikan sesuai dengan sasaran.

Sumber:
Fisipunmul, LKP. “Webinar Nasional Dinamika Pelayanan Publik Masa Pandemi
Covid-19 di Kalimantan Timur” YouTube, diunggah oleh LKP fisipunmul, 9 Juli.
2020, www.youtube.com/watch?v=MxbSj4puOoo&t=8521s. Diakses pada 10
Desember 2020.

Holilah. 2013. Etika Administrasi Publik. Jurnal Review Politik. 3(2): 239-243.

Anda mungkin juga menyukai