Antibiotik Nurmala
Antibiotik Nurmala
NURMALA
PENGERTIAN ANTIBIOTIK
Tetrasiklin
Makrolida
Aminoglikosida
TETRASIKLIN
EFEK SAMPING
Mual, muntah, diare, eritema (hentikan pengobatan), sakit kepala dan gangguan penglihatan
dapat merupakan petunjuk peningkatan tekanan intrakranial, hepatotoksisitas, pankreatitis dan
kolitis.
DOSIS
oral: 250 mg tiap 6 jam. Pada infeksi berat dapat ditingkatkan sampai 500 mg tiap 6-8
jam.Sifilis primer, sekunder dan laten: 500 mg tiap 6-8 jam selama 15 hari.Uretritis non
gonokokus: 500 mg tiap 6 jam selama 7-14 hari (21 hari bila pengobatan pertama gagal atau bila
kambuh).
PERINGATAN LAIN
Gangguan fungsi hati (hindari pemberian secara intravena), gangguan fungsi ginjal, kadang-
kadang menimbulkan fotosensitivitas.
Kehamilan: golongan tetrasiklin dapat melewati plasenta dan ditemukan dalam jaringan fetus.
Dapat terjadi efek toksis pada fetus yang berupa retardasi perkembangan tulang (Kategori D).
Menyusui: tetrasiklin dapat diekskresikan melalui air susu ibu. Tidak dapat dikombinasikan
dengan Susu dan Antasida.
Penggunaan antibiotik golongan tetrasiklin selama masa pertumbuhan gigi (dari akhir masa
kehamilan sampai anak usia 8 tahun) dapat menyebabkan perubahan warna gigi (kuning, abu-
abu, coklat) yang bersifat permanen.
Antibiotik golongan tetrasiklin membentuk kompleks kalsium yang stabil pada jaringan
pembentuk tulang
MAKROLIDA
Makrolida atau makrolid adalah jenis antibiotik yang berguna untuk mengobati beragam infeksi
bakteri yang umum terjadi, mulai dari infeksi telinga, radang panggul, hingga pneumonia.
Antibiotik makrolid terbuat dari berbagai jenis bakteri Streptomyces .
Makrolida adalah sekelompok senyawa yang terkait erat dan memiliki ciri khas adanya cincin
lakton makrosiklik (biasanya mengandung 14 atau 16 atom) tempat melekatnya gula deoksi.
Makrolida sebagian besar digunakan untuk mengobati infeksi Gram-positif dan tetap menjadi
alternatif yang populer untuk pasien dengan alergi penisilin. Mereka aktif melawan organisme
Gram-negatif dalam kisaran terbatas
MEKANISME KERJA MAKROLIDA
EFEK SAMPING
Gangguan gastrointestinal – mual, muntah, sakit perut, diare
Kolitis terkait antibiotik
DOSIS
1. Eritromisin
oral: DEWASA dan ANAK di atas 8 tahun, 250-500 mg tiap 6 jam atau 0,5- 1 g tiap 12 jam;
pada infeksi berat dapat dinaikkan sampai 4 g/hari. ANAK sampai 2 tahun, 125 mg tiap 6
jam; 2-8 tahun 250 mg tiap 6 jam. Untuk infeksi berat dosis dapat digandakan. Sifilis stadium
awal, 500 mg 4 kali sehari selama 14 hari.
Infus intravena: infeksi berat pada dewasa dan anak, 50 mg/kg bb/hari secara infus kontinu
atau dosis terbagi tiap 6 jam; infeksi ringan 25 mg/kg bb/hari bila pemberian per oral tidak
memungkinkan.
2. Azitromisin
500 mg dosis azitromisin menghasilkan kadar dalam serum yang relatif rendah sekitar 0,4
mcg/ml
3. Ketolida
obat ini diberikan dalam dosis sekali sehari sebesar 800 mg, dan memunculkan kadar puncak
dalam serum sekitar 2 mcg/ml.
PERINGATAN LAIN
Dalam kondisi hamil atau menyusui. Eritromisin adalah antibiotik makrolid yang dianggap aman bagi ibu
menyusui. Spiramisin, digunakan sebagai terapi pilihan untuk toksoplasmosis pada ibu hamil.
Makrolid dapat bereaksi secara tidak terprediksi dengan obat-obatan lain. Hal ini dapat mempengaruhi
mekanisme kerja obat dan meningkatkan risiko terjadinya efek samping. Beberapa contoh obat yang
berinteraksi dengan makrolid misalnya:
• Pil kontrasepsi
• Vitamin K
• Vitamin B6
• Suplemen kalsium
• Digoksin
• Asam folat
• Kolkisin
• Ergotamine
• Warfarin
• Cisaprid
• Terfenadin
AMINOGLIKOSIDA
Aminoglikosida adalah kelompok antibiotik bakterisida yang digunakan untuk
mengatasi infeksi yang disebabkan bakteri aerob gram-negatif. Pemakaian obat ini
dapat dikombinasikan dengan antibiotik lainnya. •
Aminoglikosida umumnya diberikan melalui infus intravena (IV) yang intermiten.
Dari segi kimia senyawanya merupakan gula amino dengan ikatan glikosidik yang larut
dalam air.
Garam sulfat dan HCl nya berupa kristal.
MEKANISME KERJA AMINOGLIKOSIDA
Efek Toksik
Reaksi toksik dapat terjadi pada SSP berupa : Efek Oktotoksik (gangguan pendengaran dan
keseimbangan) dan efek Nefrotoksik (gangguan ginjal)
Gangguan Pernafasan
Alergi
Potensinya untuk menimbulkan alergi rendah.
Kadang-kadang dapat terjasi reaksi kulit memerah, eosinofilia, demam, kelainan darah,
dermatitis, angioudem, stomatitis dan syok anafilaksis.
Reaksi Iritasi
Reaksi iritasi berupa rasa nyeri di tempat penyuntikan.
Suntikan diikuti radang dan peningkatan suhu 0,5-1,5 derajat C.
DOSIS
Aminoglikosida tidak diserap melalui saluran cerna (walaupun ada risiko absorpsi
pada inflammatory bowel disease dan gagal hati), sehingga harus diberikan secara parenteral
untuk infeksi sistemik. Ekskresi terutama melalui ginjal dan terjadi akumulasi pada gangguan
fungsi ginjal.
Sebagian besar efek samping antibiotik golongan ini tergantung dari dosis, oleh karena itu dosis
perlu diperhatikan dengan seksama dan pemberian obat sebaiknya tidak lebih dari 7 hari.
Jika terjadi gangguan fungsi ginjal (atau kadar serum yang tinggi sebelum pemberian obat),
interval pemberian harus diperpanjang. Jika gangguan fungsi ginjal berat, maka dosis sebaiknya
diturunkan.
Aminoglikosida dapat mengganggu transmisi neuromuskular dan sebaiknya dihindari pada
pasien miastenia gravis. Dosis besar yang diberikan pada waktu pembedahan dapat
menimbulkan sindrom miastenia yang bersifat sementara pada pasien dengan fungsi
neuromuskular normal.
Aminoglikosida sebaiknya tidak diberikan bersama diuretika yang potensial ototoksik (misalnya
furosemid). Bila pemberian bersama tidak dapat dihindarkan, jarak pemberian kedua obat
sebaiknya diusahakan sepanjang mungkin.