Anda di halaman 1dari 24

ANALISIS INSTRUMEN

DAN
ANALISIS BUTIR INSTRUMEN
Instrumen yang baik
Analisis Instrumen
 Validitas
a. validitas isi
b. validitas berdasar kriteria
c. validitas konstruks
 Reliabilitas
a. KR-20 (tes pilihan ganda)
b. Cronbach Alpa (angket, tes uraian, tes
pilihan ganda)
Analisis Butir Instrumen
 Tes
a. tingkat kesukaran
b. daya pembeda
c. berfungsinya pengecoh
 Angket
a. konsistensi internal (daya beda
angket)
Tingkat Kesukaran Butir Soal
 Tingkat kesukaran butir soal adalah proporsi
banyaknya peserta yang menjawab benar butir soal
tersebut terhadap seluruh peserta tes
P B
N
• Makin besar nilai P, butir soal semakin mudah
• Makin kecil nilai P, butir soal semakin sukar
• Rentangan nilai P adalah:

0.0  P  1.0
Tingkat Kesukaran Butir Soal
 Sebuah butir mempunyai tingkat kesukaran
baik, dalam arti dapat memberikan distribusi
yang menyebar, jika tidak terlalu sukar dan
tidak terlalu mudah
 Tidak ada uji signifikansi untuk tingkat
kesulitan
 Pada instrumen untuk variabel terikat dituntut
mempunyai tingkat kesukaran yang memadai
dalam rangka untuk membuat variansi yang
besar pada variabel terikat
Tingkat Kesukaran Butir Soal

• Untuk memperoleh skor yang menyebar,


nilai P harus makin mendekati 0,5
• Biasanya kriterianya adalah sebagai
berikut:
0.3  P  0.7
Contoh Mencari P
P B
N
• Butir 1: P = 1.0
• Butir 2: P = 0.0
• Butir 3: P = 0.5
• Butir 4: P = 0.5
• Butir 5: P = 0.5
• Butir 6: P = 0.625
Daya Beda Butir Soal
 Suatu butir soal mempunyai daya pembeda
baik jika kelompok siswa pandai menjawab
benar butir soal lebih banyak daripada
kelompok siswa tidak pandai
 Daya beda suatu butir soal dapat dipakai
untuk membedakan siswa yang pandai dan
tidak pandai
 Sebagai tolok ukur pandai atau tidak pandai
adalah skor total dari sekumpulan butir yang
dianalisis
Daya Beda Butir Soal
 Tidak ada uji signifikansi untuk daya
pembeda
 Rentangan daya beda adalah
-1.0 ≤ D ≤ 1.0
 Butir soal mempunyai daya pembeda
baik jika D ≥ 0.30.
 Ada beberapa cara untuk mengukur
daya pembeda
Daya Beda Butir Soal
Ba B b
Cara Pertama: D 
Na Nb

Cara Kedua:


D  rpbis  
Y1  Y  p x
Cara Ketiga:   1 p
 Y  x

Y2   Y  2
Y   
dengan 
n  n 
Daya Beda Butir Soal
Cara keempat: dengan korelasi biserial (biserial
correlation)
D  rbis   Y1  Y  p x 
  f ( z ) 
 Y  
z 2

f (z)  1 e 2
2
z dihitung dari px, dengan px merupakan luas daerah
pada kurva normal, dihitung dari kanan
Asumsi: X dan Y mempunyai distribusi normal bivariat.

The distribution of Y among examinees who have the same (fixed) value
of X is a normal distribution.
Daya Beda Butir Soal
CATATAN

Cara kedua dan ketiga disebut korelasi


biserial titik (point biserial correlation). Rumus
ketiga adalah turunan dari rumus kedua.
Pada ITEMAN, untuk mencari daya beda,
digunakan korelasi biserial titik dan korelasi
biserial
Contoh Mencari Daya Beda dengan Rumus
Pertama
Ba Bb
D 
Na Nb

 Butir 1: D = 0.0
 Butir 2: D = 0.0
 Butir 3: D = 1.0
 Butir 4: D = -1.0
 Butir 5: D = 0.5
Dalam hal ini: Aa, Bb, Cc, dan Dd  Butir 6: D = 0.75
merupakan kelompok atas dan Ee,
Ff, Gg, dan Hh merupakan kelompok  Butir 7: D = 0.0
bawah
Contoh Mencari Daya Beda dengan Rumus
Kedua untuk Butir Ketiga
Contoh Mencari Daya Beda dengan Rumus
Ketiga untuk Butir Ketiga

 1.798 
D  7 5.375 0.5  1.625  0.903
1 0.5 1.798
Contoh Mencari Daya Beda dengan Rumus
Keempat untuk Butir Ketiga

D  rbis   1  x 
Y Y p
  Y  f (z ) 

px = 0.5; z = 0; f(z) = 0.3989

 1.798  0.3989
D  7 5.375 0.5   1.13
Berfungsinya pengecoh butir soal
 Pengecoh disebut berfungsi jika:
(1) dipilih oleh sebagian siswa,
(2) siswa kelompok pandai memilih lebih
sedikit daripada siswa kelompok tidak pandai
 Suatu butir soal mempunyai pengecoh yang
baik jika banyaknya siswa yang memilih
pengecoh tersebut sekurang-kurangnya 2,5%
(atau 5%) dan siswa kelompok pandai
memilih lebih sedikit daripada siswa kelompok
tidak pandai
Berfungsinya pengecoh butir soal
 Ada yang mengatakan bahwa pada suatu butir
soal, pengecoh harus dipilih secara merata oleh
peserta tes
 Indeks Pengecoh (IP) dirumuskan sebagai
berikut:
IP  P x100%
(NB) /(n 1)
dengan:
P = banyaknya peserta tes yang memilih pengecoh tertentu
N = banyaknya seluruh peserta tes
B = banyaknya peserta tes yang menjawab benar butir soal
yang bersangkutan
n = banyaknya alternatif jawaban
Konsistensi Internal Butir Angket
 Dalam suatu angket, semua butir harus koheren,
mempunyai arah yang sama, tidak ada butir-butir
yang berlawanan arah
 Ini berarti, semua butir dalam suatu angket harus
saling konsisten satu sama lain
 Hal yang demikian ini menunjukkan bahwa semua
butir mempunyai dimensi yang sama
 Yang dianggap sebagai arah adalah skor total dari
sejumlah butir yang dianalisis
 Diperlukan indeks konsistensi internal (yang oleh
sementara orang disebut validitas butir, tetapi ini
bukan validitas angket)
Konsistensi Internal Butir Angket
 Ukuran konsistensi internal suatu butir angket
adalah korelasi rXY antara skor butir angket
dengan skor total
 Tidak ada uji signifikansi untuk ukuran
konsistensi internal
 Pada umumnya, suatu butir angket disebut
mempunyai konsistensi internal yang baik jika
rXY ≥ 0.30
 Pada tes, konsistensi internal suatu butir soal
berfungsi sebagai daya pembeda
Contoh Mencari Konsistensi
Internal Butir 1

Ini berarti, butir 1 dapat dipakai


Contoh Mencari Konsistensi
Internal Butir 2

Ini berarti, butir 2 tidak dapat dipakai

Anda mungkin juga menyukai