Anda di halaman 1dari 20

SISTEM TRANSMISI

TELEKOMUNIKASI
Kuliah 13

Disusun oleh:
Bambang Sugiarto

1
Pengkodean Blok
• Pengkodean dengan menggunakan blok secara teknis
mengkodekan sebuah blok data dengan panjang p bit menjadi blok
data dengan panjang q bit
• Pengkodean blok disimbolkan dengan menggunakan tanda ‘/’
untuk membedakan dengan pengkodean multilevel yang telah kita
bicarakan
• Sebagai contoh pengkodean 4 biner menjadi 5 biner dituliskan
dengan simbol 4B/5B
• Proses pembentukan pengkodean blok terdiri atas tiga tahap yaitu:
(a) tahap pemilahan aliran bit data menjadi blok
(b) tahap substitusi blok data yang telah dibuat menjadi blok data
baru dengan ukuran blok lebih besar
(c) tahap penggabungan blok data baru menjadi aliran bit data
• Ilustrasi ketiga proses pengkodean blok dapat dilihat pada
gambar 1 dibawah
• Dalam proses substitusi dibutuhkan agar blok data baru memiliki
ukuran bit lebih besar daripada blok data sebelum substitusi
• Hal ini karena bit data yang akan ditransmisikan harus memiliki
kemampuan untuk melakukan sinkronisasi dan deteksi
kesalahan di dalam dirinya
• Sebagai contoh, pada pengkodean blok 4B/5B, blok data lama
berukuran 4 bit sedang blok data baru berukuran 5 bit
• Karena blok data lama memiliki 16 pola sedangkan blok data
baru memiliki variasi sebanyak 32 pola,maka hanya dibutuhkan
sebanyak 16 pola dari blok data baru untuk substitusi
• Sisa pola pola data digunakan untuk sinkronisasi dan deteksi
kesalahan
Gambar 1
Ilustrasi proses Pengkodean Blok
Pengkodean Blok 4B/5B
• Pengkodean blok 4B/5B melakukan konversi blok data yang
terdiri atas 4 bit bilangan biner menjadi blok data berukuran 5
bit bilangan biner
• Dalam praktek pengkodean 4B/5B digunakan bersama-sama
dengan pengkodean NRZ-I seperti terlihat dalam gbr.2 dibawah
• Sebelum ditransmisikan data dikodekan terlebih dulu dengan
menggunakan pengkodean blok 4B/5B, selanjutnya data
dikodekan menjadi sinyal dengan menggunakan NRZ-I
• Seperti yang telah kita pelajari, NRZ-I mempunyai kelemahan
apabila terdapat deretan bit 0 yang cukup panjang, namun
kelemahan tersebut telah dapat dieliminasi dengan adanya
pemilahan aliran bit data yang panjang menjadi blok-blok data
berukuran kecil
• Pengkodean NRZ-I bukan satu-satunya jenis
pengkodean yang dapat digunakan bersama-
sama dengan pengkodean blok 4B/5B
• Apabila efek dari komponen DC masih belum
dapat ditolerir, maka pengkodean blok 4B/5B
juga dapat digabungkan dengan pengkodean
dua fasa atau pengkodean bipolar
Gambar 2
Pengkodean Digital dengan 4B/5B dan NRZ-I
• Tabel konversi dari berbagai pola 4 bit data menjadi 5
bit data ditunjukkan dalam tabel dibawah
• Seperti terlihat dalam tabel, hasil pengkodean 5 bit
menunjukkan bahwa tidak ada lagi blok data yang
diawali oleh lebih dari satu bit 0
• Juga tidak ada lagi blok data yang diakhiri oleh bit 0
dengan jumlah bit lebih dari dua
• Sehingga dengan menggunakan pengkodean 4B/5B
tidak akan lagi sebanyak tiga elemen bit 0 berada
dalam posisi berjajar
Tabel Pengkodean Digital 4B/5B
Pengkodean Blok 8B/10B
• Pengkodean blok 8B/10B melakukan konversi blok data yang
terdiri atas 8 bit bilangan biner menjadi blok data berukuran 10
bit bilangan biner
• Keuntungan menggunakan pengkodean blok 8B/10B adalah
kemampuan deteksi kesalahan yang lebih baik daripada
pengkodean blok 4B/5B
• Namun dalam dunia nyata untuk dapat menghasilkan
pengkodean blok 8B/10B, dilakukan penggabungan antara
pengkodean blok 5B/6B dengan pengkodean blok 3B/4B seperti
terlihat pada gbr.3 dibawah
• Tujuan dari penggabungan dua jenis pengkodean ini adalah
semata-mata untuk menyederhanakan tabel konversi
Gambar 3
Skema Pengkodean Digital 8B/10B
• Dalam proses pengkodean 8B/10B, lima bit
pertama (the most significant bit) dari 8 bit
data yang akan dikodekan diinputkan ke dalam
pengkode digital 5B/6B, sedangkan tiga bit
terakhir diinputkan ke dalam pengkode digital
3B/4B
• Disparity controller digunakan untuk
mendeteksi apabila terdapat elemen data bit 0
atau bit 1 berjajar dalam jumlah banyak
Scrambling
• Seperti telah kita pelajari bahwa pengkodean digital AMI
mengandung masalah tersendiri apabila terdapat level
tegangan nol berderet panjang
• Kelemahan tersebut dapat dapat diperbaiki dengan
menggunakan teknik pengkodean scrambling
• Tujuan dari pengkodean scrambling adalah melakukan
substitusi dengan aturan tertentu apabila dideteksi
sejumlah level tegangan nol berderet panjang
• Pada dasarnya teknik scrambling adalah pengkodean AMI
dengan modifikasi apabila dideteksi level tegangan
berderet panjang
Pengkodean Scrambling B8ZS
• Pengkodean B8ZS adalah Bipolar with 8-zero Substitusi
• Dengan menggunakan pengkodean ini apabila terdapat 8
level tegangan nol berurutan, maka kedelapan level
tegangan tersebut disubstitusi oleh level tegangan
000VB0VB
• V adalah singkatan violation dan B adalah singkatan bipolar
• Level tegangan dengan nilai V adalah level tegangan yang
memiliki level tegangan inversi dari level tegangan yang
seharusnya (inversi dari aturan AMI), sedangkan level
tegangan B adalah level tegangan yang mengikuti aturan
AMI
Gambar 4
Pengkodean Scrambling dengan B8ZS
• Sebagai contoh perhatikan contoh pengkodean B8ZS pada gbr4.
diatas
• Pada gbr.4 terdapat dua macam kondisi yang mungkin terjadi
• Kondisi pertama adalah saat bit 1 direprepsentasikan oleh
tegangan negatif dalam pengkodean AMI
• Karena itu level tegangan V berinversi dari level tegangan yang
seharusnya positif (menurut aturan AMI) menjadi negatif
• Sedangkan level tegangan B menjadi positif karena level tegangan
tidak nol terakhir adalah level tegangan negatif
• Gbr.4 bagian bawah mengilustrasikan kondisi kedua, yaitu saat bit
1 direpresentasikan oleh tegangan positif dalam pengkodean AMI
Pengkodean Scrambling HDB3
• Pengkodean High Density Bipolar 3-Zero (HDB3) mirip dengan
pengkodean B8ZS
• HDB3 akan melakukan substitusi dengan level tegangan 000V atau
B00V apabila menjumpai empat level tegangan nol berurutan
• Aturan substitusi adalah sbb:
(a) jika jumlah sinyal tidak nol setelah substitusi terakhir adalah
ganjil, maka substitusi dilakukan dengan menggunakan level
tegangan 000V
(b) jika jumlah sinyal tidak nol setelah substitusi terakhir adalah
genap, maka substitusi dilakukan dengan menggunakan level
tegangan B00V
• Ilustrasi pengkodean sinyal dengan HDB3 dapat dilihat dalam gbr.5
dibawah
Gambar 5
Pengkodean Scrambling HDB3
• Seperti terlihat dalam gambar, sebelum substitusi 1 terjadi
terdapat 3 level tegangan tidak nol
• Menurut aturan HDB3 maka substitusi 1 dilakukan dengan
menggunakan level tegangan 000V
• Setelah substitusi 1 terjadi, maka level tegangan berikutnya akan
mengikuti aturan pada AMI
• Selanjutnya sebelum substitusi 2 terjadi terdapat 2 level tegangan
tidak nol (setelah substitusi 1), maka menurut aturan HDB3,
substitusi dilakukan dengan menggunakan level tegangan B00V
• Sebelum substitusi 3 terjadi, tidak ada sinyal dengan level
tegangan tidak nol
• Bila hal ini terjadi maka jumlah level tegangan sebelum substiusi
dianggap sebagai genap
• Karena itu substitusi 3 menggunakan level tegangan B000V
Selamat
Belajar

Anda mungkin juga menyukai