Pembimbing :
dr. Mohamad Zulfikar, Sp.B
Latar Belakang
Penatalaksanaan yang optimal pada pasien peritonitis sekunder setelah dilakukan
tindakan laparotomi masih belum dapat dijelaskan. Meskipun "Open abdomen" (OA),
atau penutupan perut sementara dengan relaparotomi terencana (elektif), digunakan
untuk menilai kembali viabilitas usus atau tingkat keparahan kontaminasi, penelitian
terbaru menunjukkan morbiditas dan mortalitas yang sebanding dengan teknik
Primary Closure (PC). Studi ini mengevaluasi perbedaan antara OA dan PC
setelah laparotomi darurat.
Metode
01 Desain Studi :
Kelompok penelitian termasuk semua pasien dengan peritonitis
sekunder yang menjalani laparotomi darurat antara tahun 2012 dan
2016 di Carolinas Medical Center di Charlotte, NC. Pasien
diidentifikasi dari database berdasarkan Klasifikasi Internasional
Penyakit (ICD), versi Kesembilan dan Kesepuluh, dan Modifikasi
Klinis (ICD-9-CM dan ICD-10-CM).
Lanjutan…
02 Pengumpulan data :
Data dikumpulkan secara retrospektif dari catatan medis elektronik dan
catatan operasi. Pasien dipisahkan menjadi dua kelompok berdasarkan
pendekatan pada indikasi laparotomi (penutupan abdomen primer dan
abdomen terbuka / PC dan OA), dengan definisi klinis sebagai berikut:
Lanjutan…
Open Abdomen (OA)
Indikasi pembedahan dikategorikan menjadi obstruksi, iskemia / nekrosis, kontaminasi / sepsis, dan
perforasi. Tingkat Keparahan penyakit diukur menggunakan Mannheim Peritonitis Index (MPI) dan
skor APACHE-II.
Metode
03 Analisis Statistik :
Statistik deskriptif dan analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan
demografi pasien dan variabel operasi. Pemilihan variabel didasarkan pada
signifikansi statistik serta penerapan klinis dan relevansi
dengan keputusan intraoperatif untuk menutup abdomen selama laparotomi.
Kombinasi skor MPI, kadar laktat, dan kebutuhan vasopressor untuk
mengetahui keparahan penyakit dan fisiologi pasien
HASIL
Lima ratus tiga puluh empat pasien (55,0%
perempuan; usia rata-rata, 59,6 ± 15,5 tahun)
menjalani laparotomi darurat. Dari pasien OA, 136
(67,0%) menjalani satu kali relaparotomi , sementara
67 (33,0%) menjalani beberapa operasi kembali
(relaparotomi). Dibandingkan dengan kasus perhari,
laparotomi yang dilakukan malam hari (6 sore-6 pagi)
lebih banyak dilakukan dengan teknik OA (42,8% OA
vs 57,2% PC, p = 0,04.
Lanjutan…
Jika menilai berdasarkan jenis (sub bagian) ahli
bedah, PC dilakukan pada
78,7% laparotomi oleh subspesialisasi bedah
dibandingkan dengan 56,7% (p <0,0001) dari
ahli bedah perawatan akut. Setelah dilakukan
PM (propensity-Matched/Analisis
Kecenderungan kecococokan), pasien yang di
lakukan intervensi OA mengalami peningkatan
komplikasi pasca operasi (71,2% vs 41,4%, p
<0,0001), mortalitas (22,5% vs 11,7%, p =
0,006), dan median (rerata) lama rawat inap
yang lebih lama (13 vs 9 hari, p = 0,0001).
Teknik Operasi
Umur,Usia
Tabel 1. Karakteristik Wanita
Dasar Pasien Indeks Peritinitis Mannheim
Skor APACHE
Laparotomi Darurat Laktat (mmol/L)
Tempat Awal/Titik Asal Pasien
• Rumah
• Faskes
Kasus overnight (6 sore-
6pagi)Jenis Ahli Bedah
(subspesialis)
• Perawatan Bedah Akut
• Gynecology-onkologi
• Hepatopancretobilliary
• Bedah Tumor (onkologi)
• Bedah Transplantasi
Indikasi Laparotomi
• Perforasi
• Sepsis
• Iskemia
• Obstruksi
Eksudat purulenta
Eksudat fecal
Hipotensi intraoperatif
Penggunaan Vasopressor
Transfusi darah
Durasi Operasi (menit)
Tabel 2. Hasil pasca operasi dalam agregat (jumlah keseluruhan) cohort
Biaya
Long of stay, hari
Kematian di RS
Laparotomy tak direncanakan
Komplikasi lainnya
Komplikasi karfiovaskular
Komplikasi jaringan lunak/kulit
Komplikasi pernafasan
Komplikasi GI
Komplikasi Infeksius
Komplikasi neurologis
Komplikasi Ginjal
Tabel 3. Karakteristik Pasien Setelah dilakukan scoring PSM (Prospensity Score
Matching)
Teknik Operasi
Umur,Usia
Wanita
Indeks Peritinitis Mannheim
Skor APACHE
Laktat (mmol/L)
Tempat Awal/Titik Asal Pasien
• Rumah
• Faskes
Kasus overnight (6 sore-
6pagi)Jenis Ahli Bedah
(subspesialis)
• Perawatan Bedah Akut
• Gynecology-onkologi
• Hepatopancretobilliary
• Bedah Tumor (onkologi)
• Bedah Transplantasi
Indikasi Laparotomi
• Perforasi
• Sepsis
• Iskemia
• Obstruksi
Eksudat purulenta
Eksudat fecal
Hipotensi intraoperatif
Penggunaan Vasopressor
Transfusi darah
Durasi Operasi (menit)
Tabel 4. Hasil Akhir Pasca Operasi (Postoperative) dalam Analisa
Matched Cohort
Biaya
Long of stay, hari
Kematian di RS
Laparotomy tak direncanakan
Komplikasi lainnya
Komplikasi karfiovaskular
Komplikasi jaringan lunak/kulit
Komplikasi pernafasan
Komplikasi GI
Komplikasi Infeksius
Komplikasi neurologis
Komplikasi Ginjal
Tabel 5. Alasan Mengapa ahli bedah memilih melakukan
Teknik Open Abdomen
Viabilitas Usus
Vasopressor
Kontaminasi / sepsis
Alasan yang kurang jelas
Lainnya
Hipertensi intraabdominal
DISKUSI