Anda di halaman 1dari 18

Hasil akhir (Outcome) dari Pendekatan Intervensi antara Teknik

“Open Abdomen” dengan Teknik “Primary Closure” Setelah


Tindakan Laparotomi Darurat (CITO) Dengan
Dugaan Peritonitis Sekunder 

Dita Aldini Putri Utami Hi. Lamatta


14 18 777 14 303

Pembimbing :
dr. Mohamad Zulfikar, Sp.B
Latar Belakang
Penatalaksanaan yang optimal pada pasien peritonitis sekunder setelah dilakukan
tindakan laparotomi masih belum dapat dijelaskan. Meskipun "Open abdomen" (OA),
atau penutupan perut sementara dengan relaparotomi terencana (elektif), digunakan
untuk menilai kembali viabilitas usus atau tingkat keparahan kontaminasi, penelitian
terbaru menunjukkan morbiditas dan mortalitas yang sebanding dengan teknik
Primary Closure (PC). Studi ini mengevaluasi perbedaan antara OA dan PC
setelah laparotomi darurat.
Metode
01 Desain Studi :
Kelompok penelitian termasuk semua pasien dengan peritonitis
sekunder yang menjalani laparotomi darurat antara tahun 2012 dan
2016 di Carolinas Medical Center di Charlotte, NC. Pasien
diidentifikasi dari database berdasarkan Klasifikasi Internasional
Penyakit (ICD), versi Kesembilan dan Kesepuluh, dan Modifikasi
Klinis (ICD-9-CM dan ICD-10-CM).
Lanjutan…

02 Pengumpulan data :
Data dikumpulkan secara retrospektif dari catatan medis elektronik dan
catatan operasi. Pasien dipisahkan menjadi dua kelompok berdasarkan
pendekatan pada indikasi laparotomi (penutupan abdomen primer dan
abdomen terbuka / PC dan OA), dengan definisi klinis sebagai berikut:
Lanjutan…
 Open Abdomen (OA)

 Pada akhir prosedur laparotomi, fasia dibiarkan terbuka dengan alat Abthera vacuum-assisted closure


(VAC) ditempatkan secara intra-abdomen dan dihubungkan ke alat hisap (suction) tekanan negatif dengan
rencana untuk re-laparotomi  sebelum penutupan akhir.

 Penutupan perut primer (PC)

Selama laparotomi, fasia pasien di jahit dan dihubungkan kembali sebagaimana penutupan definitive.


Lanjutan…
Data perioperatif dicatat, termasuk demografi pasien, presentasi klinis, indikasi pembedahan,
komplikasi pasca operasi, dan biaya rumah sakit. 

Indikasi pembedahan dikategorikan menjadi obstruksi, iskemia / nekrosis, kontaminasi / sepsis, dan
perforasi. Tingkat Keparahan penyakit diukur menggunakan Mannheim Peritonitis Index (MPI) dan
skor APACHE-II.
Metode
03 Analisis Statistik :
Statistik deskriptif dan analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan
demografi pasien dan variabel operasi. Pemilihan variabel didasarkan pada
signifikansi statistik serta penerapan klinis dan relevansi
dengan keputusan intraoperatif untuk menutup abdomen selama laparotomi.
Kombinasi skor MPI, kadar laktat, dan kebutuhan vasopressor untuk
mengetahui keparahan penyakit dan fisiologi pasien
HASIL
Lima ratus tiga puluh empat pasien (55,0%
perempuan; usia rata-rata, 59,6 ± 15,5 tahun)
menjalani laparotomi darurat. Dari pasien OA, 136
(67,0%) menjalani satu kali relaparotomi , sementara
67 (33,0%) menjalani beberapa operasi kembali
(relaparotomi).  Dibandingkan dengan kasus perhari,
laparotomi yang dilakukan malam hari (6 sore-6 pagi)
lebih banyak dilakukan dengan teknik OA (42,8% OA
vs 57,2% PC, p = 0,04.
Lanjutan…
Jika menilai berdasarkan jenis (sub bagian) ahli
bedah, PC dilakukan pada
78,7% laparotomi oleh subspesialisasi bedah
dibandingkan dengan 56,7% (p <0,0001) dari
ahli bedah perawatan akut. Setelah dilakukan
PM (propensity-Matched/Analisis
Kecenderungan kecococokan), pasien yang di
lakukan intervensi OA mengalami peningkatan
komplikasi pasca operasi (71,2% vs 41,4%, p
<0,0001), mortalitas (22,5% vs 11,7%, p =
0,006), dan median (rerata) lama rawat inap
yang lebih lama (13 vs 9 hari, p = 0,0001).
Teknik Operasi

Umur,Usia
Tabel 1. Karakteristik Wanita
Dasar Pasien Indeks Peritinitis Mannheim
Skor APACHE
Laparotomi Darurat Laktat (mmol/L)
Tempat Awal/Titik Asal Pasien
• Rumah
• Faskes
Kasus overnight (6 sore-
6pagi)Jenis Ahli Bedah
(subspesialis)
• Perawatan Bedah Akut
• Gynecology-onkologi
• Hepatopancretobilliary
• Bedah Tumor (onkologi)
• Bedah Transplantasi
Indikasi Laparotomi
• Perforasi
• Sepsis
• Iskemia
• Obstruksi
Eksudat purulenta
Eksudat fecal
Hipotensi intraoperatif
Penggunaan Vasopressor
Transfusi darah
Durasi Operasi (menit)
Tabel 2. Hasil pasca operasi dalam agregat (jumlah keseluruhan) cohort

Biaya
Long of stay, hari
Kematian di RS
Laparotomy tak direncanakan
Komplikasi lainnya
Komplikasi karfiovaskular
Komplikasi jaringan lunak/kulit
Komplikasi pernafasan
Komplikasi GI
Komplikasi Infeksius
Komplikasi neurologis
Komplikasi Ginjal
Tabel 3. Karakteristik Pasien Setelah dilakukan scoring PSM (Prospensity Score
Matching)

Teknik Operasi

Umur,Usia
Wanita
Indeks Peritinitis Mannheim
Skor APACHE
Laktat (mmol/L)
Tempat Awal/Titik Asal Pasien
• Rumah
• Faskes
Kasus overnight (6 sore-
6pagi)Jenis Ahli Bedah
(subspesialis)
• Perawatan Bedah Akut
• Gynecology-onkologi
• Hepatopancretobilliary
• Bedah Tumor (onkologi)
• Bedah Transplantasi
Indikasi Laparotomi
• Perforasi
• Sepsis
• Iskemia
• Obstruksi
Eksudat purulenta
Eksudat fecal
Hipotensi intraoperatif
Penggunaan Vasopressor
Transfusi darah
Durasi Operasi (menit)
Tabel 4. Hasil Akhir Pasca Operasi (Postoperative) dalam Analisa
Matched Cohort

Biaya
Long of stay, hari
Kematian di RS
Laparotomy tak direncanakan
Komplikasi lainnya
Komplikasi karfiovaskular
Komplikasi jaringan lunak/kulit
Komplikasi pernafasan
Komplikasi GI
Komplikasi Infeksius
Komplikasi neurologis
Komplikasi Ginjal
Tabel 5. Alasan Mengapa ahli bedah memilih melakukan
Teknik Open Abdomen

Viabilitas Usus
Vasopressor
Kontaminasi / sepsis
Alasan yang kurang jelas
Lainnya
Hipertensi intraabdominal
DISKUSI

Penatalaksanaan bedah darurat pada pasien dengan dugaan


peritonitis sekunder tetap menjadi sebuah tantangan, terutama
dalam situasi di mana sumber daya yang tidak memadai,
ketidakstabilan hemodinamik, dan gangguan fisiologis dapat
menghalangi manajemen definitive.
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan potensi hasil yang
merugikan secara signifikan dan penggunaan
sumber daya perawatan kesehatan yang berlebihan
dengan teknik OA, bahkan ketika menggunakan
pendekatan yang bersifat selektif. Penelitian
selanjutnya lebih diarahkan untuk
mengidentifikasi prediktor sepsis intra-abdominal
yang sedang berlangsung selama relaparotomi dan
mengevaluasi kejadian tambahan yang dilakukan
selama laparotomi  kedua dapat membantu
menentukan sebagian pasien yang mendapat
manfaat dari tindakan relaparotomi.
Thank
you

Anda mungkin juga menyukai