Abdomen:
Inspeksi : Distensi (-), darm steifung (-) Darm
kontur (-) Perubahan warna kulit (-)
Auskultasi : BU (+)
Perkusi : Timpani
Palpasi : NT (-) suprapubik, abdomen supel
Ekstremitas :
Oedem -/- -/-, akaral hangat +/+ +/+, CRT <2 detik, Clubbing finger (-)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan
Hemoglobin 13,9 g/dl 11.7-15.5
Hematokrit 41 % 35-47
Jumlah leukosit 14,0 103/ul 3.6-11
Jumlah eritrosit 4,57 106/ul 3.8-5.2
Jumlah trombosit 378 103/ul 150-440
MCV 88,6 Fl 80-100
MCH 30,4 Pg 26-34
MCHC 34,3 g/dl 32-36
Eosinofil 0,1 % 2-4
Basofil 0.1 % 0-1
Netrofil 78,2 % 50-70
Limfosit 16,4 % 25-40
Monosit 5,2 % 2-8
Ureum 53,4 mg/dL 10-50
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan
● FREKUENSI: 65X/MENIT
● RITME: Ireguler
● AKSIS: Normoaxis
GDS 91
Kesadaran : Delirium
Odem (-)
GDS 32
A : Hipoglikemi,Hipertensi, DM tipe 2
A : Hipoglikemi, Hipertensi, DM tipe 2
P : P :
R/ R/
Infus martos 20tpm
Inj. D40% 2-1-1 Infus martos 20tpm
Candesartan 16 mg 0-0-1 Candesartan 16 mg 0-0-1
Follow Up
3. 10 S : Pasien merasakan lemes (+), Pusing (-) 11/ S : pasien mengatakan lemas
/0 04/
4/ O:
20
20 O:
TD : 128/64, N: 68, RR : 20. S: 36.5 21 TD: 127/67, N: 64, RR : 20, S : 36,2
21
KU : Cukup
GDS 126
Kesadaran : Compos mentis
KU : Cukup
HAV reaktif
GDS 61
Kesadaran : Compos mentis
A :Hipoglikemi, DM tipe 2
A : Hipoglikemi, DM tipe 2, Hepatitis A
P :
P :
R/
R/
Infus martos 500/24 jam
Infus martos 500/24 jam Candesartan 16 mg 0-0-1
Candesartan 16 mg 0-0-1
Inj. D40% 2-1-1
III. DAFTAR ABNORMALITAS
1. TD : 156/96
2. GDS 32
3. Leukosit : L 14,0
4. Eosinofil : L 0,1%
5. Netrofil : H 78,2
6. Limfosit : L 16,4
7. Ureum :H 53,4
8. SGOT : H 40,9
9. SGPT : H 36,8
Assesment Diabetes Mellitus Tipe 2 Primer atau sekunder, komplikasi Diabetes Mellitus
Tipe 2
Plan
IpDx Keluhan utama, pemeriksaan fisik, pemeriksaan GDS, GDP dan Hba1c,
pemeriksaan ureum, kreatinin, pemeriksaan urin rutin.
IpRx Cek rutin gula darah
Novorapid 12.12.0
P.O Acarbose 50mg
IpMx Cek glukosa darah puasa, 2PP menimal seminggu sekali utnuk
mengetaui papakah gula darah terkontrol
HbA1C untuk mengetahui kepatuhan gizi dari pasien
Plan
IpRx Modifikasi gaya hidup sehat termasuk olahraga rutin dan perbaikan gizi
Angiotensin II Receptor Antagonis : Candesartan 16 mg 1 x 1
Ca-Antagoinist: Amplodipin 10 mg 1 x 1
IpMx Monitoring TTV untuk mengetahui efek penggunaan obat pada pasien
Laboratorium DRL : ureum, creatinine untuk mengetahui komplikasi
yang dapat terjadi
EKG untuk mengetahui ada tanda tanda rekam jantung
monitoring efek samping obat.
Assesment Hepatitis A
Plan
Assesment Hipoglikemi
Plan
IpDx Keluhan utama, pemeriksaan fisik, pemeriksaan GDS, GDP dan Hba1c,
pemeriksaan ureum, kreatinin, pemeriksaan urin rutin.
IpRx Cek rutin gula darah
Infus martos 500/24 jam
IpMx Cek glukosa darah puasa, 2PP menimal seminggu sekali utnuk
mengetaui papakah gula darah terkontrol
HbA1C untuk mengetahui kepatuhan gizi dari pasien Laboratorium
DRL
IpEx Edukasi kepada pasien:
Menjelaskan kepada pasien untuk memodifikasi kegiatan sehari-hari
berupa diet nutrisi sehat, olahraga aerobik (jalan cepat, jogging) 30 menit
per hari, meminum obat secara rutin dan patuh , melakukan pengecekan
gula darah secara rutin
Menjelaskan pada pasien akan pentingnya pengobatan medikamentosa
Menjelaskan pada pasien agar makan terlebih dahulu sebelum minum
obat
Edukasi kepada keluarga:
Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang penyakit kronis berserta
komplikasi dan pencegahan perburukan penyakit yang bisa dilakukan
Edukasi kepada keluarga pasien untuk memberikan dukungan kepada
pasien untuk senantiasa melakukan 5 pilar tatalaksana diabetes mellitus
Edukasi kepada perawat:
Memberikan penjelasan kepada perawat akan komplikasi akut darurat
yang dapat terjadi pada pasien seperti hipoglikemia, Status hyperosmolar
hiperglikemia, Ketoasidosis Diabetikum
Memberikan edukasi tatacara pemberian obat pada pasien beserta efek
samping yang bisa terjadi pada pasien
PEMBAHASA
N
Definisi DM
1. Diabetes tipe 1
2. Diabetes tipe 2
3. Diabetes mellitus gestasional
4. Jenis diabetes tertentu karena
penyebab lain, misalnya, sindrom
diabetes monogenik
Diagnosis DM
A ta u
Pemeriksaan HbA1c ≥ 6,5% dengan menggunakan metode yang terstandarisasi oleh National
Glycohaemoglobin Standarization
Program (NGSP). (B)
Tatalaksana
- Edukasi Diabetes mellitus
Pemberian edukasi bertujuan untuk promosi hidup sehat, perlu dilakukan sebagai bagian dari upaya pencegahan dan merupakan bagian yang
sangat penting dari pengelolaan DM secara holistik. Materi edukasi terdiri dari materi edukasi tingkat awal seperti perjalanan penyakit DM, makna
dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM secara keberlanjutan, penyulit DM dan resikonya, intervensi non-farmakologis dan farmakologis
serta target pengobatan, cara pemantauan glukos, penanganan awal hipoglikemia, pentingnya latihan jasmani, perawatan kaki, sedangkan untuk materi
edukasi tingkat lanjut dapat diberikan pengenalan dan mencegah penyulit akut DM, pengetahuan tentang penyulit manahun DM, penatalaksanaan DM
selama menderita penyakit lain, rencana untuk kegiatan khusus2
- Latihan Fisik
Latihan fisik selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan
memperbaiki kendali glukosa darah. Program latihan fisik secara teratur dilakukan 3 – 5 hari seminggu selama sekitar 30 – 45 menit, dengan total 150
menit per minggu, dengan jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut.
Latihan fisik yang dianjurkan berupa latihan fisik yang bersifat aerobik dengan intensitas sedang (50 – 70% denyut jantung maksimal) seperti
jalan cepat, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Pemeriksaan glukosa darah dianjurkan sebelum latihan fisik. Pasien dengan kadar glukosa darah < 100
mg/dL harus mengkonsumsi karbohidrat terlebih dahulu dan bila > 250 mg/dL dianjurkan untuk menunda latihan fisik
Terapi Nutrisi Medis (TNM)
Terapi gizi merupakan bagian penting dari penatalaksanaan DM tipe 2 secara komprehensif. Prinsip pengaturan makan pada penyandang DM hampir sama
dengan anjuran makan untuk masyarakat umum, yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu.
Penyandang DM perlu diberikan penekanan mengenai pentingnya keteraturan jadwal makan, jenis dan jumlah kandungan kalori, terutama pada mereka yang
menggunakan obat yang meningkatkan sekresi insulin atau terapi insulin itu sendiri.
Standar dalam asupan nutrisi makanan seimbang yang sesuai dengan kecukupan gizi baik adalah sebagai berikut :
2
5. Serat : 20 – 35 gram/hari
Untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan penyandang DM, antara lain dengan memperhitungkan kebutuhan kalori basal yang besarnya25 – 30 kal/kgBB ideal.
Jumlah kebutuhan tersebut ditambah atau dikurangi bergantung pada factor seperti: jenis kelamin, umur, aktivitas, berat badan, dan lain lain.
- Terapi farmakologis
Faktor resiko pada hipertensi dapat dibedakan menjadi factor resiko yang dapat
di kontrol, dan faktor resiko yang tidak dapat dikontrol. Faktor resiko yang bisa
dikontrol antara lain overweight atau obesitas, sedentary lifestyle, penggunaan
tembakau, diet tidak sehat, konsumsi alkohol berlebihan, stress, sleep apnea,
diabetes. Sedangkan, untuk factor yang tidak bisa dikontrol adalah umur, ras, dan
riwayat penyakit keluarga
Diagnosis Hipertensi
Penggunaan pengukur tekanan darah otomatis lebih
direkomendasikan, daripada pengukur tekanan darah manual.
Menggunakan pengukur tekanan darah otomatis mengurangi
kesalahan dan menghindari perkiraan nilai BP yang berlebihan
(white-coat hypertension) meremehkan nilai BP (masking
hypertension). Pastikan pasien tidak mengonsumsi kafein atau
merokok dalam 30 menit terakhir. Ukur TD di kedua lengan
dengan pasien dalam posisi duduk, istirahat dengan tenang
setidaknya 5 menit sebelum pengukuran.
Selain itu, anamnesis diperlukan untuk mengetahui riwayat
personal dan keluarga sehingga dapat diidentifikasi untuk factor
resiko dan penyebab adanya hipertensi sekunder. Pemeriksaan
fisik juga dapat dilakukan dengan menimbang berat badan
pasien, dan tinggi pasien, lingkar pinggang, pemeriksaan head
to toe. Pemeriksaan laboratorium juga dapat dilakukan seperti
urinalisis, kimia darah, gula darah puasa atau HbA1C, lemak
darah dan elektrokardiogram
Definisi Hepatitis A
HAV didapat melalui transmisi fecal-oral; setelah itu orofaring dan traktus
gastrointestinal merupakan situs virus ber-replikasi. Virus HAV kemudian di
transport menuju hepar yang merupakan situs primer replikasi, dimana pelepasan
virus menuju empedu terjadi yang disusul dengan transportasi virus menuju usus
dan feses. Viremia singkat terjadi mendahului munculnya virus didalam feses dan
hepar. Pada individu yang terinfeksi HAV, konsentrasi terbesar virus yang di
ekskresi kedalam feses terjadi pada 2 minggu sebelum onset ikterus, dan akan
menurun setelah ikterus jelas terlihat. Anak-anak dan bayi dapat terus
mengeluarkan virus selama 4-5 bulan setelah onset dari gejala klinis. Berikut ini
merupakan ilustrasi dari patogenesis hepatitis A.
Diagnosis
● Diagnosis
Untuk menegakan diagnosis HAV diperlukan beberapa pemeriksaan.
Pemeriksaan tersebut antara lain adalah:
● A. Pemeriksaan Klinis
● Diagnosis klinik ditegakan berdasarkan keluhan seperti demam,
kelelahan, malaise, anorexia, mual dan rasa tidak nyaman pada
perut. Beberapa individu dapat mengalami diare. Ikterus (kulit
dan sclera menguning), urin berwarna gelap, dan feses berwarna
dempul dapat ditemukan beberapa hari kemudian. Tingkat
beratnya penyakit beraragam, mulai dari asimtomatik (biasa
terjadi pada anak-anak), sakit ringan, hingga sakit yang
menyebabkan hendaya yang bertahan selama seminggu sampai
sebulan.
● B. Pemeriksaan Serologik
● Adanya IgM anti-HAV dalam serum pasien dianggap sebagai
gold standard untuk diagnosis dari infeksi akut hepatitis A. Virus
dan antibody dapat dideteksi dengan metode komersial RIA, EIA,
atau ELISA. Pemeriksaan diatas digunakan untuk mendeteksi
IgM anti-HAV dan total anti-HAV (IgM dan IgG). IgM anti-HAV
dapat dideteksi selama fase akut dan 3-6 bulan setelahnya.
Dikarenakan IgG anti-HAV bertahan seumur hidup setelah infeksi
akut, maka apabila seseorang terdeteksi IgG anti-HAV positif
tanpa disertai IgM anti-HAV, mengindikasikan adanya infeksi di
masa yang lalu. Pemeriksaan imunitas dari HAV tidak
dipengaruhi oleh pemberian passive dari
Immunoglobulin/Vaksinasi, karena dosis profilaksis terletak
dibawah level dosis deteksi.
Terapi
● 1. Dekstrosa
● Pada keadaan pasien yang tidak mampu menelan glukosa karena pingsan,
kejang, atau adanya perubahan status mental, pada keadaan darurat dapat di
berikannya dekstrosa dalam air dengan konsentrasi 50% dimana dosis biasanya
yang di berikan kepada orang dewasa, sedangkan pemberian konsentrasi 25%
yang biasanya akan di berikan kepada anak-anak.
●
● 2. Glukogen
● Tidak seperti dekstrosa, yang dalam pemberiannya harus di berikan melalui
intravena, glukogen dapat di berikan pada klien dengan melalui subkutan (SC)
atau intramuskular (IM) yang dimana akan di lakukan oleh perawat yang
memang sudah pengalaman dalam memberikan glokugen. Dalam hal ini
tentunya akan dapat mencegah terjadinya ke terlambatan dalam memulai
pengobatan yang dapat di lakukan secara darurat.
Pencegahan Hipoglikemi
● Menurut (KEMENKES, 2018) untuk mencegah munculnya gejala
Hipoglikemi ialah dengan :
● a. Makan sesuai dengan aktifitas yang di lakukan sehari-hari
● b. Batasi konsumsi minuman keras atau hindari sama sekali
tidak meminumnya
● c. Pantau kadar gula secara berkala
● d. Kenali gejala-gejala Hipoglikemi yang muncul
● e. Selalu siapkan makanan atau obat-obatan pereda gejala di
manapun anda berada
● DAFTAR PUSTAKA