Oleh:
Muhammad Daffa R
Dewi Alfika P
Pembimbing
dr. Arum Siwinarni MSc, Sp. KJ
1
Laporan Kasus Non Psikotik GANGGUAN CEMAS
MENYELURUH
(F41.1)
I. IDENTITAS PASIEN
A. KELUHAN UTAMA :
Cemas
Keluhan cemas sudah dialami sejak 6 tahun yang lalu dan memberat beberapa bulan terakhir ini.
Gangguan Cemas ini pertama kali dirasakan saat tahun 2015 karena pasien terpengaruhi oleh cerita
mistis/keramat di lingkungannya dan pernah melihat ular dalam sumur yang menurut kepercayaan
penduduk setempat bahwa sumur itu adalah sumur keramat, tetapi pasien sempat sadar bahwa yang
sebenarnya dilihat adalah akar pohon, saat itu juga pasien merasa pusing dan sakit kepala yang hebat serta
timbul kecemasan dan rasa takut. Setelah kejadian itu kecemasan pasien kadang-kadang muncul, hingga
suatu saat pasien pernah latihan karate yang berat sekitar 9 bulan yang lalu, kecemasan pasien muncul lagi
secara tiba-tiba dan terus-menerus serta disertai sakit kepala, nyeri ulu hati, sesak napas, jantung berdebar-
debar dan rasa ingin pingsan. Apabila tidak ada kegiatan, cemas lebih sering timbul. Biasanya 3-4 kali
dalam sehari. Jika cemas timbul pasien berusaha mendekatkan diri kepada Tuhan (berdoa) dan mencari
hiburan (menonton tv). Kecemasan pasien juga sering timbul jika pasien merasa ingin pingsan dan takut
diketahui oleh teman di kampusnya. Seminggu setelah latihan karate, pasien melakukan pengobatan
alternatif (gurah/herbal) karena kepala pasien pusing terus menerus dan pasien merasa bahwa ada masalah
dalam kepalanya, setelah melakukan gurah, gejala pusing menghilang sementara tetapi cemasnya semakin
sering timbul apalagi jika pasien banyak pikiran. Setelah itu, Pasien kembali merasakan sakit kepala,
cemas, tangan kram, jantung berdebar-debar dan sesak napas, lalu pasien masuk IGD RSJ Grhasia dan
2
diberi alprazolam 0,5 mg 0-0-1. Hingga saat ini, pasien datang lagi dan masih melanjutkan kontrol rawat
jalan di Poli interna , Poli saraf dan Poli jiwa di RSWS. Pasien pernah melakukan pemeriksaan EKG,
tetapi hasilnya normal, kecuali pemeriksaan laboratorium yang menyatakan adanya gangguan dyspepsia
pada pasien. Awalnya pasien tinggal bersama orang tuanya, tetapi ayahnya meninggal sewaktu umur 2
tahun dan ibunya pergi merantau ke Irian. Kemudian pasien tinggal bersama neneknya sampai kelas 1
SMP, lalu neneknya meninggal, setelah itu pasien pindah dan tinggal dirumah Pamannya sampai kelas 2
SMA. Di rumah Pamannya, pasien sering merasa tertekan karena sering dimarahi, sering disuruh-suruh,
dan pernah di usir dari rumah. Pasien susah tidur karena mimpi buruk seperti dikejar setan, masuk ke
lubang yang sangat dalam, dan mimpi meninggal. Nafsu makan pasien baik.
HENDAYA DISFUNGSI :
Hendaya sosial : +
Hendaya pekerjaan : -
Faktor stressor Psikososial : Masalah Lingkungan, Adat dan Budaya serta Masalah Keluarga
Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat penyakit fisik dan psikis sebelumnya : Tidak ada
hubungan dengan penyakit yang dialami sebelumnya.
Trauma : -
Infeksi : + (demam tinggi saat kelas 4 SD selama 1 minggu dan sembuh sendiri)
Kejang : -
Riwayat penggunaan Zat Psikoaktif :
Narkotik : -
Alkohol : + (saat di toraja,karena mengikuti adat budayanya tetapi tidak sampai mabuk)
P : “Iya masih bisa, tapi kalau datang lagi cemasku, pergi menyendiri dok. Karena
takut pingsan di depannya teman-teman, cemas sekali kalau teman-temanku tau
penyakitku dok.”
DM : “Apa adek M tidak pernah lihat bayangan ?”
P : “Tidak pernah dok.’
DM : “Apa adek M pernah juga mendengar bisikan-bisikan ?”
P : “Tidak dok.”
DM : “Adek M pernah berobat sebelumnya ?” 4
P : “Iya dok. Seminggu setelah saya latihan karate, saya pergi ke pengobatan alternatif yang
herbal itu karena muncul lagi cemas dan sakit kepalaku. Lalu sakit kepalaku sementara
berhenti, setelah itu kembali lagi datang sakit kepala dan cemasku, lalu saya pergi ke UGD
dan dikasi obat dok. Dan setelah itu, sekarang saya baru-baru dari poli interna, poli saraf
untuk periksa sakit kepalaku lalu disuruh konsul ke jiwa, jadi saya kesinimi dok, saya ke
poli jiwa ini dok untuk atasi cemasku. Tapi dokter yang sudah EKG saya, dia bilang kalau
jantungku baik-baikji dok, tapi kenapa saya kalau cemas biasa berdebar- debar juga
jantungku dok ?”
DM : “Itu bisa disebabkan karena kecemasan adek M yang berlebihan, jadi
jantungnya terpengaruh oleh hal itu. Lalu, apa adek M rajin minum obatnya ? Obat apa
yang diberikan ?”
P : “Iya rajinja dok. Ini obatnya.” (pasien mengeluarkan obatnya)
DM : “Apa ada perubahan setelah meminum obat ini ?”
P : “Ada dok, tapi tidak tauka kenapa cemasku biasa muncul lagi.”
DM : “Adek M tinggal sama siapa dirumah ?”
P : “Tinggal sama kakak kandung di kos-kosan.”
DM : “Apa ada juga di keluarga adek M yang pernah mengalami hal seperti ini ?
P : “Ada dok. Tanteku dulu cemas seperti saya. Lalu kakakku pernah juga berteriak-
teriak di depan rumah tapi sekarang berhenti karena sudah diobati dukun.”
DM : “Oh. Jadi orang tua tinggal dimana ?”
P : “Dulu saya tinggal sama orang tua ku, tapi bapakku meninggal dan mamaku pergi
merantau ke Irian, jadi saya tinggal di nenekku waktu kelas 1 SMP, tapi nenekku
meninggal lagi jadi terpaksa saya tinggal sama Pamanku. Tapi saya pernah diusir dari
rumahnya pamanku karena saya tidak ikuti perintahnya pamanku. Besar sekali tekanan
juga dok kalau tinggal di rumahnya pamanku, makanya hanya sampai kelas 2 SMA ja di
sana dan sekarang saya tinggal sama kakakku.”
DM : “Lalu apa yang adek M rasakan setelah peninggalan ayah dan nenek adek M ?”
P : “Sedih dok. Saya merasa kehilangan.”
DM : “Lalu bagaimana dengan nafsu makan dan tidur adek M ?”
P : “Nafsu makanku baik dok, tapi biasa susah tidur karena selalu mimpi buruk dikejar setan
, masuk ke lubang yang sangat dalam dan saya melihat diriku
juga meninggal dok.”
DM : “Ooh kira-kira dalam seminggu berapa kali adek M susah untuk tidur ?”
P : “Mungkin 2 atau 3 hari dalam seminggu dok.”
DM : “Jadi apa yang adek M lakukan jika tidak tidur ?”
P : “Biasa muncul lagi cemasku dok. Makanya biasa saya berusaha hilangkan cemasku
dengan cara pergi menonton Tv dan berdoa selalu pada Tuhan dok.”
DM : “Jika adek M menemukan dompet di jalanan, adek M mau apakan dompet itu ?” P :
“Dikembalikan dok. Saya akan berusaha cari pemiliknya dok.”
DM : “Oo iya. Lalu, apakah adek M tau apa arti dari panjang tangan ?”
P : “Tau dok. Artinya Pencuri dok.”
DM : “Oo..iya, Lalu apa masih ada keluhan lain yang adek M rasakan?”
P : “nda ada dok.”
DM : “Baik kalau begitu. Terima kasih banyak atas waktunya, semoga cepat sembuh yah dek
M.”
P : “sama-sama dok .”
5
IV. STATUS MENTAL :
A. Deskripsi Umum :
a. Penampilan : Tampak seorang laki-laki dengan baju kaos biru celana putih, wajah
sesuai usia, penampilan rapih, kulit putih.
b. Kesadaran : Baik.
c. Perilaku dan aktivitas psikomotor : Tenang
d. Pembicaraan : Spontan, lancar, intonasi biasa.
e. Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif
D. Gangguan persepsi
1. Halusinasi :-
2. Ilusi : Ada (Pasien sempat melihat ular yang ternyata pasien sadari itu hanya
akar pohon)
E. Proses berpikir
1. Arus pikiran :
a.Produktivitas : Cukup
b.Kontuniutas : relevan, koheren
c. Hendaya berbahasa : Tidak ada 2. Isi
pikiran :
a.Preokupasi : Tidak ada b.
Gangguan isi pikiran : Tidak ada.
H. Tilikan (Insight) : Baik (pasien sadar dirinya sakit dan perlu pengobatan )
Pemeriksaan Fisik :
Status Internus :
Tekanan darah : 130/90, nadi 90x/menit, Suhu = 36.6 ◦ C, frekuensi pernapasan 22x/ menit,
Konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterus.
Status Neurologis :
GCS : E4M6V5 , rangsang meanings : kaku kuduk (-), kernig sign (-/-), pupil bulat isokor 2,5 mm/2,5
mm. sensorik ke empat ekstremitas dalam batas normal dan tidak ditemukan refleks patologis
Seorang lelaki umur 19 tahun datang ke poli jiwa dengan rujukan dari Poli interna dan saraf karena
keluhan cemas yang berlebihan. Keluhan cemas telah dialami 6 tahun yang lalu dan memberat beberapa
bulan terakhir ini. Awal kecemasan muncul karena ketakutan oleh cerita mistis di lingkungan pasien. Dan
kecemasan memberat hingga pasien merasakan sakit kepala hebat, nyeri ulu hati, sesak napas, jantung
berdebar-debar dan rasa ingin pingsan disaat seminggu setelah latihan karate yang berat. Setelah itu, pasien
pernah berobat ke pengobatan alternative/herbal, lalu ke UGD RSJ Grhasia, lalu ke poli jiwa di RS, dan
hingga sekarang pasien telah ke poli interna, saraf dan jiwa dengan keluhan kecemasan pasien masih ada
beserta keluhan lain seperti sakit kepala, tangan kram-kram, badan pernah kaku, sesak napas, nyeri ulu hati
dan jantung berdebar-debar. Pasien pernah melakukan pemeriksaan EKG namun hasilnya dalam batas
normal, kecuali pada pemeriksaan laboratorium, hasilnya adalah pasien menderita dyspepsia. Pasien sering
mencemaskan penyakitnya dan takut diketahui oleh teman-temannya. Pasien melihat ular yang teryata,
pasien telah sadari bahwa itu hanya akar pohon. Pasien sulit tidur dan selalu mimpi buruk.
Pada pemeriksaan status mental didapatkan, seorang laki-laki dengan baju kaos biru
celana pendek hitam, wajah sesuai usia, penampilan rapih, kulit putih, kesadaran baik, perilaku dan
aktivitas psikomotor tenang, pembicaraan spontan dan lancar,intonasi biasa dan kooperatif, mood cemas,
afek kesan cemas, empati dapat diraba rasakan, fungsi intelektual sesuai dengan taraf pendidikan, daya
konsentrasi baik, pikiran abstrak baik, tidak ada gangguan persepsi dan isi pikir, pengendalian impuls baik,
daya nilai baik, tilikan baik dan secara keseluruhan yang diutarakan pasien dapat dipercaya.
Aksis I
Berdasarkan auto anamnesis dan pemeriksaan status mental didapatkan gejala klinis yang bermakna,
berupa kecemasan yang berlebihan setiap hari, sulit tidur, jantung berdebar-debar, sesak napas, sakit
kepala, nyeri ulu hati. keadaan ini menimbulkan distress (penderitaan) bagi pasien dan terdapat hendaya
dalam sosial. Sehingga pasien disimpulkan mengalami gangguan
jiwa.
Pada pemeriksaan status mental tidak ditemukan hendaya berat dalam menilai realitas, sehingga
digolongkan dalam gangguan jiwa non psikotik.
Pada pemeriksaan status internus dan neurologis tidak ditemukan kelainan sehingga gangguan mental
organik dapat disingkirkan. Jadi didiagnosis dengan gangguan jiwa non psikotik non organik.
Dari Auto anamnesis serta pemeriksaan status mental didapatkan bahwa pasien mengalami kecemasan
yang berlebihan setiap hari hingga beberapa minggu bahkan sudah bertahun-tahun, dan timbul disaat
keadaan apa saja ( free floating anxietas) , sulit tidur, gelisah serta mengalami hiperaaktivitas otonom yaitu
jantung berdebar-debar, sakit kepala, sesak napas dan nyeri ulu hati sehingga pada pasien didiagnosis
Gangguan Cemas Menyeluruh ( F41.1)
Aksis II :
Aksis III :
Aksis IV
Stressor Psikososial : sedari kecil ditinggalkan orang tua, dan pernah mendapat tekanan dari paman.
Aksis V :
GAF Scale 60 – 51 gejala sedang (moderate) disabilitas sedang.
Orgabobiologik : Tidak ditemukan kelainan keadaan medis umum, namun diduga ada kelainan
IX. PROGNOSIS
Bonam
o Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir setiap hari
untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya
menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya “ free floating” atau
“mengambang” )
o Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut :
a. Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit
konsentrasi, dsb)
b. Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai) ; dan
c. Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak
napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb)
o Pada anak-anak, sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan
membatalkan diagnosis utama Gangguan Anxietas Menyeluruh , selama hal tersebut tidak
memenuhi kriteria lengkap dari episode depresif (F32.-), gangguan anxietas fobik (F40.-),
gangguan panik (F41.0), atau gangguan obsesif-kompulsif (F42.-)
Pada pasien ini, ditemukan gejala-gejala berupa kecemasan yang timbul 3-4 kali dalam sehari, terus-
menerus dan biasa muncul tanpa sebab yang jelas, yang disertai ketegangan motorik berupa sakit kepala hebat
serta adanya overaktivitas otonomik berupa nyeri ulu hati, sesak napas, jantung berdebar-debar dan rasa ingin
pingsan sehingga menurut buku PPDGJ III , didiagnosis sebagai Gangguan Cemas Menyeluruh (F41.1)
Pada pasien ini diberikan terapi berupa Alprazolam, yakni obat anti Anxietas golongan Benzodiazepine.
Golongan benzodiazepine sebagai obat anti anxietas mempunyai ratio terapeutik lebih tinggi dan lebih kurang
menimbulkan adiksi dengan toksisitas yang lebih rendah, dibandingkan dengan non benzodiazepine. Golongan
benzodiazepine adalah drug of choice dari semua obat yang mempunyai efek anti anxietas, disebabkan
spesifitas, potensi dan keamananya.Alprazolam efektif untuk anxietas antisipatorik , onset of action lebih cepat
dan mempunyai komponen efek anti depresi.
Psikoterapi yang dapat diberikan pada pasien ini yaitu Psikoterapi suportif dan sosioterapi. Psikoterapi
suportif bertujuan untuk memberikan dukungan terhadap ego agar dapat menghadapi stressor yang ada. Dapat
pula diberikan terapi relaksasi bila timbul perasaan cemas pada pasien.
Ada beberapa faktor pendukung dalam menilai prognosis dari pasien ini, yaitu :
Namun ada juga beberapa Faktor penghambat dari prognosis pasien ini, yakni :
Berdasarkan faktor yang ditemukan maka prognosis pasien ini adalah bonam.
RENCANA TERAPI
A. Farmakoterapi
Alprazolam 0,5 mg 2x1
B. Psikoterapi
1. Ventilasi : Memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaan dan
keluhannya sehingga pasien merasa lega.
2. Konseling : Memberikan penjelasan kepada pasien sehingga dapat membantu pasien dalam
memahami penyakit dan cara mengatasinya.
3. Relaksasi
C. Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada keluarga dan orang di sekitar tentang penyakit pasien sehingga dapat
memberikan dukungan moral dan menciptakan lingkungan yang kondusif sehingga dapat membantu
proses penyembuhan.
FOLLOW UP
Membantu keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya serta efektivitas pengobatan dan efek
samping dan obat yang perlu diperhatikan.