oleh dr. Bambang Suharto Sp.A.,MH.Kes. Pendahuluan Distres pernafasan (DP) 10% pengunjung kedaruratan anak 30% rawat PICU E/ DP pulmonal atau ekstra pulmonal. 1. Pada neonatus obstruksi nasal, anomali saluran nafas kongenital, takipnu transien, RDN, aspirasi mekoneum, pnemonia, sepsis, KJB. 2. Pada bayi/anak abses peritonsiler, croup, trakeitis, corpus alienum, bronkiolitis, asma, alergi, pnemonia, demam, sepsis, GE/ dehidrasi. Patofisiologi: Diameter respiratory tract (RT) pd anak kecil rentan aklusi, pe↑ resistensi. Proses2 pd RT sempit pe↑ resistensi RT pe↑ usaha nafas yg signifikan Pd anak respiratory disstres (RD) pe↑ resistensi dan turbulensi RT. Pd bayi, nafas utama melalui hidung bila terjdi obstruksi nasolaring pe↑ usaha nafas dlm bentuk retraksi ddg dada. Lidah bayi dan anak relatif besar bila tidak sadar/status mental terganggu obstruksi didaerah orofaring (e.c tonus lidah hilang) Tonsil dan adenoid anak rentan perdarahan saat tindakan klinik. Cincin kartilago trakea anak belum sempurna rentan thd penekanan. Cinci krikoid paling sempit RT atas utk < 7-9 tahun sering terjd aklusi pd aspirasi korpus slienum. Hidung: bayi < 4 bln, bernafas utama melaui hidung, bila kongesti nasal RD signifikan. Laring: lebih tinggi (C₃ - C₄,C₅,C₆) berbentuk terowongan yg menyempit pd cincin krikoid, lebih lembut dan elastis lebih sulit utk intubasi, lebih mudah kolaps, t.u dg obstruksi tetap. Trakea: ⅓ diameter dewasa saat lahir, lebih pendek Hukum Poeseuilleresistensi berbanding terbalik dg resistensi; penebalan 1 mm penyempitan diameter 20% pd dewasa dan 80% pd anak. Alveoli: masih kurang berkembang mdh terjadi kolaps dan perfusi mismatch. Paru: kapasitas residual fungsional masih rendah proteksinya terbatas saat terjadi gangguan ventilasi, Pa O₂ me↓ dg cepat. Pusat kontrol pernafasan masih immatur tidak mampu merespon dg baik thd adanya obstruksi RT atau thd me↑nya metabolik. Dinding dada compliancenya lebih besar, otot interkostal immatur, kosta lebih horissontal, saat tidur REM pergerakan otot lebih tdk terkontrol retraksi otot tambahan, diagfragma bekerja me↑ ttp kurang efektif. MANIFESTASI KLINIK RD terjadi pe upanafas nafas utk menjaga fungsi respi guna memenuhi kebuhan tubuh. Tanda- tandanya takipnu dan takikardi., retraksi in ddg dada, respirasi cuping hidung, grunting (respon penutupan glotis pada akhir respirasi, tandan bahaya pd RD) Bayi, t.u anak dg RD position of comfort (kompensasi thd RD) Gagal nafas usaha nafas tdk mampu menjaga fungsi nafas dg adekuat (oksiginasi nya maupun ventilasinya). Kriteria gagal nafas: 1. Klinis: a. takipnu, bradipnu, apnu, nafas ireguler. b. Pulsus paradoksus > 30 mmHg c. Suara nafas berkurang/hilang d. Terdengar stridor, grunting, wheezing e. Retraksi berat dan penggunaan otot nafas tambahan. f. Sianosis dg O₂ 40% g. Pe↓ kesadaran dan respon nyeri h. Reflek batuk atau menelan hilang/ melemah. i. Tonus otot memburuk. 2. laboratorium: Pa O₂ < 60 mmHg pada O₂ 60% Pa CO₂ > 60 mmHg dan pe keasaman, pH <7,3. Tatalaksana: Prinsip Umum perlu R/ O₂ yg dilembabkan cara: dg sungkup rebreathing dan non rebreathing, kanulan nsal atau head box. Dapat diberikan saat dipangkuan ibu, selanjutnya tergantung RD RT atas atau bawah. Pematauan RD: 1. Pulse oksimetri mengetahui Pa O₂ (mengetahui perburukan/tidak). 2. Nilai Pa CO₂ kecukupan ventilasi alveolar. Nilai normal dipertahankan dg upaya nafas pada bayi dg RD dan takipnu, nilai ini tdk akurat mudah terjadi retensi CO₂ gagal nafas irreversible. Takipnu tdk menjamin ventilasi adekuat bisa gagal mempertahankan tidal volume adekuat hipoventilasi dan retensi CO₂. 3.Nilai Pa O₂ gambara pertukaran gas di alveoalar, pd kondisi tertentu mengukur keseimbangan antara pefusi jaringan dengan kebutuhan metabolisme. 4. pH arteri keseimbangan kebutuhan metabolik dengan pengeluaran respiratorik. Tatalaksana kondisi khusus: 5. Gangguan RT atas: suara stridor khas pada RT atas. Pada bayi muda dg stridor anomali kongenital (makroglosi, laryngo malacia, tracheomalacia). Yang paling sering pada: epiglotis, croup , corpus alienum. I. Epiglotitis (Supraglotitis): Emergensi, tdk tertangani baik kematian Semua umur t.u 2 – 7 tahun (25% < 2 th). Insiden me↓ dg vaksinasi Hemofilus Influenza. Gejala klinik: demam ↑↑, disfagia akut, RD progresif. Cari posisi nyaman voluntary upper airway posturing ( upright, mulut terbuka, ekstensi kepala-leher-dagu, keluar air liur). Tdk mau bicara, bila dipaksa serak. Jika ada stridor KU jelek Nyeri teggorok, disfagia. Dapat menyerupai G/ croup ttp tdk ada respon dengan pengobatan mungkin glititis atau trakeotitis. Anak < 2 th dpt di dahului dengan demam 12-24 jam sblm gangguan suara, menelan dan inspirasi. E/ H. Influenza tipe B ( ter>>), Strep. Pneumonia, S. aureus, Strep. Β hemolitikus groupA. Kultur darah dan epiglotis 80-90% positif. Rö AP leher khas thumb print (sprt cap jempol) epiglotis yg membengkak. Tatalaksana: 1. Tidak boleh tergitasi 2. Beri O₂ (libatkan orang tua) 3. Biarkan anak pilh posisi nyaman 4. Siapkan mask and bag, intubasi dan jarum krikotiroidektomi. 5. konsultasi ahli utk intubasi, tindakan pembebesan jalan nafas, siapkan operasi. 6. Ke ruang operasi utk visualisasi langsung dan kultur darim epiglotis dan utk intubasi. 7. Antibiotik: Ampisilin 100 mg/kgbb/kali a’ 6 jam , kloramfenikol 25 mg/kgbb/kali a’ 6 jam atau cefotaksim 50 mg/kgbb/kali a’ 6 jam. 8. kirim pasien ke PICU monitoring. 9. bila gagal nafas sblm stabilisasi, lakukan: Buka jalan nafas dg positioning Ventilasi dg mask and bag Bila tdk dpt diventilasi intubasi dg ET kira22 1 mm lebih kecil dari yang diperkirakan. k/p surgical cricityroidectomi.
II. Croup (laringotrkeobronkitis virus):
Biasanya umur 1-3 tahun 90% dg stridor inspirasi ringan-berat Demam 38 -40° C. Khas batuk menggonggong Yang tipikal tampak perburukan pd hari ke 2 diikuti resolusi dlm bbrp hari kmd. Sebagian besar anak dpt mentoleransi dg signifikan. Rö AP soft tissue bagian atas leher didaerah subglotis tampak runcing seperti menara ( steeple sign). Lateral tampak penyempitan subglotis. Skor Croup 0 1 2 Suara nafas inspirasi Normal Kasar dg ronki Tertunda
Stridor - inspirasi Inspirasi & ekspirasi
Batuk - Terdenar serak Menggonggong Retraksi& flaring nose - Suprasternal & Flaring Di+ subkostal dan nose interkostal Sianosis - Dg udara ruangan Dg O₂ 40% Bila skor > 7 atau batuk+2 katagori lainnya Croup berat. Tatalaksana: 1. Hindari teragitasi ( harus nyaman) 2. Biarkan mencari posisi nyaman 3. Beri udara lembab dab dingin , jika ada RD bri O₂ yg dilembabkan. 4. Jika stridor + efinefrin 1:1000 yg dilarut dalam Na Cl 0,9%, dosis 0,5 ml 0bserv 2 jam. 5. Beri deksametason i.m 0,6 mg/kgbb 6. ETT 7. Rö Leher AP dan lateral 8. Bila ada stridor saat istrirahat konsultasi THT. III. Obstruksi CA (corpus alienum) : Terbanyak <5 tahun 65% meninggal <2 tahun. E/. Makanan (kacang, permen, sosis), benda-benda di rumah (baterai, kelereng, koin). Gejala klinik: Ringan (hanya batuk) – berat (obstruksi total RT) Tidak fibris Gejala timbulnya akut Terbanyak obstrukksi parsial Rö AP & Lateral RT atas, mulai nasofaring sampai karina. Rö toraks saat inspirasi, ekspirasi maupun dekubitus. Terlihat gambaran radiolusen. Jika sangat curiga CA bronkoskopi utk menyingkirkan CA Tatalaksana : 1. Obstruksi inkomplit (ada gangguan fonasi, batuk): a. Beri O₂ b. Posisi nyaman, hindari stimulasi c. Kontrol jalan nafas 2. Obstruksi total akut: a. Umur < 1 tahun backblow manouver diikuti dg chest thrusts b. Umur > 1 th abdominal thrust berulang c. Lakukan ventilasi d. Bila gagal gunakan forcep Magil, dg visualisasi dengan laringoskop dlm usaha menyingkirkan CA e. Jika gagal berikan ventilasi bag & mask atau ETT, K/p krikotiroidektomi. f. Jika CA tlh terdorong ke salah satu bronkus, bronkus yg lain akan menyokong upaya nafas. g. Siapkan bronkoskopi IV. Trakietis bakterialis (trakietis membranosa) infeksi di sub glotis Dpt pimer atau skunder akibat virus laringotrakeo bronkitis. Gejala klinik: KU. Tampak sakit berat, demam tinggi. Batuk menggonggong, atau suara serak. Bbrp kasus dengan stridor berat (insp/eksp) Dapat berkembang menjd obstr nafas total Rö soft tissue tampak penyempitan du daerah subglotis, tampak membrane trakea compang- camping. Saat ETT epiglotis normal, di daerah subglotis peradangan, pus inflamasi / pseudomembran Kultur S. aureus, dpt juga Strep. Pnemoni atau H. influenzae. R/. Antibiotika, ETT bila ada indikasi. V. Abses retrofaringeal: Sekuder akibat dari limfadenitis servikalis atau trauma yg menmbus orofaring posterior Predominan pada anak < 3 tahun, atau anak lebih besar. Gejala klinik: Suara serak, sulit menelan, berliur, stridor (jarang). Tampak sakit berat, posisi menengadah. Dapat terjadi kakuk kuduk. Demam/ tanpa demam Rö AP: soft tissue posterior faring yg menonjol. Utkmenyingkirkan supraglotitis Rö lateral leher pembengkakan soft tissue para vertebral setingggi faring dan epiglotis, lipatan ariepiglotis. Visualisasi (hindari agitasi/utk anak besar/dpt koperatif)bulging didaerah anterior dan udema ddg posterior faring. Tatalaksana : Jika alat dan tenaga skil tersedia intubasi pada kaus dengan parsial obstruksi. Drainase secara operasi / darinase tanpa operasi. R/. Antibiotik utk aerob dan anaerob. VI. Abses peritonsilar Biasanya pd umur >8 tahun Akibat komplikasi dari tonsilitis bakterialis Bbrp kasus merupakan superinfeksi Eibstan Barr Virus Gejala klinik: Disfagia, nyeri telinga ipsi lateral, trismusi, disartria, berliur, tampak sakit berat Fonasi “hot pottato” (otot palatum terpisah saat bicara). Faring hiperemis, dengan tonsil membengka uni lateral . Ovula tampak terdorong kedaerah yg sehat Palatum mole terdorong ke tengah, fluktuasi ada cairan purulen. Adenopati cervikalis. Komplikasi tortikolis strnomastoidius, fascitismedianitis, obstruksi RT. Pe↑ lekosit. Tatalaksana: Kultur tenggorok dilakukan. Aspirasi dg jarum pd tonsiler (Sp.THT) Serologis utk Eibstein Barr Virus. R/. Antibiotika aerob dab anaerob Terima kasih