Anda di halaman 1dari 16

HUBUNGAN MEROKOK DENGAN

KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU

Oleh
Nama : Ajeng Prasasti
Nim : 1811005

Program Studi Ilmu Keperawatan


Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam
T.A 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa tuberkulosis paru (TB paru)
merupakan kedaruratan global bagi kemanusiaan (Kemenkes, 2011). Prevalensi TB paru
secara global masih tinggi yaitu 289 per 100.000 penduduk (Kemenkes, 2009). Angka
prevalensi,
TB paru pada tahun 2008 di negara-negara anggota Association of Southest
Asian Nation (ASEAN) berkisar antara 27 sampai 680 per 100.000 penduduk. Indonesia
berada pada urutan ke-9 dengan prevalensi TB paru 210 per 100.000 penduduk
(Kemenkes, 2010).
TB paru merupakan penyakit dengan beberapa faktor risiko, salah satu faktor
risikonya adalah merokok. Penelitian yang dilakukan di India (Kolappan, 2002) dengan
desain kasus kontrol melaporkan bahwa orang yang merokok tembakau memiliki risiko
2,48 kali lebih besar terkena TB paru dibanding orang yang tidak merokok. Sedangkan
penelitian yang dilakukan di Indonesia (Rusnoto, 2008) dengan desain yang sama
melaporkan bahwa orang yang memiliki kebiasaan merokok berisiko 2,56 kali lebih
besar bersiko terkena TB paru dibanding orang yang tidak pernah merokok.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk
B. Rumusan Masalah menegtahui Hubungan Merokok
Berdasarkan Masalah yang telah dengan Kejadia Tuberkulosis Paru
diuraikan diatas maka rumusan
masalah dalam penelitian ini :
2. Tujuan khusus
“Adakah Hubungan Merokok a. Mengetahui hubungan derajat
dengan Kejadian Tuberkulosis hisapan merokok dengan kejadian
Paru ? tuberkulosis paru.
D. Manfaat Penelitian:
1. Manfaat Pengetahuan
a. Memberi informasi tentang potensi risiko merokok terhadap
kejadian tuberkulosis paru.
b. Sebagai bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut.
2. Manfaat Praktis
c. Dimanfaatkan sebagai materi dasar memotivasi perokok untuk
berhenti merokok.
d. Dapat memberikan pandangan pada pasien tuberkulosis paru supaya
mengubah sikap dan perilaku dalam merokok sehingga dapat
memperlancar pengobatan pasien tuberkulosis paru.
e. Pada seseorang khususnya anak-anak dan remaja untuk
menghindarkan diri menjadi perokok
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

Merokok Tuberkulosis Paru

Merokok adalah suatu kebiasaan Tuberkulosis adalah penyakit


yang merugikan bagi kesehatan infeksi menular yang disebabkan
karena merupakan suatu proses oleh Mycobacterium
pembakaran massal tembakau Tuberculosis. Sebagian besar
yang menimbulkan polusi udara kuman TB menyerang paru tetapi
dan terkonsentrasi, yang secara dapat juga menyerang organ
sadar langsung dihirup dan tubuh lainnya (Depkes, 2016).
diserap oleh tubuh bersama udara
pernapasan (Situmeang, 2002).
Etiologi
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang diseababkan
infeksi kuman (basil) Mycobacterium Tuberculosis. Selain bakteri
Mycobacterium Tuberculosis yang dapat menimbulkan gangguan
pada saluran nafas dikenal dengan MOTT (Mycobacterium Other
Than Tuberculosis) terkadang dapat mengganggu penegakan
diagnosis dan pengobatan tuberculosis.
Klasifikasi
Berdasarkan hasil pemeriksaan sputum, TB paru menurut PDPI
(2011) dikategorikan menjadi :
1. Tuberkulosis Paru BTA (+)
2. Tuberkulosis Paru BTA (-)
Cara Penularan
Sumber penularan adalah pasien tuberkulosis Basil Tahan Asan
(BTA) posituf. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan
kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei).
Sekali dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.
Riwayat Merokok
Kerangka
Berpikir Tembakau

Imunologis Bahan toksik

Penurunan Penurunan Perubahan Peningkatan oxidan


mucociliary CO4+ morfologi
clearence limphohenia surface
makrofog

Penurunan system imun tubuh paru

Paru rentan infeksi


Kontak kuman
TBC
Terinfeksi

Sakit TBC paru


Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Antara Variabel Dependen

Merokok Hormon Tuberkulosis


Leptin Paru

Usia
IMT
Usia
Lama nya
merokok

Hipotesis
Berdasarkan dari tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran di atas, maka
hipotesis dalam penelitian ini adalah : Adanya hubungan antara merokok
dengan kejadian tuberkulosis paru.
BAB III
METODE PENELITIAN

a. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitaif, dikatakan metode kuantitaif
karena data penelitian berupa angka dan analisa menggunakan statistik.
b. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di poli rawat jalan dan rawat inap RSUD Dr.
Moewardi Surakarta.
c. Populasi dan sampel penelitian
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek yang
mempunyai kualitas dn karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti.
Populasi pada penelitian adalah semua pasien penderita tuberkulosis paru
yang datang di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian jumlah populasi atau
dengan kata lain sampel adalah sebagian wakil populasi yang diteliti.
Besar sampel minimal dalam penelitian ini ditentukan menggunakan
rumus pengambilan sampel (lameshow, 19997).
d. Teknik sampling
Purposive random sampling.
e. Metode Pengumpulan Data
1. Data Primer
Semua variabel independen tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, status
merokok, usia mulai merokok, jumlah rokok yang dihisap, lama
merokok, jenis rokok diketahui dengan melakukan wawancara
terstruktur menggunakan kuesioner.
2. Data Sekunder
Data sekunder yang digunakan dalam peneitian ini adalah data
pendukung seperti data jumlah penderita TB paru BTA positif, hasil
pemeriksaan laboratorium pasien nama dan alamat tempat tinggal, umur
pertama kali terdiagnosis TB, jenis kelamin dan IMT yang didapatkan
dari formulir daftar tersangka penderita (suspek yang diperiksa dahak
SPS (TB.06)) dan kartu pengobatan pasien TB (TB.01) di poli rawat
jalan dan rawat inap RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
f. Definisi operasional variabel:
1. Merokok
Definisi : Merokok adalah kegiatan menghisap batang rokok yang sudah
dinyalakan secara aktif (situmeang, 2002).
Sumber data : wawancara
Hasil pengukuran : merokok dan tidak merokok
Alat ukur : kuesioner
Skala : nominal
2. Riwayat merokok
Definisi : Riwayat merokok adalah terdiri dari perokok dan bekas
perokok.
Sumber data : Wawancara
Alat ukur : Kuesioner
Hasil : Perokok dan bekas perokok
Skala : Nominal
3. Perokok
Definisi : Perokok adalah orang yang merokok lebih dari 100
sigaret sepanjang hidupnya dan saat ini masih merokok atau telah
berhenti merokok kurang dari satu tahun (Kang et al., 2003).
Sumber data : Wawancara dan rekam medis pasien
Alat ukur : Kuesioner
Hasil : Perokok dan bukan perokok
Skala : Nominal
Penglohan dan analisa data
Pengolahan data
Dalam tahap ini data yang di peroleh melalui penelitian, diolah sesuai susunan
kebutuhan peneliti dari informasi yang telah dikumpulkan. Setelah itu dilakukan
analisis data dilakukan dengan langkang-langkah sebagai berikut :
1. Editing
2. Coding
3. Tabuleting
Analisis Data
a. Analisis bivariat  
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat nilai Odds Rasio (OR) pada
masing-masing variabel dengan kejadian TB paru. Uji OR merupakan salah
satu uji yang digunakan untuk melihat besar risiko variabel independen.
Variabel tersebut diantaranya adalah status merokok, usia mulai merokok,
jumlah rokok yang dihisap, lama merokok, jenis rokok, IMT, umur, jenis
kelamin, pendidikan terakhir dan jenis pekerjaan. Selain itu analisis bivarat
bertujuan untuk melihat hubungan antara merokok dengan kejadian
penyakit TB paru. Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel.  
Nilai OR merupakan perbandingan antara risiko yang dialami oleh
mereka yang terpapar dengan mereka yang tidak terpapar. Nilai OR
dimulai dari nol (0) sampai tak terhingga. Nilai OR sama dengan satu
(OR=1) berarti tidak ada hubungan. Nilai OR lebih kecil dari 1 berarti
faktor tersebut bersifat protektif (OR< 1). Sedangkan jika OR lebih dari 1
(> 1) berarti bahwa fakto tersebut merupakan faktor risiko (Meehan,
2003).  
Jika dalam penelitian ini dihasilkan nilai OR dengan rentang CI
(confident interval) yang tidak mencakup nilai 1,00 maka bisa dinyatakan
signifikan pada α 10%. Namun jika nilai lower limit dan upper limit
(nilai CI) mencakup 1,00 maka hasil penelitian dinyatakan tidak
signifikan secara statistik pada nilai alpha 0,01 (Meehan, 2003).
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai