Anda di halaman 1dari 29

Cindy Septianingsih Maga

Fricilia Vivi Suwadak


Anggun Yudistira Hunow
Azzahra Imansari Mahmud
TB PARU
Dhea Safitri Didik Hariyanto
Ganda Sari Sedana
Lucky Firmansyah
Mohammad Ruslan Husain
Nurzihan Adam
Ririn Fajriaty
Sitti Nadia Suleman
Oleh Kelompok 2
Titin Ismail
Diah Amalia Mirzanti Djamil
Konsep Medik Tuberkulosis Paru

Pengertian
Tuberkulosis atau yang dikenal dengan TB Paru adalah penyakit infeksius yang
terutama menyerang parenkim paru. Tuberkulosis paru merupakan suatu penyakit
menular yang disebabkan oleh bakteri Mycrobacterium tuberculosis yang merupakan
salah satu penyakit saluran pernapasan bagian bawah yang sebagian besar basil
tuberkulosis masuk ke dalam jaringan paru melalui air borne infection dan selanjutnya
mengalami proses yang dikenal dengan focus primer dari ghon.
penyakit Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang dikendalikan oleh
sistem imun manusia, yang penularannya melalui udara, kuman dibersinkan atau
dibatukkan keluar menjadi droplet dalam udara dan ketika terhirup oleh orang sehat
akan menempel pada jalan nafas atau di paru (Wijaya & Putri, 2013).
Etiologi
• Penyebab dari penyakit Tuberkulosis paru adalah terinfeksinya paru oleh
Mycobacterium Tuberculosis yang merupakan kuman berbentuk batang
dengan ukuran sampai 4 mycron dan bersifat anaerob. Sifat ini yang
menunjukkan kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan
oksigennya, sehingga paru-paru merupakan tempat prediksi penyakit
tuberkulosis. Kuman ini juga terdiri dari asam lemak (lipid) yang
membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap
gangguan kimia dan fisik. Penyebaran Mycobacterium Tuberculosis yaitu
melalui droplet nukles, kemudian dihirup oleh manusia dan menginfeksi
(Depkes RI, 2002 dalam (Wijaya & Putri, 2013).
• Agen infeksius utama, Mycobacterium tuberculosis adalah batang
aerobik tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap
panas dan sinar ultraviolet.
Klasifikasi
Sesuai dengan program Gerdunas P2TB klasifikasi TB Paru dibagi sebagai berikut:

TB Paru BTA Positif TB Paru BTA Negatif Bekas TB Paru


• Dengan atau tanpa gejala klinik • Gejala klinik dan gambaran • Bakteriologik (mikroskopik dan biakan)

• BTA Positif: mikroskopik positif radiologik sesuai dengan tb paru negatif

2 kali, mikroskopik positif 1 kali aktif • Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa

disokong blakan positif 1 kali • BTA Negatif, biarkan negatif tetapi akibat kelainan paru

atau disokong radiologik positif radiologik positif • Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB
1 kali. inaktif, menunjukkan serial foto yang tidak

• Gambaran radiologik sesuai berubah.

dengan TB paru. • Ada riwayat pengobatan OAT yang adekuat


(lebih mendukung) (Wijaya & Putri, 2013).
Penularan dan Faktor – Faktor Resiko
Tuberkulosis ditularkan dari orang ke orang oleh transmisi melalui udara. Individu terinfeksi,

melalui berbicara, batuk, bersin, tertawa atau bernyanyi, melepaskan droplet. Droplet yang besar

menetap, sementara droplet yang kecil tertahan diudara dan terhirup oleh individu yang rentan.

Individu yang beresiko tinggi untuk tertular tuberkulosis adalah:

• Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai TB aktif

• Individu imunosupresif (termasuk lansia, pasien dengan kanker, mereka yang dalam terapi

kortikosteroid atau mereka yang terinfeksi dengan HIV)

• Pengguna obat-obat IV dan Alkaholik

• Setiap individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat (tunawisma; tahanan; etnik dan ras

minoritas, terutama anak-anak dibawah usia 15 tahun dan dewasa muda antara yang berusia 15

sampai 44)
Penularan dan Faktor - Faktor

• Setiap individu dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya (misalnya:
diabetes, gagal ginjal kronis, silikosis, penyimpanan gizi, bypass gastrektomi tau
yeyunoileal)
• Imigran dari negara dengan insiden TB yang tinggi (Asia Tenggara, Afrika, Amerika
Latin, Karibia)
• Setiap individu yang tinggal di institusi (misalnya: fasilitas perawatan jangka panjang,
institusi psikiatrik, penjara)
• Individu yang tinggal di daerah perumahan substandard kumuh
• Petugas kesehatan
• Risiko untuk tertular TB juga tergantung pada banyaknya organisme yang terdapat di
udara (Wijaya & Putri, 2013).
Patofisiologi
• Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveoli biasanya sebagai suatu
unit yang terjadi dari satu sampai tiga basil karena gumpalan yang lebih
besar cenderung tertahan di rongga hidung dan tidak menyebabkan
penyakit (Danneberg, 1981 dalam (Wijaya & Putri, 2013).
• Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan mefagosit
bakteri tetapi tidak membunuh organisme tersebut sesudah hari-hari
pertama maka leukosit diganti oleh makrofag
• Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala-
gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan
sendirinya tanpa menimbulkan kerusakan jaringan paru atau proses
dapat berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak di
dalam sel.
Patofisiologi
• Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relative padat seperti keju, lesi nekrosis ini
disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi
disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblas menimbulkan respon berbeda. Jaringan
granulasi menjadi lebih fibrosa, membentuk jaringan parut yang akhirnya membentuk suatu kapsul
yang mengelilingi tuberkel.
• Lesi primer paru-paru disebut fokus ghon dan gabungan terserangnya kelenjar limfe regional dan
lesi primer dinamakan kompleks ghon. Kompleks ghon yang mengalami perkapuran ini dapat
dilihat pada orang sehat yang kebetulan menjalani pemeriksaan radiogram rutin. Respon lain yang
terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan dimana bahan cair lepas ke dalam bronkus dan
menimbulkan kavitas.
• Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke percabangan trakeobronkial.
Proses ini dapat terulang kembali pada bagian lain dari paru atau basil dapat terbawa ke laring,
telinga tengah atau usus.
Patofisiologi
• Kavitas kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan
meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda
lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut
yang terdapat dekat dengan pembatasan bronkus. Bahan perkejuan
dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran
yang ada dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas.
• Penyakit dapat menyebar melalui saluran limfe atau pembuluh
darah (limfohematogen). Organisme yang lolos dari kelenjar limfe
akan mencapai aliran darah dalam jumlah yang lebih kecil yang
kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain
(ekstrapulmoner). Penyebaran hematogen merupakan suatu
fenomena akut yang biasanya menyebabkan tuberkulosis milier.
Manfestasi Klinis

Tuberkulosis sering dijuluki “the great imitator” yaitu suatu penyakit yang
mempunyai banyak kemiripan yang juga memberikan gejala umum seperti
lemak. Pada sejumlah penderita gejala yang timbul tidak jelas sehingga
diabaikan bahkan kadang-kadang asimtomatik.
Gambaran klinik TB Paru dapat dibagi menjadi dua golongan, gejala respiratorik
dan gejala sistemik:
a. Gejala respiratorik, meliputi:
1) Batuk
2) Batuk darah
3) Sesak nafas
4) Nyeri dada
Manfestasi Klinis
b. Gejala sistemik, meliputi:
1) Demam
2) Gejala sistemik lain: gejala sistemik lain ialah keringat malam,
anoreksia, penurunan berat badan serta malaise.

3) Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-


bulan, akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak
nafas walau jarang dapat juga timbul merupai gejala pneumonia.
Penatalaksanaan
Menurut Zain (2001) membagi penatalaksanaan tuberkulosis paru menjadi tiga
bagian, pengobatan, dan penemuan penderita (active case finding).
1. pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul erat dengan
penderita TB paru BTA positif. Pemeriksaan meliputi tes tuberkulin, klinis dan
radiologis. Bila tes tuberkulin positif, maka pemeriksaan radiologis foto thoraks
diulang pada 6 dan 12 bulan mendatang. Bila masih negatif, diberikan BCG vaksinasi.
Bila positif, berarti terjadi konversi hasil tes tuberkulin dan diberikan kemoprofilaksis.
2. Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan massal terhadap kelompokkelompok populasi
tertentu misalnya:
 Karyawan rumah sakit/Puskesmas/balai pengobatan.
 Penghuni rumah tahanan.
3. BCG Tabrani Rab (2010), Vaksinasi BCG dapat melindungi anak yang berumur kurang
dari 15 tahun sampai 80%, akan tetapi dapat mengurangi makna pada tes tuberkulin.
Penatalaksanaan
4. Kemoprofilaksis dengan mengggunakan INH 5 mg/kgBB selama 6-12 bulan dengan tujuan menghancurkan atau
mengurangi populasi bakteri yang masih sedikit. Indikasi kemoprofilaksis primer atau utama ialah bayi yang
menyusu pada ibu dengan BTA positif, sedangkan kemoprofilaksis sekunder diperlukan bagi kelompok berikut:
 Bayi dibawah lima tahun dengan hasil tes tuberkulin positif karena resiko timbulnya TB milier dan meningitis TB,
 Anak dan remaja dibawah dibawah 20 tahun dengan hasil tuberkulin positif yang bergaul erat dengan penderita
TB yang menular,
 Individu yang menunjukkan konversi hasil tes tuberkulin dari negatif menjadi positif,
 Penderita yang menerima pengobatan steroid atau obat immunosupresif jangka panjang,
 Penderita diabetes melitus.
 
5. Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang penyakit tuberkulosis kepada masyarakat di tingkat puskesmas
maupun ditingkat rumah sakit oleh petugas pemerintah maupun petugas LSM (misalnya Perkumpulan
Pemberantasan Tuberkulosis Paru Indonesia-PPTI). (Mutaqqin Arif, 2012).
Konsep Asuhan Keperawatan Kasus TB Paru
1. Pengkajian
a. Data Pasien
Penyakit TB paru dapat menyerang manusia mulai dari usia anak sampai dewasa dengan
perbandingan yang hampir sama antara laki-laki dan perempuan. Penyakit ini biasanya banyak
ditemukan pada pasien yang tinggal didaerah dengan tingkat kepadatan tinggi sehingga masuknya
cahaya matahari kedalam rumah sangat minim. TB paru pada anak dapat terjadi pada usia
berapapun, namun usia paling umum adalah antara 1-4 tahun. Anak-anak lebih sering mengalami
TB diluar paru-paru (extrapulmonary) disbanding TB paru dengan perbandingan 3:1. TB diluar
paru-paru adalah TB berat yang terutama ditemukan pada usia <3 tahun. Angka kejadia (pravelensi)
TB paru pada usia 5-12 tahun cukup rendah, kemudian meningkat setelah usia remaja dimana TB
paru menyerupai kasus pada pasien dewasa (sering disertai lubang/kavitas pada paru-paru).
Konsep Asuhan Keperawatan Kasus TB Paru

b. Riwayat Kesehatan
Keluhan yang sering muncul antara lain:
1). Demam: subfebris, febris (40-41oC) hilang timbul.
2). Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus batuk ini terjadi untuk
membuang/mengeluarkan produksi radang yang dimulai dari batuk kering sampai
dengan atuk purulent (menghasilkan sputum).
Konsep Asuhan Keperawatan Kasus TB Paru
1) Sesak nafas: bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah paru-paru.
2) Keringat malam.
3) Nyeri dada: jarang ditemukan, nyeri akan timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga
menimbulkan pleuritis.
4) Malaise: ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun, berat badan menurun, sakit
kepala, nyeri otot, keringat malam.
5) Sianosis, sesak nafas, kolaps: merupakan gejala atelektasis. Bagian dada pasien tidak
bergerak pada saat bernafas dan jantung terdorong ke sisi yang sakit. Pada foto toraks,
pada sisi yang sakit nampak bayangan hitam dan diagfragma menonjol keatas.

6) Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya penyakit ini muncul bukan
karena sebagai penyakit keturunan tetapi merupakan penyakit infeksi menular.
Konsep Asuhan Keperawatan Kasus TB Paru

c.Riwayat Kesehatan Dahulu


1)Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh

2)Pernah berobat tetapi tidak sembuh

3)Pernah berobat tetapi tidak teratur

4)Riwayat kontak dengan penderita TB paru

5)Daya tahan tubuh yang menurun

6)Riwayat vaksinasi yang tidak teratur

7)Riwayat putus OAT.


Konsep Asuhan Keperawatan Kasus TB Paru
d.Riwayat Kesehatan Keluarga

Biasanya pada keluarga pasien ditemukan ada yang menderita TB paru.Biasanya


ada keluarga yang menderita penyakit keturunan seperti Hipertensi, Diabetes
Melitus, jantung dan lainnya.

e. Riwayat Pengobatan Sebelumnya


1)Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan sakitnya

2)Jenis, warna, dan dosis obat yang diminum.

3)Berapa lama pasien menjalani pengobatan sehubungaan dengan penyakitnya

4)Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir.


Konsep Asuhan Keperawatan Kasus TB Paru

f. Riwayat Sosial Ekonomi

1)Riwayat pekerjaan. Jenis pekerjaan, waktu, dan tempat bekerja, jumlah penghasilan.

2)Aspek psikososial. Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik diri, biasanya pada keluarga yang kurang mampu,
masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak, masalah tentang masa
depan/pekerjaan pasien, tidak bersemangat dan putus harapan.

g. Faktor Pendukung:
1). Riwayat lingkungan.
2). Pola hidup: nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat dan tidur, kebersihan diri.
3). Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang penyakit, pencegahan, pengobatan dan perawatannya.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS TB PARU
h. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: biasanya KU sedang atau buruk
TD : Normal ( kadang rendah karena kurang istirahat)
Nadi : Pada umumnya nadi pasien meningkat
Pernafasan : biasanya nafas pasien meningkat (normal : 16-20x/i)
Suhu : Biasanya kenaikan suhu ringan pada malam hari.
Suhu mungkin tinggi atau tidak teratur. Seiring kali tidak ada demam
• Kepala : Inspeksi : Biasanya wajah tampak pucat, wajah tampak meringis, konjungtiva anemis, skelera
tidak ikterik, hidung tidak sianosis, mukosa bibir kering, biasanya adanya pergeseran Trakea
• Thorak : Inpeksi : Kadang terlihat retraksi interkosta dan tarikan dinding dada, biasanya pasien kesulitan
saat inspirasi
• Palpasi : Fremitus paru yang terinfeksi biasanya lemah
• Perkusi : Biasanya saat diperkusi terdapat suara pekak
• Auskultasi : Biasanya terdapat bronki
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS TB PARU

• Abdomen
Inspeksi : biasanya tampak simetris
Palpasi : biasanya tidak ada pembesaran hepar
Perkusi : biasanya terdapat suara tympani
Auskultasi: biasanya bising usus pasien tidak terdengar
• Ekremitas atas
Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidak

ada edema
• Ekremitas bawah
Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidak ada edema
• i. Pemeriksaan Diagnostik
• 1) Kultur sputum: Mikobakterium TB positif pada tahap akhir penyakit.
• 2) Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm
• terjadi 48-72 jam).
• 3) Poto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas; pada tahap dini tampak gambaran
bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas
• 4) Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atatu kerusakan paru
• karena TB paru.
• 5) Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).
• 6) Spirometri: penurunan fungsi paru dengan kapasitas vital menurun.
• j. Pola Kebiasaan Sehari-hari
• 1) Pola aktivitas dan istirahat
• Subyektif: rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. Sesak (nafas
• pendek), sulit tidur, demam, menggigil, berkeringat pada malam hari. Obyektif:
Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak
• (tahap, lanjut; infiltrasi radang sampai setengah paru), demam subfebris (40-41oC)
hilang timbul.
• 2) Pola Nutrisi
• Subyektif: anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan. Obyektif:
turgor kulit jelek, kulit kering/berisik, kehilangan lemak subkutan.
• 3) Respirasi
• Subyektif: batuk produktif/non produktif sesak nafas, sakit dada.
• Obyektif: mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/purulent, mukoid
kuning atau bercak darah, pembengkakan kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi
basah, kasar didaerah apeks paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim
paru dan pleural), sesak nafas, pengembangan pernafasan tidak simetris (effusi
pleura), perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural), deviasi trakeal
(penyebaran bronkogenik).
4) Rasa nyaman/nyeri

• Subyektif: nyeri dada meningkat karena batuk berulang


• Obyektif: berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah,
nyeri bisa timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga
• timbul pleuritis.

5) Integritas Ego

• Subyektif: faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak


berdaya/tak ada harapan.
• Obyektif: menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan,
mudah tersinggung.
2. Diagnosa Keperawatan
• Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Respirasi
• Pola napas tidak efektif (D.0005)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Respirasi
• Gangguan pertukaran gas (D.0003)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Respirasi
• Defisit nutrisi (D.0019)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Nutrisi dan Cairan
• Hipertermia (D.0130)
Kategori : Lingkungan
Subkategori : Keamanan dan Proteksi
• Gangguan pola tidur (D.0055)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Aktivitas dan Istirahat
Discharge Planning
• Pelajari penyebab dan penularan dari TB serta pencegahan saat diluar rumah
• Pahami tentang kegunaan batuk efektif dan mengapa terdapat penumpukan
secret di saluran pernapasan
• Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin
• Lakukan pernapasan diafragma : tahan napas selama 3 – 5 detik kemudian
secara perlahan-lahan, keluarkan sebanyak mungkin melalui mulut
• Selalu menjaga kebersihan mulut dan pelajari cara yang baik saat batuk dan
setelah batuk juga cara pengontrolan batuk
• Jangan memberikan vaksin BCG pada bayi baru lahir dan konsultasikan
kepada tenaga medis terlebih dahulu sebelum vaksin
• Ibu menderita TB aman memberikan ASI pada bayinya dengan catatan
menghindari cara penularan TB
• Jalankan terapi obat dengan teratur dan jangan sampai putus tanpa instruksi
• Berhenti merokok dan berhenti minum alcohol
• Olahraga secara teratur, makan makanan yang bergizi serta istirahat cukup
3. SDKI, SIKI & SLKI

No DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI


KEPERAWATAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan intervensi Latihan Batuk Efektif :


tidak efektif keperawatan selama 1x24  
Kategori : Fisiologis jam, maka bersihan jalan Observasi :
Subkategori : respirasi nafas meningkat, dengan Identifikasi
D.0001 kriteria hasil : kemampuan batuk
    Monitor adanya
Definisi : Batuk efektif retensi sputum
ketidakmampuan Produksi sputum Monitor tanda dan
membersihkan sekret Mengmenurun gejala infeksi saluran
atau obstruksi jalan Frekuensi napas 12- napas
napas untuk 20x/menit Monitor input dan
mempertahankan output cairan (mis,
jalan napas tetap jumlah dan
paten karakteristik)
Gejala dan Tanda mayor Terapeutik:
DS : - • Atur posisi semi-Fowler
DO : atau fowler
• Batuk tidak efektif atau tidak • Pasang perlak dan
mampu batuk bengkok di pangkuan
• Sputum berlebihan / pasien
obstruksi di jalan napas / • Buang secret pada
mekonium di jalan napas tempat sputum
( pada neonatus )  
• Mengi, wheezing dan/ atau Edukasi :
ronkhi kering. • Jelaskan tujuan dan
prosedur batuk efektif
Gejala dan Tanda minor • Anjurkan tarik napas
  dalam melalui hidung
DS : selama 4 detik, di tahan
• Dispnea selama 8 detik
• Sulit bicara • Anjurkan mengulangi
• Ortopnea tarik napas dalam hingga
DO : 3 kali
• Gelisah • Anjurkan batuk dengan
• Sianosis kuat langsung setelah
• Bunyi napas menurun tarik napas dalam yang
• Frekuensi napas berubah ke-3
• Pola napas berubah
THANK YOU 

Anda mungkin juga menyukai