Anda di halaman 1dari 21

GANGGUAN AKIBAT PENYAKIT

INFEKSI SERTA KAITAN DENGAN


MASALAH GIZI DAN
PENATALAKSANAANYA

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 4


Daftar pustaka sumber buku :
DIETETIKA PENYAKIT INFEKSI
KEMENTRIAN KESEHATAN
ANATOMI DAN FISIOLOGI SALURAN
CERNA
Saluran cerna bagian bawah dapat dibagi menjadiBAWAH
:
1. Usus halus
2.Usus besar

Usus halus terdiri dari tiga bagian, yaitu duodenum, jejunum dan ileum. Walaupun terdiri dari tiga
bagian, ketiganya bukan merupakan bagian yang terpisah satu sama lain tetapi memiliki anatomi,
motilitas, sekresi digesti dan absorpsi yang berbeda.
Anatomi di desain untuk menyediakan permukaan maksimum untuk digesti dan absorpsi hampir semua
makanan. Motilitas usus halus dikontrol oleh sisten neuro enterik dan dipengaruhi oleh berbagai hormon,
peptida, dan neurotransmiter.
Usus halus memproduksi sekresi dan menerima sekskresi dari organ pencernaan lain
yaitu pankreas dan kandung empedu. Sekresi tersebut termasuk hormon, enzim pencernaan, bikarbonat
dan empedu.
Cairan pankreas menyediakan enzim pencernaa utama di usus halus, yaitu tripsinogen, kimotripsinogen,
prokarboksilase dan elastase. Amilase pankreatik
merupakan enzim utama untuk pencernaan zat pati atau karbohidrat .
Kolon (usus besar)
meliputi area dari caecum (tempat
menempel usus buntu/appendiks),
kolon asenden, kolon transversum,
kolon desenden, sigmoid, rektum,
dan anus.
Mukosa usus besar ada tiga
lekukan lurus, tidak seperti usus
halus yang berbentuk lekukan atau
lipatan melingkar. Lekukan usus
besar terdiri dari ascending,
transverve dan descending. Bagian
akhir kolon disebut sigmoid karena
berbentuk huruf S.
Ujung sigmoid kolon adalah
rektum sebagai anal sphincter yang
mengontrol pelepasasn isi intentin
secara voluntary.
Dibandingkan dengan usus halus, usus besar
sedikit memproduksi sekskresi.
Sel Goblet memproduksi mukus yang melindungi
epitelium dan membantu dalam pembentukan
feses. Kalium dan bikarbonat yang dilepaskasn
oleh usus besar berperan dalam penyerapan
elektrolit dan cairan yang terjadi di usus besar.
PENYAKIT PADA SALURAN CERNA BAWAH
Masalah saluran cerna bawah yang umum terjadi adalah gas intestinal, flatulen,
konstipasi, dan diare. Sedangkan penyakit pada saluran cerna bawah adalah penyakit seliak,
penyakit usus inflamatorik, dan penyakit divertikular.

1.Gas Intestinal dan Flatulen


Volume gas intestinal manusia sehari-hari sekitar 200 ml, dan berasal dari proses
fisiologis kompleks, termasuk menelan udara (aerophagia) dan fermentasi bakteri oleh saluran
cerna.Gas-gas ini dikeluarkan melalui sendawa (eructation) atau melalui rectal (flatus).
2.Konstipasi
Konstipasi didefinisikan sebagai kesulitan defekasi dimana terjadi penurunan
pergerakan kolon atau disertai dyschezia (nyeri, keras, atau tidak tuntas).
Konstipasi disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor sistemik dan gangguan.
vaskular dari usus besar, penyakit systemic neuromuscular yang menyebabkan
defisiensivoluntary muscles, diet rendah serat, dan kehamilan.
DIARE
Menurut Simadibrata dan Daldiyono (2014) diare adalah buang air besar dengan
feses berbentuk cair atau setengah padat, dengan kandungan air tinja lebih banyak
dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Atau dapat didefinisikan
dengan buang air besar encer lebih dari lebih dari 3 kali per hari yang dengan/tanpa
disertai lendir dan darah. Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 25
hari. Sedangkan diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari.
Diare terjadi ketika isi intestin mengalami percepatan melewati usus halus,
penurunan pencernaan makanan oleh enzim serta penurunan absorpsi cairan dan zat-
zat gizi.
Penyakit Seliak
Penyakit seliak disebut juga gluten-sensitive enteropathy. Penyakit ini disebabkan
karena reaksi autoimun terhadap gliadin (ditemukan pada gluten) yang
menyebabkan kerusakan pada vili mukosa usus menjadi atrophy dan flattening.
Penyakit seliak perpotensi atau menyebabkan malabsorpsi semua zat gizi. Kondisi
ini dapat disertai dengan dermatitis herpetiformis, anemia, kehilangan tulang,
kelemahan otot, polyneuropathy, dan follicular hyperkeratosis.
Penyakit Inflamasi Usus (Inflammatory Bowel
Diseases)
Peradangan terutama pada ileum dan usus besar, dengan gejala diare, disertai darah,
lendir, nyeri abdomen, berat badan berkurang, nafsu makan berkurang, demam, dan
kemungkinan terjadi steatorea (adanya lemak dalam feses). Penyakit ini dapat
berupa kolitis ulseratif dan penyakit Crohn’s .
infeksi lain (sesuai penyebab kolitisnya). Pada penyakit ini juga memberikan gejala
dimana feses mengandung sedikit darah (kasus ringan), kembung dan peningkatan
udara usus. Pada kasus yang berat penurunan berat badan.
Diet Penyakit Divertikular
Penyakit divertikular terdiri dari penyakit divertikulosis dan divertikulitis. Penyakit
Divertikulosis yaitu adanya kantong-kantong kecil yang terbentuk pada dinding
kolon yang terjadi akibat tekanan intrakolon yang tinggi pada konstipasi
kronik.lanjut yang makannya rendah serat. Penyakit divertikulitis terjadi bila
penumpukan sisa makanan pada divertikular menyebabkan peradangan. Gejala dari
penyakit ini meliputi kram pada bagian kiri bawah perut, mual, kembung, muntah,
konstipasi atau diare, menggigil, dan demam.
ASUHAN GIZI
PENYAKIT PADA
SALURAN CERNA
BAWAH
Asuhan Gizi pada Konstipasi
a. Asesmen Gizi
Pada kasus konstipasi asesmen gizi difokuskan pada data riwayat gizi tentang asupan cairan
dan minuman, asupan serat makanan, asupan substansi bioaktif, kepercayaan dan sikap
terhadap makanan, serta penyalahgunaan obat (spt. Laxatives).
b. Diagnosa Gizi pada Konstipasi
Masalah gizi yang umum terjadi pada konstipasi dan dapat ditetapkan sebagai
diagnosa gizi adalah:
1) Asupan cairan inadekuat.
2) Asupan serat inadekuat.
3) Perubahan fungsi saluran cerna.
4) Tidak siap untuk diet/merubah perilaku.
5) Pemilihan makanan yang salah.
LANJUTAN
c. Intervensi Gizi
Tujuan intervensi gizi pada konstipasi adalah untuk membantu memperlancar proses defekasi
yang terganggu karena konstipasi.
Strategi yang dapat dilakukan pada intervensi gizi adalah :
1) Sarankan kepada pasien untuk meningkatkan aktifitas fisik jika memungkinkan.
2) Sarankan pasien untuk merespon keinginan defekasi, jangan ditunda atau
diabaikanBerikan diet tinggi serat atau diet tinggi sisa. Jumlah serat yang
direkomendasikan adalah 25 gram per hari. Penambahan serat jangan lebih dari
50 gram per hari, dan ditingkatkan secara bertahap secara perlahan, misalnya
dalam rentang waktu satu bulan. Jika serat berlebihan dan asupan cairan
kurang, dapat menyebabkan masalah lain
3) Berikan cairan yang cukup, sekitar 2 liter per hari.
4) Jika penyebab konstipasi adalah obat, mungkin tidak bisa disembuhkan dengan diet.
5) Penggunaan laksatif dan pelembut feses secara baik dapat membantu mengatasi konstipasi.
LANJUTAN

d. Monitoring dan Evaluasi Gizi


Pasien konstipasi perlu dimonitor asupan serat dan cairannya, karena peningkatan
asupan serat harus diimbangi peningkatan asupan cairannya. Perlu dimonitor apakah
pasien dapat mentoleransi peningkatan pemberian serat dan cairan yang
diimplementasikan pada intervesi gizi. Hal lain yang perlu dimonitor adalah apakah
gangguan defekasi sudah berkurang.
DIARE
a. Implikasi Gizi
Konsekuensi gizi dari diare tergantung kehilangan volume gastrointestinal dan lamanya
diare berlangsung. Kehilangan volume yang besar secara cepat menyebabkan dehidrasi
dan ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa. Hiponatremi dan hipokalemi sering
terjadi pada diare. Asidosis metabolik dapat terjadi karena kehilangan ion bikarbonat
yang sangat banyak. Bayi dan manula merupakan kelompok yang paling berisiko
karena mereka lebih sensitif terhadapperubahan ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit yang cepat.
b. Asesmen Gizi pada Diare
Pada asesmen gizi untuk pasien diare perlu difokuskan pengumpulan data riwayat gizi
mengenai asupan cairan dan minuman, asupan energi dan mineral, penggunaan obat
dan suplemen herbal dan perubahan berat badan. Untuk data biokimia diperlukan untuk
mengaji status hidrasi. Data Nutrition-focused findings dikumpulkan data yang
berhubungan dengan sistem pencernaan dan kulit.
LANJUTAN
c. Diagnosa Gizi pada Diare
Masalah gizi yang umum terjadi yang dapat ditetapkan sebagai diagnosa gizi adalah asupan
energi inadekuat, asupan oral inadekuat, asupan cairan inadekuat, perubahan fungsi saluran
cerna dan penurunan berat badan yang tidak diharapkan.
d. Intervensi Gizi pada Diare
Tujuan intervensi gizi pada diare adalah mencegah dehidrasi serta ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit.
Strategi yang dapat dilakukan pada intervensi gizi adalah:
1) Ganti kehilangan cairan dan elektrolit menggunakan larutan oral glucose
electrolyte atau larutan gula garam atau oralit.
2) Inisiasi diet sisa rendah, yaitu makanan secara lengkap dicerna, diabsorpsi
dengan baik dan makanan yang tidak meningkatkan sekresi saluran cerna.
3) Dapat diberikan prebiotik dalam jumlah moderat, termasuk pektin, oligosakarida,
inulin, oat.
4) Dapat diberikan probiotik, kultur makanan dan suplemen.
e. Monitoring dan Evaluasi Gizi
Pasien diare perlu dimonitor status
cairannya dengan melihat data fisik
klinis yang mengarah kondisi
dehidrasi, Apakah ketidakseimbangan
cairan dan elektrolitnya sudah
teratasi.
Asuhan Gizi pada Penyakit Seliak
a. Asesmen Gizi Malabsorpsi yang parah pada penyakit seliak dapat
menyebabkan penurunan berat badan yang signifikan
b. Diagnosa Gizi Masalah gizi pada pasien penyakit seliak meliputi gangguan
utitisasi gizi dan perubahan fungsi gastrointestinal.
c. Intervensi Gizi Tujuan intervensi gizi pada pasien penyakit seliak d. monitoring
gizi
Strategi intervensi gizi pada penyakit ini adalah:
1) Pada fase akut, terapi kehilangan elektrolit dan cairan.
2) Suplementasi vitamin dan mineral (kalsium, vitamin D, vitamin K, besi, folat,
B12, A dan E).
3) Menghindari sumber gluten dari makanan (gandum, rye, barley, oat).
4) Ganti dengan jagung, kentang, nasi, kacang kedelai, tapioka.
5) Baca label secara hati-hati untuk melihat komposisi produk makanan.
6) Jumlah gliadin yang sangat sedikitpun dapat menjadi masalah.
7) Hati-hati dengan : pengental, penambah rasa, saus, gravies, coatings/pelapis,
protein nabati
Inflammatory Bowel Disease
(IBD)
a. Asesmen Gizi
b. Diagnosa Gizi
c. Intervensi Gizi

Tujuan intervensi gizi pada pasien penyakit seliak adalah :


1) Memperbaiki ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
2) Mengganti kehilangan zat gizi dan memperbaiki status gizi kurang
3) Mencegah iritasi dan inflamasi lebih lanjut
4) Mengistirahatkan usus pada masa akut

Divertikulosis
5) Meningkatkan volume dan konsistensi feses
6) Menurunkan tekanan intra luminal 3) Mencegah infeksi
Penyakit Divertikulara :
a. Asesmen Gizi Untuk mengidentifikasi masalah gizi pada pasien dengan
divertikulosis/Divertikulitis sangat penting dilakukan survei konsumsi untuk
mengevaluasi asupan serat makanan.
b. Diagnosa Gizi Diagnosa gizi yang umum atau sering ditemukan pada pasien
penyakit divertikularc. Intervensi Gizi Tujuan pada intervensi gizi pada
penyakit
Strategi pada intervensi gizi :
1) Kebutuhan energi dan zat-zat gizi normal
2) Cairan tinggi, 2-2.5 liter sehari
3) Serat tinggi

Anda mungkin juga menyukai