Anda di halaman 1dari 44

CRS (CASE REPORT SESSION)

Peritonitis Difuse
e.c Rupture Caput
Pankreas

Pembimbing :
dr. H. Mohammad Rizal Syafiie, Sp. B-KBD

Oleh :
Noy Parida Yanti, S.Ked
Laporan Kasus
Identitas Pasien

Nama : Tn. A

Umur : 37 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Status : Menikah

Pekerjaan : Supir
Anamnesis
Keluhan Utama:

Riwayat Penyakit sekarang


Pasien datang ke IGD RSUD Raden Mattaher dengan
keluhan perut kembung ± 5 hari SMRS. Pasien
mengeluhkan nyeri perut hilang timbul, perut terasa
tegang.pasien juga mengeluhkan mual dan muntah.
Pasien memuntahkan apa yang dimakan dan diminum.
Frekuensi muntah tidak terhitung. Untuk keluhan flatus
(-), BAB (-), demam(+), tidak nafsu makan (-).
Laporan kasus

Riwayat Penyakit Riwayat Penyakit Riwayat Sosial-


Dahulu Keluarga Ekonomi
• Riwayat mengalami keluhan • Anggota keluarga tidak ada • Pasien seorang ayah
yang sama tidak ada. yang mengalami keluhan yang sehari-hari bekerja
• Riwayat Dm (-) yang sama. sebagai supir truk.
• Riwayat Hipertensi (-)
PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum Kesadaran GCS Tanda Vital


Tampak sakit sedang Compos mentis 15 (E4M6V5) TD: 150/100mmHg
Suhu : 39°C
Nadi : 120 x/menit,
kuat angkat, cepat
dan halus
RR : 30x/menit,
thorkoabdominal
PEMERIKSAAN FISIK Kulit
Turgor kembali lambat
Mata
Refleks cahaya (+/+),
Conjungtiva anemis (+), Sklera Kepala
ikterik (-) Normocephal
Hidung
Napas cuping hidung(+)
Telinga
Rinnore (-)
Sekret (-/-)
epistaksis (-)

Leher Mulut
Pembesaran Kelenjar Bibir kering (+), pucat (+),
Getah Bening (-) hiperemis (-)

Paru Inspeksi :Pergerakan dada simetris,


retraksi dinding dada (-), sikatriks (-) Jantung
I: Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi :Nyeri tekan (-), fremitus taktil P : Iktus kordis teraba
kanan sama dengan kiri P : Atas : ICS II Linea parasternalis
Perkusi : sonor (+/+) sinistra
Auskultasi :Vesikuler (+/+) Ronkhi Kanan : ICS IV Linea parasternalis dextra
(-/-),Wheezing (-/-) Kiri : ICS V Linea midclavicularis sinistra
A : BJ I/II reguler, murmur (-), Gallop (-)
Abdomen Ekstremitas sup
Akral hangat, Capilary refill
Inspeksi: darm contour (+), darm time >2 detik
steifung(+), distensi abdomen (+) edema (-), pitting edema
Auskultasi: Bising usus (+) meningkat, (-),
metalic sound(+) inguinalis
Palpasi : soepel, nyeri tekan (+), hepar, Benjolan (+) di lipat paha,
lien, ginjal kanan dan kiri tidak teraba benjolan mobile, nyeri (-),
Perkusi : Timpani hilang timbul

Ekstremitas inf
PEMERIKSAAN FISIK Akral hangat, Capilary refill
time >2 detik, edema (-),
Rectal Toucher
pitting edema (-)
Tonus sfingter ani: menjepit kuat
Ampula recti : kolaps
STATUS LOKALISATA

Abdomen

Inspeksi: darm contour (+), darm


steifung(+), distensi abdomen (+)
Auskultasi: Bising usus (+) meningkat,
metalic sound(+)
Palpasi : soepel, nyeri tekan (+), hepar,
lien, ginjal kanan dan kiri tidak teraba
Perkusi : Timpani

8
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Elektrolit :
Darah Rutin :
Natrium (Na): 139,55 (135-148)
WBC : 8,43 109/L (4-10)
Kalium (K) : 2,5 (3,5-5,3)
RBC : 4,77 10 /L
12
(3,50- 5,50)
Chlorida (Cl) : 107,79 (98-110)
HGB : 7,5 g/dl (11,0-16,0)
Calcium (Ca) : 1,27 (1,19-1,23)
HCT : 46,5 % (35-50)
PLT : 200 10 /L
9
(100-300)
GDS : 126 (<200)
Faal Hati :
Total Protein : 7,4 (6,4-8,2)
Faal Ginjal : Albumin : 3,6 (3,4-5,0)
Globulin : 4,0 (2,5-3,5) SGOT : 30 (15-37)
Ureum : 16 (15-39)
SGPT : 19 (14-63)
Kreatinin : 0,19 (0,6-1,3) 9
DIAGNOSIS

Peritonitis Difuse e.c Rupture Caput


Pankreas
TATALAKSANA
Non Farmakologi Farmakologi

 Pemasangan kateter urin


• O2 Nasal canul
dan monitor cairan • Rehidrasi cairan
 Pemasangan NGT
• Koreksi elektrolit/asam basa
• Antibiotik
• Analgetik
• CITO → Herniotomi
TATALAKSANA
• Rehidrasi cairan → Kristaloid
Rumus = 1500 + (BB-20) x 20

= 1500 + (70-20) x 20 • Demam → ↑ 1C : 10%


= 1500 + (50) x 20 = 2500 x (2 x 10%)
= 1500 + 1000 = 2500 x 20 %
= 2500 cc/ hari = 500 cc
TATALAKSANA
• Total cairan
= 2500 + 500
= 3000 cc

Rumus makro = jumlah cairan x fakyor tetesan (20 gtt)


Lama waktu pemberian x 60

= 3000 x 20
24 x 60
= 60000
1440
= 41,6 gtt/menit
TATALAKSANA
• Koreksi Hipokalemi
Rumus = nilai kalum normal – nilai kalium pasien x KgBB
3

= (4,5-2,5)x70
3
= (2)x70
3 Setyohadi B, Arsana P, Suryanto A. Syok
= 140 dalam EIMED PAPDI, Kegawatdaruratan
Penyakit Dalam [Emergency in Internal
3
Medicine]. Buku 1, Edisi I.
= 46,6 meq Jakarta.September 2011. Penerbit
TATALAKSANA
Pemberian kalium oral :
• Pemberian 40-60 meq kadar kalium sebesar 1-1,5 meq/L
• Pemberian 135-160 meq dapat meningkatkan kadar
kalium 2,5-3,5 meq/L

Setyohadi B, Arsana P, Suryanto A. Syok dalam EIMED PAPDI, Kegawatdaruratan Penyakit Dalam [Emergency in Internal
Medicine]. Buku 1, Edisi I. Jakarta.September 2011. Penerbit InternalPublising. Hal 369-373
TATALAKSANA
Pemberian kalium intravena :
• Kecepatan pemberian KCl melalui intravena perifer 10
meq/jam
• Konsentrasi cairan infus KCl bila melalui inravena
perifer, KCl maksimal 60 meq dilarutkan dalam NaCl
Isotonik 1000 mL

Setyohadi B, Arsana P, Suryanto A. Syok dalam EIMED PAPDI, Kegawatdaruratan Penyakit Dalam [Emergency in Internal
Medicine]. Buku 1, Edisi I. Jakarta.September 2011. Penerbit InternalPublising. Hal 369-373
TATALAKSANA
• Koreksi anemia → PRC
Rumus = Hb target – Hb pasien x BB x 3
= 11 – 8,5 x 70 x 3
= 2,5 x 210
Rumus = jumlah darah yang ditranfusi x fakyor tetesan (20 gtt)
= 525 ml Lama waktu pemberian x 60

= 525 x 20
4 x 60
= 10500
240
= 43,75 gtt/menit
PROGNOSIS
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad Fungsionam : Bonam
Quo ad Sanationam : Bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI
⊳Peritonitis
Definisi
Peritonitis adalah peradangan
peritoneum (membran serosa
yang melapisi rongga
abdomen dan menutupi visera
abdomen) merupakan penyulit
berbahaya yang dapat terjadi
dalam bentuk akut maupun
kronis
Klasifikasi

Peritonitis sekunder
Peritonitis primer akibat hilangnya
peradangan pada integritas dari peritonitis
peritoneum yang traktus persisten rekuren
penyebabnya gastrointestinal setelah
yang umumnya
berasal dari disebabkan penanganan yang
ekstraperitoneal perforasi traktus adekuat terhadap
dan umumnya dari gastrointestinal peritonitis primer
hematogenous karena organ intra- atau sekunder
dissemination abdomen yang
terinfeksi.
Etiologi

Peritonitis primer
peritonitis tidak Peritonitis sekunder
berasal dari traktus ditemukan adanya
gastrointestinal kerusakan integritas
(infeksi yang nantinya traktus (perforasi)
terjadi tidak tersebut baik akibat
berhubungan langsung strangulasi maupun
dengan gangguan akibat infeksi.
organ
gastrointestinal),
Manifestasi klinis
⊳ Pada manifestasi lokal ditemukan adanya nyeri
perut hebat, nyeri tekan seluruh lapang
abdomen (pada peritonitis umum), nyeri
tersebut konstan dan intens, dan diperburuk
dengan gerakan.
⊳ Anoreksia, mual, dan muntah adalah gejala yang
sering. Namun demikian, tergantung pada
etiologi peritonitis dan waktu evolusi mereka,
gejalanya dapat bervariasi.
Patofisiologi
Penegakan Diagnosis

◦ Anamnesis

◦ Pemeriksaan Fisik

◦ Pemeriksaan
Penunjang
Anamnesis

◦ riwayat penyakit sekarang (riwayat dyspepsia kronis mengarahkan ke


perforasi ulkus peptikum, riwayat inflammatory bowel disease atau
divertikulum mengarahkan perforasi kolon karena divertikulitis
◦ riwayat demam lebih dari 1 minggu disertai pola demam dan tanda-
tanda klinis khas untuk tifoid mengarahkan ke perforasi tifoid
◦ riwayat hernia daerah inguinal (inguinalis atau femoralis) harus
disuspek kemungkinan adanya strangulasi,
◦ nyeri mendadak tanpa disertai adanya riwayat penyakit apapun
mengarahkan ke appendisitis perforasi), riwayat operasi abdomen
sebelumnya
Pemeriksaan fisik

◦ Inspeksi ◦ Auskultasi ◦ Palpasi ◦ Perkusi

Suara usus 1. Nyeri tekan 1. Nyeri ketok


1. Pasien tampak difus
dalam keadaan berkurang 2. Hipertimpani
mimik menderita sampai 2. Nyeri tekan
2. Pernafasan lepas
menghilang
abdominal tidak 3. Defans
tampak muskuler
3. Perut distensi
Pemeriksaan penunjang

Laboratorium
◦Darah lengkap :leukositosis
>11.000sel/ml, leukopenia
◦Kimia darah mungkin normal, tetapi pada
kasus yang serius dapat menunjukkan
dehidrasi parah
◦Urinalisis
Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan radiologi
◦pemeriksaan radiologis seperti x-ray
dapat berguna (free air under diaphragm
yang terlihat pada posisi upright pada
perforasi ulkus peptikum.
◦Pemeriksaan CT-scan umumnya tidak
diperlukan
◦Diagnostic peritoneal lavage (DPL)

Pneumoperitoneum (free air


under diaphragm)
Penatalaksanaan

• Prinsip umum terapi adalah penggantian cairan dan


elektrolit yang hilang yang dilakukan secara intravena,
pemberian antibiotika yang sesuai, dekompresi saluran
cerna dengan pemasangan nasogastriktube (NGT) dan
intestinal, pembuangan fokus septik (apendiks, dsb) atau
penyebab radang lainnya.

• peritonitis sekunder: koreksi etiologi (source control


terutama dengan tindakan pembedahan), pemberian
antibiotik sistemik, dan terapi suportif (resusitasi).
• peritonitis primer: tindakan non-pembedahan.
(antibakteri)
TINDAK PEMBEDAHAN
LAPARATOMI EKSPLORATIF

• Tujuan utama tindakan pembedahan adalah eliminasi penyebab dari


kontaminasi (koreksi etiologi), mengurangi atau eliminasi inokulum
bakteri, dan mencegah sepsis.

• Pendekatan bedah dilakukan dengan insisi midline dengan tujuan agar


eksplorasi rongga abdomen yang adekuat dan komplit tercapai.

• Pembilasan (peritoneal lavage) menggunakan cairan normal saline (>3L)


hangat dilakukan hingga cairan bilasan jernih dengan tujuan mengurangi
bacterial load dan mengeluarkan pus (mencegah sepsis dan re-akumulasi
dari pus).
Komplikasi

⊳ Komplikasi postoperatif sering terjadi dan umumnya dibagi menjadi


komplikasi lokal dan sistemik.
⊳ Infeksi pada luka dalam, abses residual dan sepsis intraperitoneal,
pembentukan fistula biasanya muncul pada akhir minggu pertama
postoperasi.
⊳ Demam tinggi yang persisten, edema generalisata, peningkatan distensi
abdomen, apatis yang berkepanjangan merupakan indikator adanya
infeksi abdomen residual.
⊳ Sepsis yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kegagalan organ yang
multipel yaitu organ respirasi, ginjal, hepar, perdarahan, dan sistem imun.
Prognosis
Tingkat mortalitas peritonitis umum berdasarkan etiologi

Faktor yang mempengaruhi


tingkat mortalitias yang
tinggi adalah etiologi
penyebab peritonitis dan
durasi penyakitnya, adanya
kegagalan organ sebelum
penanganan, usia pasien,
dan keadaan umum pasien.
⊳Rupture Caput Pankreas
BAB IV
ANALISIS MASALAH
ANALISIS MASALAH

⊳ ANAMNESIS
⊳ Berdasarkan anamnesis dengan pasien, keluhan
mengarah ke ileus obstruksi letak tinggi. Berdasarkan
teori, gejala klinis dari ileus obstruksi adalah nyeri kolik
abdomen, mual, muntah yang sering, konstipasi, perut
kembung

37
ANALISIS MASALAH
⊳ PEMERIKSAAN FISIK
⊳ Berdasarkan teori, pemerikaan fisik yang didapatkan dari ileus
obstruksi adalah distensi abdomen, tampak gambaran darm
contour dan darm staefung, distensi abdomen, bising usus
meningkat, metalic sound, benjolan pada inguinal dextra,
benjolan mobile,kolaps ampula recti.

38
ANALISIS MASALAH

⊳ PEMERIKSAAN PENUNJANG
⊳ Pada pemeriksaaan laboratorium didapatkan hasil hipokalemi yang
memberi kesan adanya ileus obstruksi letak

39
ANALISIS MASALAH

DIAGNOSIS
⊳ Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang yang telah dilakukan maka Ny. X dapat didiagnosa
dengan susp.ileus obstruksi ec hernia femoralis dextra
inkarserata+ hipokalemi + anemia

40
BAB V
KESIMPULAN
• Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya
obstruksi usus akut yang segera memerlukan pertolongan atau
tindakan.
• Etiologi ileus obtruksi adalah adhesi, hernia inkaserata, neoplasma,
volvulus, cacing askaris, radang usus.
• Gejala yang sering ditemukan pada ileus adalah nyeri kolik, mual,
muntah, perut distensi, obstipasi.

42
• Pada pemeriksaan fisik ditemukan hipotensi, takikardi, adanya distensi
abdomen, hiperperistaltik, methallic sound.
• Penanganan pada ileus adalah koreksi keseimbangan cairan dan
menghilangkan obstruksi dengan herniotomi. Prognosis ileus jika > dari
36 jam tidak segera ditangani 25 % menyebabkan kematian.

43
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai