Anda di halaman 1dari 40

MONITORING DAN EVALUASI

PATIENT SAFETY

.
P
E
.K
.M
S
. ,N
P
E
.K
S
,
H
A
IY
S
O
M PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
K
AKKES ASIH HUSADA SEMARANG

21
/ 20
/1
5 M A N A J E M E N P A S I E N S A F E T Y- K O M 1
09
CAPAIAN
PEMBELAJARAN

Setelah menyelesaikan bab ini, peserta


didik diharapkan mampu menjelaskan
tentang monev.PS

21
/ 20
/1
5 M A N A J E M E N P A S I E N S A F E T Y- K O M 2
09
KEMAMPUAN AKHIR
Setelah mengukuti pertemuan ini, peserta didik
dapat:
 Menyebutkan macam-macam standar
keselamatan pasien
 Monitoring dan evaluasi keselamatan pasien

21
/ 20
/1
5 M A N A J E M E N P A S I E N S A F E T Y- K O M 3
09
PENDAHULUAN
 Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah
yang perlu ditangani segera di rumah sakit di Indonesia maka
diperlukan standar keselamatan pasien rumah sakit yang
merupakan acuan bagi rumah sakit di Indonesia untuk
melaksanakan kegiatannya
 Standar keselamatan pasien rumah sakit yang disusun ini
mengacu pada ”Hospital Patient Safety Standards” yang
dikeluarkan oleh Joint Commision on Accreditation of Health
Organizations, Illinois, USA, yang disesuaikan dengan situasi dan
kondisi perumahsakitan di Indonesia
 PMK no 1691/MenKes/Per/VIII/2011 tentang keselamatan pasien
rumah sakit
• Standar Keselamatan Pasien wajib diterapkan rumah sakit dan
penilaiannya dilakukan dengan menggunakan Instrumen Akreditasi
Rumah Sakit

21
/ 20
/1
5 M A N A J E M E N P A S I E N S A F E T Y- K O M 4
09
7 STANDAR KESELAMATAN PASIEN RS
• Hak pasien
1.

• Mendidik pasien dan keluarga


2

• Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan


3

• Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan Evaluasi dan


4 program peningkatan keselamatan pasien

• Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan


5 pasien

• Mendidik staf tentang keselamatan pasien


6

• Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan


7 Pasien

21
/ 20
/1
5 M A N A J E M E N P A S I E N S A F E T Y- K O M 5
09
1. HAK PASIEN
 Standarnya adalah:
Pasien & keluarganya mempunyai hak untuk
mendapatkan informasi tentang rencana & hasil
pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya
KTD (Kejadian Tidak Diharapkan).
 Kriterianya adalah:
 Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan
 Dokter penanggung jawab pelayanan wajib
membuat rencana pelayanan
 Dokter penanggung jawab pelayanan wajib
memberikan penjelasan yang jelas dan benar  
kepada pasien dan keluarga tentang rencana
dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur
untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya
KTD

21
/ 20
/1
5 M A N A J E M E N P A S I E N S A F E T Y- K O M 6
09
2. MENDIDIK PASIEN DAN KELUARGA
 Standarnya adalah
RS harus mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab
pasien dalam asuhan pasien.
 Kriterianya adalah:
• Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dgn keterlibatan
pasien adalah partner dalam proses pelayanan.
• Karena itu, di RS harus ada system dan mekanisme mendidik pasien &
keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.
• Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien & keluarga dapat:
1)      Memberikan info yg benar, jelas, lengkap dan jujur
2)      Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab
3)      Mengajukan pertanyaan untuk hal yg tdk dimengerti
4)      Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan
5)      Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan RS
6)      Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa
7)      Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati
21
/ 20
/1
5 M A N A J E M E N P A S I E N S A F E T Y- K O M 7
09
3. KESELAMATAN PASIEN DAN KESINAMBUNGAN PELAYANAN
 Standarnya adalah:
RS menjamin kesinambungan pelayanan dan
menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit
pelayanan.
 Kriterianya adalah:
1)      koordinasi pelayanan secara menyeluruh
2)      koordinasi pelayanan disesuaikan
kebutuhan pasien dan kelayakan sumber daya
3)      koordinasi pelayanan mencakup
peningkatan komunikasi
4)      komunikasi dan transfer informasi antar
profesi kesehatan

21
/ 20
/1
5 M A N A J E M E N P A S I E N S A F E T Y- K O M 8
09
4. PENGGUNAAN METODA-METODA PENINGKATAN KINERJA UNTUK MELAKUKAN
EVALUASI DAN PROGRAM PENINGKATAN KESELAMATAN PASIEN

 Standarnya adalah
RS harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses yg
ada, memonitor & mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan
data, menganalisis secara intensif KTD, & melakukan perubahan
untuk meningkatkan kinerja serta KP.
 Kriterianya adalah
1)  Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan
(design) yang baik, sesuai dengan  ”Tujuh Langkah Menuju
Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.
2)  Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja
3)  Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif
4)  Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan
informasi hasil analisis

21
/ 20
/1
5 M A N A J E M E N P A S I E N S A F E T Y- K O M 9
09
5. PERAN KEPEMIMPINAN DALAM MENINGKATKAN KESELAMATAN
PASIEN
 Standarnya adalah
1)   Pimpinan dorong & jamin implementasi progr KP
melalui penerapan “7 Langkah Menuju KP RS ”.
2)   Pimpinan menjamin berlangsungnya program
proaktif identifikasi risiko KP & program
mengurangi KTD.
3)   Pimpinan dorong & tumbuhkan komunikasi &
koordinasi antar unit & individu berkaitan dengan
pengambilan keputusan tentang KP
4)   Pimpinan mengalokasikan sumber daya yg adekuat
utk mengukur, mengkaji, & meningkatkan kinerja
RS serta tingkatkan KP.
5)   Pimpinan mengukur & mengkaji efektifitas
kontribusinyadalam meningkatkan kinerja RS & KP.
        

21
/ 20
/1
5 M A N A J E M E N P A S I E N S A F E T Y- K O M 10
09
 Kriterianya adalah
1)  Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
2) Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan
program meminimalkan insiden,
3) Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari
rumah sakit terintegrasi dan berpartisipasi
4) Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan
kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan
penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis.
5)  Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan
insiden,
6)  Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden
7)  Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit
dan antar pengelola pelayanan
8) Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan
9)  Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan
kriteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja rumah
sakit dan keselamatan pasien

21
/ 20
/1
5 M A N A J E M E N P A S I E N S A F E T Y- K O M 11
09
6. MENDIDIK STAF TENTANG KESELAMATAN PASIEN
 Standarnya adalah
1) RS memiliki proses pendidikan, pelatihan & orientasi untuk setiap jabatan
mencakup keterkaitan jabatan dengan KP secara jelas.
2)  RS menyelenggarakan pendidikan & pelatihan yang berkelanjutan untuk
meningkatkan & memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan
interdisiplin dalam pelayanan pasien.
 Kriterianya adalah
1) memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik
keselamatan pasien
2)  mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan
inservice training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan
insiden.
3)  menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok (teamwork) guna
mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani
pasien.

21
/ 20
/1
5 M A N A J E M E N P A S I E N S A F E T Y- K O M 12
09
7. KOMUNIKASI MERUPAKAN KUNCI BAGI STAF UNTUK MENCAPAI
KESELAMATAN PASIEN
 Standarnya adalah
1)  RS merencanakan & mendesain proses manajemen informasi KP
untuk memenuhi kebutuhan informasi internal & eksternal.
2) Transmisi data & informasi harus tepat waktu & akurat.
  Kriterianya adalah
1)  Disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses
manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-
hal terkait dengan keselamatan pasien.
2) Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala
komunikasi untuk merevisi manajemen informasi yang ada

21
/ 20
/1
5 M A N A J E M E N P A S I E N S A F E T Y- K O M 13
09
TUJUH LANGKAH KESELAMATAN PASIEN :
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
2. Memimpin dan mendukung staf
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko
4. Mengembangkan sistem pelaporan
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
7. Mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan
pasien

21
/ 20
/1
5 M A N A J E M E N P A S I E N S A F E T Y- K O M 14
09
ASPEK HUKUM TERHADAP PATIENT SAFETY

• Undang-undang
UU no 36
tentang kesehatan
tahun 2009

• Undang-undang
UU no 44
tentang Rumah Sakit
tahun 2009

21
/ 20
/1
5 M A N A J E M E N P A S I E N S A F E T Y- K O M 15
09
1. Keselamatan pasien sebagai isu hukum  Pasal 53 (3) uu no 36/2009
“ Pelaksanaan pelayanan kesehatan hrs mendahlkan keselamatan nyawa
pasien”
2. Pasal 32 uu no 44/2009” pasien berhak memperoleh keamanan dan
keselamatan dirinya selama dalam perawatan di RS”
3. Pasal 58 uu no 36/2009
” Setiap orang berhak menuntut ganti rugi thd seseorang, tenaga kesehatan,
dan/atau penyelenggraa kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan
atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan yg diterimanya”
”..tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan tindakan
penyelamatan nyawa atau pencegahan kecatcatan seseorang dalam keadaan
darurat
4. Tanggung jawab Hukum RS
” psal 29b Uu no 44/2009 “ Memebrikan yan.kesh.yg aman , bermutu,
antideskriminasi, dan efektif dgn mengutamakan kepentinhan pasien ssi dgn
standar yan.RS”

21
/ 20
/1
5 M A N A J E M E N P A S I E N S A F E T Y- K O M 16
09
 Pasal 46 uu no 44/2009 “ RS bertanggungjawab scr hukum thd
semua kerugian yg ditimbylkan aats kelalaian yg dilakukan
tenaga kesehatan di RS”
 Pasal 45 (2) UU no 44/2009 “ RS tdk dapat dituntut dalam
melaksanakan tugas dalam rangka menyelamatkan nyawa
manusia”
5. Bukan tanggungjawab RS
 Pasal 45 (1) uu no 44/2009 “Rumah Sakit Tidak bertanggung
jawab secara hukum apabila pasien dan/atau keluarganya
menolak atau menghentikan pengobatan yang dapat berakibat
kematian pasien setelah adanya penjelasan medis yang
kompresehensif. “

21
/ 20
/1
5 M A N A J E M E N P A S I E N S A F E T Y- K O M 17
09
6. Hak Pasien
 Pasal 32d UU No.44/2009 “Setiap pasien mempunyai hak memperoleh
layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan
standar prosedur operasional”
 Pasal 32e UU No.44/2009 “Setiap pasien mempunyai hak memperoleh
layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian
fisik dan materi”
 Pasal 32j UU No.44/2009 “Setiap pasien mempunyai hak tujuan
tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang
mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta
perkiraan biaya pengobatan”
 Pasal 32q UU No.44/2009 “Setiap pasien mempunyai hak menggugat
dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara
perdata ataupun pidana”

21
/ 20
/1
5 M A N A J E M E N P A S I E N S A F E T Y- K O M 18
09
7. Kebijakan yang mendukung keselamatan pasien
Pasal 43 UU No.44/2009
1)      RS wajib menerapkan standar keselamatan pasien
2)      Standar keselamatan pasien dilaksanakan melalui pelaporan
insiden, menganalisa, dan menetapkan pemecahan masalah
dalam rangka menurunkan angka kejadian yang tidak
diharapkan.
3)      RS melaporkan kegiatan keselamatan pasien kepada komite
yang membidangi keselamatan pasien yang ditetapkan oleh
menteri
4)      Pelaporan insiden keselamatan pasien dibuat secara anonym
dan ditujukan untuk mengoreksi system dalam rangka
meningkatkan keselamatan pasien.

21
/ 20
/1
5 M A N A J E M E N P A S I E N S A F E T Y- K O M 19
09
Pemerintah bertanggung jawab mengeluarkan kebijakan tentang
keselamatan pasien. Keselamatan pasien yang dimaksud adalah
suatu system dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih
aman. System tersebut meliputi:
a.       Assessment risiko
b.      Identifikasi dan pengelolaan yang terkait resiko pasien
c.       Pelaporan dan analisis insiden
d.      Kemampuan belajar dari insiden
e.       Tindak lanjut dan implementasi solusi meminimalkan resiko

21
/ 20
/1
5 M A N A J E M E N P A S I E N S A F E T Y- K O M 20
09
MANAJEMEN PATIENT SAFETY

Pencacatan
dan Monitoring Evaluasi
Pelaporan

21
/ 20
/1
5 M A N A J E M E N P A S I E N S A F E T Y- K O M 21
09
SISTEM PENCACATAN DAN PELAPORAN PADA PATIENT SAFETY

1. Di Rumah Sakit
2. Di Propinsi
3. Di PUsat

21
/ 20
/1
5 M A N A J E M E N P A S I E N S A F E T Y- K O M 22
09
DI RUMAH SAKIT
1. Setiap unit kerja di rumah sakit mencatat semua kejadian terkait dengan keselamatan pasien
(Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Diharapkan dan Kejadian Sentinel) pada formulir
yang sudah disediakan oleh rumah sakit.
2.      Setiap unit kerja di rumah sakit melaporkan semua kejadian terkait dengan keselamatan
pasien (Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Diharapkan dan Kejadian Sentinel) kepada
Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit pada formulir yang sudah disediakan oleh rumah
sakit.
3.      Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit menganalisis akar penyebab masalah semua
kejadian yang dilaporkan oleh unit kerja
4.      Berdasarkan hasil analisis akar masalah maka Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit
merekomendasikan solusi pemecahan dan mengirimkan hasil solusi pemecahan masalah
kepada Pimpinan rumah sakit.
5.      Pimpinan rumah sakit melaporkan insiden dan hasil solusi masalah ke Komite
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) setiap terjadinya insiden dan setelah melakukan
analisis akar masalah yang bersifat rahasia

21
/ 20
/1
5 M A N A J E M E N P A S I E N S A F E T Y- K O M 23
09
Di Provinsi 
 Dinas Kesehatan Propinsi dan PERSI Daerah menerima produk-produk dari
Komite Keselamatan Rumah Sakit
Di Pusat 
1. Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) merekapitulasi laporan dari
rumah sakit untuk menjaga kerahasiaannya
2.      Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) melakukan analisis yang
telah dilakukan oleh rumah sakit
3.      Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) melakukan analisis
laporan insiden  bekerjasama dengan rumah sakit pendidikan dan rumah sakit
yang ditunjuk sebagai laboratorium uji coba keselamatan pasien rumah sakit
4.      Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) melakukan sosialisasi hasil
analisis dan solusi masalah ke Dinas Kesehatan Propinsi dan PERSI Daerah,
rumah sakit terkait dan rumah sakit lainnya.

21
/ 20
/1
5 M A N A J E M E N P A S I E N S A F E T Y- K O M 24
09
MONITORING DAN EVALUASI
Penggunaan Metode-Metode Peningkatan Kinerja Untuk Melakukan Evaluasi Dan
Program peningkatan Keselamatan Pasien RS harus mendesign proses baru atau
memperbaiki proses yg ada, memonitor & mengevaluasi kinerja melalui
pengumpulan data, menganalisis secara intensif KTD, & melakukan perubahan
untuk meningkatkan kinerja serta KP.
1. Di Rumah sakit
 Pimpinan Rumah sakit melakukan monitoring dan evaluasi pada unit-unit kerja di rumah sakit, terkait dengan pelaksanaan
keselamatan pasien di unit kerja
2. Di propinsi
 Dinas Kesehatan Propinsi dan PERSI Daerah melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan Program
Keselamatan Pasien Rumah Sakit di wilayah kerjanya
3. Di Pusat
 Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan Keselamatan Pasien
Rumah Sakit di rumah sakit-rumah sakit
 Monitoring dan evaluasi dilaksanakan minimal satu tahan satu kali.

21
/ 20
/1
5 M A N A J E M E N P A S I E N S A F E T Y- K O M 25
09
MONITORING DAN EVALUASI
 Monitoring adalah proses pengumpulan dan analisis informasi
 berdasarkan indikator yang ditetapkan secara sistematis dan kontinu
tentang kegiatan atau program sehingga dapat dilakukan tindakan koreksi
untuk  penyempurnaan program atau kegiatan itu selanjutnya.
 Monitoring adalah  pemantauan yang dapat dijelaskan sebagai kesadaran
(awareness) tentang apa yang ingin diketahui, pemantauan berkadar tingkat
tinggi dilakukan agar dapat membuat pengukuran melalui waktu yang
menunjukkan pergerakan kearah tujuan atau menjauh dari itu.
 Proses monitoring juga dapat diartikan sebagai  proses rutin pengumpulan
data dan pengukuran kemajuan atas objektif program (Widiastuti dan
Susanto, 2012

21
/ 20
/1
5 M A N A J E M E N P A S I E N S A F E T Y- K O M 26
09
MONOTORING DAN EVALUASI
 Evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan realisasi
masukan, keluaran, dan hasil terhadap rencana dan standar (Yumiari,
2017).
 Evaluasi merupakan suatu proses untuk menentukan relevansi,
efisiensi, efektivitas dan dampak kegiatan program atau proyek yang
sesuai dengan tujuan yang akan dicapai serta sistematis dan objektif.
 Evaluasi juga diartikan sebagai  pengukuran dari konsekuensi yang
dikehendaki dan tidak dikehendaki dari suatu tindakan yang telah
dilakukan dalam rangka mencapai beberapa tujuan yang akan dinilai
(Hendrawan, 2009)

21
/ 20
/1
5 M A N A J E M E N P A S I E N S A F E T Y- K O M 27
09
MONITORING DAN EVALUASI
 Evaluasi lebih bersifat melihat ke depan dari pada melihat
kesalahan-kesalahan dimasa lalu, dan ditujukan pada upaya
peningkatan kesempatan demi keberhasilan program
 Dengan demikian Misi dari evaluasi itu adalah perbaikan
atau penyempurnaan di masa mendatang atas suatu
program.
 Dapat dikatakan juga evaluasi merupakan suatu proses
untuk menyediakan informasi mengenai hasil penilaian atas
permasalahan yang ditemukan (Maharani, 2011).

21
/ 20
/1
5 M A N A J E M E N P A S I E N S A F E T Y- K O M 28
09
TUJUAN MONEV
Monitoring dan evaluasi bertujuan memberikan
gambaran lengkap tentang implementasi program,
terutama untuk mengetahui ketercapaian dari
 pelaksanaan program dan mengetahui kekuatan,
kelemahan, peluang dan hambatan yang terjadi
sehingga Informasi ini berguna bagi pengambil
keputusan untuk melakukan penyesuaian dan
perbaikan guna mencapai target yang telah ditetapkan
secara efektif dan efisien (Kemdikbud, 2013)

21
/ 20
/1
5 M A N A J E M E N P A S I E N S A F E T Y- K O M 29
09
SEMBILAN SOLUSI LIFE-SAVING KESELAMATAN PASIEN RUMAH
SAKIT
1. Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip (Look-Alike,
Sound-Alike Medication Names).
 Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip (NORUM), yang membingungkan staf pelaksana
adalah salah satu penyebab yang paling sering dalam kesalahan obat (medication
error) dan ini merupakan suatu keprihatinan di seluruh dunia.
 Dengan puluhan ribu obat yang ada saat ini di pasar, maka sangat signifikan potensi
terjadinya kesalahan akibat bingung terhadap nama merek atau generik serta
kemasan.
 Solusi NORUM ditekankan pada penggunaan protokol untuk pengurangan risiko dan
memastikan terbacanya resep, label, atau penggunaan perintah yang dicetak lebih
dulu, maupun pembuatan resep secara elektronik.

21
/ 20
/1
5 M A N A J E M E N P A S I E N S A F E T Y- K O M 30
09
2. Pastikan Identifikasi Pasien.
 Kegagalan yang meluas dan terus menerus untuk mengidentifikasi
pasien secara benar sering mengarah kepada kesalahan pengobatan,
transfusi maupun pemeriksaan; pelaksanaan prosedur yang keliru
orang; penyerahan bayi kepada bukan keluarganya, dsb.
 Rekomendasi ditekankan pada metode untuk verifikasi terhadap
identitas pasien, termasuk keterlibatan pasien dalam proses ini;
 standardisasi dalam metode identifikasi di semua rumah sakit dalam
suatu sistem layanan kesehatan; dan partisipasi pasien dalam
konfirmasi ini; serta penggunaan protokol untuk membedakan
identifikasi pasien dengan nama yang sama.

21
/ 20
/1
5 M A N A J E M E N P A S I E N S A F E T Y- K O M 31
09
3. Komunikasi Secara Benar saat Serah
Terima/Pengoperan Pasien.
 Kesenjangan dalam komunikasi saat serah terima/ pengoperan
pasien antara unit-unit pelayanan, dan didalam serta antar tim
pelayanan mengakibatkan terputusnya kesinambungan layanan,
pengobatan yang tidak tepat, dan potensial dapat mengakibatkan
cedera terhadap pasien.
 Rekomendasi ditujukan untuk memperbaiki pola serah terima
pasien termasuk penggunaan protokol untuk mengkomunikasikan
informasi yang bersifat kritis; memberikan kesempatan bagi para
praktisi untuk bertanya dan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan
pada saat serah terima,dan melibatkan para pasien serta keluarga
dalam proses serah terima.

21
/ 20
/1
5 M A N A J E M E N P A S I E N S A F E T Y- K O M 32
09
4. Pastikan Tindakan yang benar pada Sisi Tubuh yang benar.
 Penyimpangan pada hal ini seharusnya sepenuhnya dapat dicegah.
 Kasus-kasus dengan pelaksanaan prosedur yang keliru atau pembedahan sisi
tubuh yang salah sebagian besar adalah akibat dan miskomunikasi dan tidak
adanya informasi atau informasinya tidak benar.
 Faktor yang paling banyak kontribusinya terhadap kesalahan-kesalahan macam
ini adalah tidak ada atau kurangnya proses pra-bedah yang distandardisasi.
 Rekomendasinya adalah untuk mencegah jenis-jenis kekeliruan yang tergantung
pada pelaksanaan proses verifikasi prapembedahan; pemberian tanda pada sisi
yang akan dibedah oleh petugas yang akan melaksanakan prosedur; dan adanya
tim yang terlibat dalam prosedur Time out sesaat sebelum memulai prosedur
untuk mengkonfirmasikan identitas pasien, prosedur dan sisi yang akan dibedah.

21
/ 20
/1
5 M A N A J E M E N P A S I E N S A F E T Y- K O M 33
09
5. Kendalikan Cairan Elektrolit Pekat
(concentrated).
 Sementara semua obat-obatan, biologics, vaksin dan
media kontras memiliki profil risiko, cairan elektrolit
pekat yang digunakan untuk injeksi khususnya adalah
berbahaya.
 Rekomendasinya adalah membuat standardisasi dari
dosis, unit ukuran dan istilah; dan pencegahan atas
campur aduk/bingung tentang cairan elektrolit pekat
yang spesifik.

21
/ 20
/1
5 M A N A J E M E N P A S I E N S A F E T Y- K O M 34
09
6. Pastikan Akurasi Pemberian Obat pada Pengalihan
Pelayanan.
 Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat transisi/pengalihan.
Rekonsiliasi (penuntasan perbedaan) medikasi adalah suatu proses yang
didesain untuk mencegah salah obat (medication errors) pada titik-titik
transisi pasien.
 Rekomendasinya adalah menciptakan suatu daftar yang paling lengkap
dan akurat dan seluruh medikasi yang sedang diterima pasien juga disebut
sebagai “home medication list”, sebagai perbandingan dengan daftar saat
admisi, penyerahan dan/atau perintah pemulangan bilamana menuliskan
perintah medikasi; dan komunikasikan daftar tsb kepada petugas layanan
yang berikut dimana pasien akan ditransfer atau dilepaskan.

21
/ 20
/1
5 M A N A J E M E N P A S I E N S A F E T Y- K O M 35
09
7. Hindari Salah Kateter dan Salah Sambung Slang (Tube).
 Slang, kateter, dan spuit (syringe) yang digunakan harus didesain sedemikian
rupa agar mencegah kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak
Diharapkan) yang bisa menyebabkan cedera atas pasien melalui
penyambungan spuit dan slang yang salah, serta memberikan medikasi atau
cairan melalui jalur yang keliru.
 Rekomendasinya adalah menganjurkan perlunya perhatian atas medikasi
secara detail/rinci bila sedang mengenjakan pemberian medikasi serta
pemberian makan (misalnya slang yang benar), dan bilamana menyambung
alat-alat kepada pasien (misalnya menggunakan sambungan & slang yang
benar).

21
/ 20
/1
5 M A N A J E M E N P A S I E N S A F E T Y- K O M 36
09
8. Gunakan Alat Injeksi Sekali Pakai.
 Salah satu keprihatinan global terbesar adalah
penyebaran dan HIV, HBV, dan HCV yang diakibatkan
oleh pakai ulang (reuse) dari jarum suntik.
 Rekomendasinya adalah perlunya melarang pakai ulang
jarum di fasilitas layanan kesehatan; pelatihan periodik
para petugas di lembaga-lembaga layanan kesehatan
khususnya tentang prinsip-pninsip pengendalian
infeksi,edukasi terhadap pasien dan keluarga mereka
mengenai penularan infeksi melalui darah;dan praktek
jarum sekali pakai yang aman.

21
/ 20
/1
5 M A N A J E M E N P A S I E N S A F E T Y- K O M 37
09
9. Tingkatkan Kebersihan Tangan (Hand hygiene)
untuk Pencegahan lnfeksi Nosokomial.
 Diperkirakan bahwa pada setiap saat lebih dari 1,4 juta orang di
seluruh dunia menderita infeksi yang diperoleh di rumah-rumah
sakit. Kebersihan Tangan yang efektif adalah ukuran preventif yang
pimer untuk menghindarkan masalah ini.
 Rekomendasinya adalah mendorong implementasi penggunaan
cairan “alcohol-based hand-rubs” tersedia pada titik-titik pelayan
tersedianya sumber air pada semua kran, pendidikan staf mengenai
teknik kebarsihan taangan yang benar mengingatkan penggunaan
tangan bersih ditempat kerja; dan pengukuran kepatuhan penerapan
kebersihan tangan melalui pemantauan/observasi dan tehnik-tehnik
yang lain.

21
/ 20
/1
5 M A N A J E M E N P A S I E N S A F E T Y- K O M 38
09
10. Komunikasi dan transfer informasi antar
profesi kesehatan .
 
 Penggunaan Metode-Metode Peningkatan Kinerja Untuk Melakukan
Evaluasi Dan Program Peningkatan Keselamatan Pasien RS harus
mendesign proses baru atau memperbaiki proses yg ada, memonitor &
mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara
intensif KTD, & melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta
KP.

21
/ 20
/1
5 M A N A J E M E N P A S I E N S A F E T Y- K O M 39
09
REFERENSI
1. Undang Undang no 39 tahun 2009 Tentang Kesehatan
2. Undang undang no 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit

3. PMK No 1691/MenKes/Per/VIII/2011 tentang keselamatan pasien rumah sakit


4. Komalawati, Veronica. (2010) Community&Patient Safety Dalam Perspektif Hukum Kesehatan.
5. Lestari, Trisasi. Knteks Mikro dalam Implementasi Patient Safety: Delapan Langkah Untuk
Mengembangkan Budaya Patient Safety. Buletin IHQN Vol II/Nomor.04/2006 Hal.1-3
6. Pabuti, Aumas. (2011) Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien (KP) Rumah Sakit. Proceedings
of expert lecture of  medical student of Block 21st of Andalas University, Indonesia
7. Panduang Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety). 2005
8. Yahya, Adib A. (2006) Konsep dan Program “Patient Safety”. Proceedings of  National Convention
VI of The Hospital Quality Hotel Permata Bidakara, Bandung 14-15 November 2006.
9. Yahya, Adib A. (2007) Fraud & Patient Safety. Proceedings of  PAMJAKI meeting “Kecurangan
(Fraud) dalam Jaminan/Asuransi Kesehatan” Hotel Bumi Karsa, Jakarta 13 December 2007

21
/ 20
/1
5 M A N A J E M E N P A S I E N S A F E T Y- K O M 40
09

Anda mungkin juga menyukai