Anda di halaman 1dari 17

Mitigating the Risk: Transfusion or

Reoperation for Bleeding After Cardiac


Surgery
Chetan Pasrija, MD, Mehrdad Ghoreishi, MD, Glenn Whitman, MD, Niv Ad, MD, Diane E. Alejo, BA, Sari D. Holmes, PhD, Stefano
Schena, MD, Rawn Salenger, MD, Michael A. Mazzeffi, MD, Clifford E. Fonner, BA, and Bradley Taylor, MD, MPH; on behalf of the
Investigators for the Maryland Cardiac Surgery Quality Initiative

Disusun Oleh :
Riki Satya Nugraha
Noven Ilham Yowanda
Rangkuman

Re-Operasi pada kasus perdarahan setelah operasi bedah jantung


merupakan suatu hal yang tidak biasa, tetapi wajar bila terjadi.
Penelitian ini mencoba menganalisis seberapa besar angka
mortalitas dan morbiditas yang bisa terjadi pada pasien post
operasi bedah jantung, yang dilakukan re-operasi dan transfusi
produk darah, hanya re-operasi saja atau hanya transfusi produk
darah saja tanpa re-operasi
Pembahasan

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk melihat morbiditas


yang muncul pada pasien dengan perdarahan setelah operasi
bedah jantung.
Meskipun perdarahan dianggap sebagai morbiditas namun masih
sedikit pemahaman yang membandingkan morbiditas yang
terjadi karena re-operasi atau transfuse produk darah.
Metode
• Pengumpulan data dilakukan • Sampel yang didapatkan
berdasarkan database dari sebanyak 23.240 sampel
Society of Thoracic Surgeons • Dengan karakteristik populasi
(STS) Maryland. Dari bulan Juli a. Pasien bedah jantung dewasa
2011 – September 2018. b. Pasien CABG
• Metode penelitian berupa c. Pasien MVr/R
retrospektif. d. Pasien Avr/R
e. Kombinasi
Lanjutan
• Sampel dipisahkan berdasarkan • Data dibuat menjadi 4 kelompok
angka mortality risk (STS score) 1. Re-operasi (-) / blood (-) : 22.365
• Total sampel 23.240 2. Re-operasi (+) / blood (-) : 351
• Tidak memerlukan re-operasi 3. Re-operasi (-) / blood (+) : 350
22.722 (98%) 4. Re-operasi (+) / blood (+) : 167
Note : 7 pasien data transfuse tidak ditemukan,
• Dilakukan re-operasi 518 (2%) tidak dimasukkan ke dalam empat kelompok
diatas, namun tidak satupun yang dilakukan
re-operasi.
Tabel 1
Data disamping menunjukan dari semua
cardiac center dibawah STS yang
dijadikan tempat pengumpulan data,
angka kematian pada pasien post bedah
jantung dewasa tidak lebih dari 3%.
Tabel 2
Tabel disamping menunjukan dari total
populasi yang diambil yang tidak
membutuhkan re-operasi 22.722 sedangkan
yang membutuhkan re-operasi 518
Pada populasi yang membutuhkan re-operasi,
kondisi CHF pada pre operasi lebih banyak
ditemukan. Selain itu angka predicted risk of
mortality juga lebih tinggi.
Selain itu angka kejadian pre operasi karena
perdarahan lebih banyak terjadi pada pasien
operasi CABG saja (55%).
Tabel 3
Tabel disamping menunjukan sebaran
data pasien berdasarkan 4 kriteria yang
dibuat.
Tabel 4
Tabel disamping merupakan perbandingan
multivariable analisis pada kelompok 4 dengan
kelompok 1.
Berdasarkan analisis tersebut didapatkan, pada
kelompok 4 angka morbiditas dan mortalitas lebih
sering terjadi dibandingkan di kelompok control
yaitu kelompok 1.
Tabel 5
Tabel disamping merupakan perbandingan
multivariable analisis pada kelompok 4 dengan
kelompok 3.
Dari analisis tersebut didapatkan bahwa angka
kejadian stroke pada kelompok 4 lebih sering terjadi
dibandingkan pada kelompok 3. sedangkan untuk
angka morbiditas lain cenderung hampir sama.
Tabel 6
Tabel disamping merupakan perbandingan
multivariable analisis pada kelompok 4 dengan
kelompok 2.
Dari data tersebut, pada kelompok 4 angka
morbiditas dan mortalitas cenderung lebih tinggi
dibandingkan kelompok 2.
Tabel disamping merupakan perbandingan
multivariable analisis pada kelompok 3 dengan
kelompok 2.
Dari data tersebut diketahui bahwa pada kelompok
3 angka kejadian renal failure lebih tinggi dibanding
kelompok 2 dan beberapa morbiditas lain juga
angkanya lebih tinggi dibanding kelompok 2.
• Penelitian ini menunjukan bukti bahwa re-operasi pada
perdarahan pada bedah jantung meningkatkan angka
morbiditas.
• Namun, data pada penelitian ini juga menunjukann pemberian
transfusi darah tanpa melakukan re-operasi bias meningkatkan
morbiditas dan mortalitas jika dibandingkan dilkaukan re-
operasi.
• Re-operasi yang terlambat diatas 24 jam setelah operasi bisa
meningkatkan angka morbiditas sampai 14% dalam 30 hari
kriteria mortalitas.
Keterbatasan Penelitian
1. Meskipun sudah dilakukan multivariable analisis untuk mengontrol perbedaan pada setiap pasien
yang mana membutuhkan re-operasi atau jumlah darah transfusi mungkin mereka memiliki
morbiditas yang tidak terhitung, yang berperan dalam outcome yang buruk.
2. Mengingat keterbatasan basis data, peneliti tidak dapat mengevaluasi data granular seperti
produksi chest tube sebelum operasi atau alasan yang belum diketahui pada kelompok tiga
sehingga tidak dilakukan re-operasi.
3. Penelitian juga menunjukan bahwa re-operasi dan atau transfusi setelah iperasi bedah jantung
meningkatkan morbilitas dan morbiditas, namun tidak dapat secara definitive membangun
hubungan sebab akibat antara re-operasi, transfusi dan morbiditas
4. Perdarahan post operasi bedah jantung merupakan masalah yang memiliki banyak factor, studi ini
menunjukan bahwa re-operasi ataupun perberian banyak transfusi darah adalah morbiditas, akan
tetapi mengingat ini merupakan restropektif sehingga tidak dihitung koagulasi pasien, Teknik
hemostasis ataupun penggunaan anti fibrinolitik.
Penutup

1. Kesimpulan
Meskipun re-operasi pada pasien perdarahansetelah operasi bedah jantung meningkatkan
berhubungan dengan morbiditas, namun transfuse produk darah tanpa operasi juga
meningkatkan morbiditas dibandingkan transfuse dengan re-operasi.

Re-operasi yang cepat bisa mencegah terjadinya peningkatan morbiditas yang mungkin
terjadi.

Studi tentang standarisasi waktu dan indikasi untuk re-operasi diperlukan untuk
mengoptimalkan hasil bagi pasien dengan perdarahan pasca operasi.
2. Rekomendasi
Diperlukan studi prospektif untuk membangun panduan re-
operasi.
Pada kasus di RS Jantung Jakarta diperlukan koordinasi yang
cepat dengan semua tim bila sudah ditemukan tanda-tanda
perdarahan yang masif.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai