Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN AKUT LIMB ISKEMIK 

(ALI)

I. Tujuan Instruksional Khusus


II. Pembahasan
A. Pengertian

Menurut Inter-Society, Konsensus Pengelolaan Penyakit Arteri Peripheral


(TASC II), Akut Limb Iskemik (ALI) adalah suatu penurunan perfusi ke
jaringan extremitas yang terjadi secara tiba tiba dan mengancam
kelangsungan hidup (viabilitas) jaringan extremitas.

Akut Limb Iskemik (ALI) adalah oklusi akut dari suatu arteri pada ekstremitas
dimana terjadi penurunan secara tiba-tiba atau perburukan perfusi ke
anggota gerak yang menyebabkan ancaman potensial terhadap viabilitas
ekstremitas (Rahmad, 2011).

Iskemia tungkai akut adalah kondisi di mana terjadi penurunan mendadak


perfusi tungkai yang biasa melibatkan trombus dan emboli. Trombus dapat
berasal dari perkembangan penyakit arteri, diseksi aorta, thrombus graft,
aneurisma, hiperkoagulabilitas, iatrogenik, dan lainnya. Gambaran klinis
iskemia tungkai dikatakan akut bila terjadi dalam 2 minggu. Gejala
berkembang dalam hitungan jam sampai hari dan bervariasi dari episode
klaudikasio intermiten hingga rasa nyeri di telapak kaki atau tungkai ketika
pasien sedang beristirahat, parestesia, kelemahan otot, dan
kelumpuhanpada ekstremitas yang terkena. Temuan fisik yang dapat
ditemukan meliputi tidak adanya pulsasi di daerah distal dari oklusi,kulit
teraba dingin dan pucat atau berbintik-bintik, penurunan sensasi saraf, dan
penurunan kekuatan otot. Tanda-tanda ini biasa disingkat sebagai 6 P:
Paresthesia, Pain, Pallor, Pulselessness, Poikilothermia (gangguan
pengaturan suhu tubuh), dan Paralysis. (Heri Gunawan,2017)
Akut Limb Iskemik (ALI) merupakan suatu keadaan penurunan perfusi/
perburukan perfusi secara tiba tiba pada anggota gerak yang menyebabkan
ancaman potensial terhadap viabilitas anggota gerak yang berlangsung
kurang dari 2 minggu. Penyakit ini disebabkan oleh trombus, emboli, trauma
vaskular, aneurisma serta penyebab lainnya. Manifestasi yang dapat
ditemukan ialah 6 P: Paresthesia, Pain, Pallor, Pulselessness, Poikilothermia
(gangguan pengaturan suhu tubuh), dan Paralysis.

B. Etiologi

Beberapa kemungkinan penyebab Akut Limb Iskemik (ALI), berdasarkan


sumber pustaka diantaranya:

1. Trombosis

Trombosis adalah pembentukan bekuan darah (trombus) di dalam


pembuluh darah, menghambat aliran darah melalui sistem peredarah
darah.Gambaran klinis terjadinya trombosis adalah riwayat nyeri hilang
timbul sebelumnya, tidak ada sumber terjadinya emboli dan menurunnya
(tidak ada) nadi perifer pada tungkai bagian distal.

2. Emboli

Sekitar 80% emboli timbul dari atrium kiri, akibat atrial fibrilasi atau
miokard infark.Kasus lainnya yang juga berakibat timbulnya emboli adalah
katup prostetik, vegetasi katup akibat peradangan pada endokardium,
paradoksikal emboli (pada kasus DVT) dan atrial myxoma.Aneurisma
aorta merupakan penyebab dari sekitar 10% keseluruhan kasus yang ada,
terjadi pada pembuluh darah yang sehat.

3. Akut Trauma Vaskular

Terjadi akibat trauma vaskular


C. Faktor Resiko dibagi menjadi dapat dirubah dan tidak dapat dirubah

Menurut Rangkuti mengatakan bahwa beberapa faktor resiko untuk penyakit


arteri perifer yaitu:

1. Yang dapat dirubah :


a. Merokok

Nikotin mengganggu saraf simpatis, sehingga menyebabkan ketagihan


merokok dan juga merangsang pelepasan adrenalin yang
menyebabkan peningkatan tekanan darah dan merusak arteri.
Carbonmonoksida (CO) menimbulkan desaturasi O2 sehingga suplay
O2 kejaringan tubuh berkurang.

b. Diabetes melitus

Semakin tinggi kadar gula dalam darah akan mempungaruhi viskositas


darah, sehingga resiko timbulnya aterosklerosis meningkat.

c. Hiperlipidemia

Dengan peningkatan kadar lemak dalam darah, sehingga lemak


beresiko akan menempel pada dinding dipembuluh darah.

d. Hipertensi

Tekanan darah tinggi yang berlangsung secara terus menerus akan


mengakibatkan meningkatnya tekanan pada dinding arteri, sehingga
akan menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah arteri.

2. Yang tidak dapat dirubah :


a. Usia
Proses degeneratif akan mempengaruhi struktur pembuluh darah.
Semakin bertambahnya usia elastisitas dinding pembuluh darah akan
menurun disertai adanya penumpukan plak, sehingga menyebabkan
terjadinya aterosklerosis akan meningkat.

D. Patofisiologi

Penyebab dari Akut Limb Iskemik adalah trombus/embolus yang sebagian


besar berasal dari jantung kemudian menuju ke arteri besar selanjutnya
berhenti pada pembuluh darah yang lebih kecil dari embolus lalu menumpuk
dan menutup aliran darah pada pembuluh yang lebih kecil terutama pada
daerah yang bercabang seperti pada arteri iliaka, femoralis, poplitea, tibialis
dan dorsalis pedis akhirnya saluran darah ke arah distal berhenti dan dapat
menimbulkan Akut Limb Iskemik (ALI).

Perjalanan Akut Limb Iskemik (ALI) yang cukup kompleks ini, dapat
menimbulkan beberapa masalah pemenuhan kebutuhan dasar manusia yang
menunjukkan suatu masalah keperawatan yang kompleks pula, diantaranya
gangguan perfusi jaringan, gangguan rasa nyaman nyeri, intoleransi aktivitas,
cemas, resiko tinggi perdarahan dan resiko tinggi cedera serta banyak lagi
yang satu sama lain saling berhubungan dan perlu segera ditangani.

E. Tanda Dan Gejala

Secara umum manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada kasus Akut Limb
Iskemik (ALI) merupakan tanda dan gejala yang sangat khas dengan sebutan
istilah “6P” yang terdiri dari:

1. Pain (nyeri).
2. Parasthesia (tidak mampu merasakan sentuhan pada ekstremitas).
3. Paralysis (kehilangan sensasi motorik pada ekstremitas).
4. Pallor (pucat).
5. Pulseless (menurunnya/tidak adanya denyut nadi).
6. Perishingly cold /Poikilothermia (dingin pada ekstremitas).

Pada awalnya tungkai tampak pucat, tetapi setelah 6-12 jam akan terjadi
vasodilatasi yang disebabkan oleh hipoksia dari otot polos vaskular. Kapiler
akan terisi kembali oleh darah teroksigenasi yang stagnan, yang
memunculkan penampakan mottled (yang masih hilang bila ditekan). Bila
tindakan pemulihan aliran darah arteri tidak dikerjakan, kapiler akan ruptur
dan akan menampakkan kulit yang kebiruan yang menunjukkan iskemia
irreversibel. Nyeri terasa hebat dan seringkali resisten terhadap
analgetik.Adanya nyeri pada ekstremitas dan nyeri tekan dengan
penampakan sindrom kompartemen menunjukkan tanda nekrosis otot dan
keadaan kritikal (yang kadangkala irreversibel).

Defisit neurologis motor sensorik seperti paralisis otot dan parastesia


mengindikasikan iskemia otot dan saraf yang masih berpotensi untuk
tindakan penyelamatan invasif (urgent). Tanda-tanda diatas sangat khas
untuk kejadian sumbatan arteri akut yang tanpa disertaikolateral.Bila oklusi
akut terjadi pada keadaan yang sebelumnya telah mengalami sumbatan
kronik, maka tanda yang dihasilkan biasanya lebih ringan oleh karena telah
terbentuk kolateral. Adanya gejala klaudikasio intermiten pada ekstremitas
yang sama dapat menunjukkan pasien telah mengalami oklusi kronik
sebelumnya. Keadaan akut yang menyertai proses kronik umumnya
disebabkan trombosis.

F. Klasifikasi
Berdasarkan Rutherfort klasifikasi Akut Limb Iskemik (ALI) di kategorikan sebagai
berikut:

Category Descriptio Capillary Muscle Sensory loss Doppler Signals


n return paralysis Arterial Venous
I viable Not Intact none None Audible Audible
immediately
threatened
IIa Salvageabl Intact/slow none Partial Inaudibl Audible
Threatene e if promptly e
d threated
IIb Salvageabl Slow/absen Partial Partial/complet Inaudibl Audible
Threatene e if t e e
d immediately
threated
III Primary Absent Complete Complete Inaudibl Inaudible
Irreversible amputation staining Tense e
Compartment

Tabel1
1. Kelas I :

Perfusi jaringan masih cukup,walaupun terdapat penyempitan arteri, tidak


ada kehilangan sensasi motorik dan sensorik, masih bisa dengan obat-
obatan.pada pemeriksaan Doppler signal audible.

2. Kelas IIa :

Perfusi jaringan tidak memadai pada aktifitas tertentu. Timbul klaudikasi


intermiten yaitu nyeri pada otot ekstremitas bawah ketika berjalan dan
memaksakan berhenti berjalan,nyeri hilang jika klien istirahat dan sudah
mulai ada kehilangan sensorik.

3. Kelas IIb:
Perfusi jaringan tidak memadai,ada kelemahan otot ekstremitas dan
kehilangan sensasi pada ekstremitas. Harus dilakukan intervensi
selanjutnya seperti revaskularisasi ataupun embolektomi.

4. Kelas III:

Telah terjadi iskemia berat yang mengakibatkan nekrosis, kerusakan


syaraf yang permanen, irrevesibel, kelemahan ekstremitas, kehilangan
sensasi sensorik, kelainan kulit atau gangguan penyembuhan lesi kulit.
Intervensi tindakan yang dilakukan yaitu amputasi.

G. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa ALI


adalah:

1. Doppler ultrasonography

Penting dilakukan untuk mengetahui lokasi kelainan.

2. Angiografi

Untuk mengetahui letak obstruksi, gambaran cabang arteri dan bagian


distal yang dialiri dan untuk mendiagnosa adanya emboli sehingga dapat
melakukan tindakan intervensi selanjutnya.

3. MSCT

Untuk melihat lokasi dan penyebab kelainan, adanya diseksi terutama


pada diseksi aorta.

4. (EKG)
Mengidentifikasi gangguan irama jantung penyebab Akut Limb Iskemik
(ALI) misal AF.

5. Echokardiografi

Untuk mengetahui adanya sumber emboli misalanya adanya tombus


myxom

H.  Penatalaksanaan Medis

Akut Limb Iskemik (ALI) merupakan keadaan yang darurat yang memerlukan
tatalaksana (revaskularisasi) segera, meminimalisir waktu revaskularisasi
penundaan dalam melepaskan oklusi merupakan hal yang terpenting karena
dapat mengurangi resiko kehilangan anggota gerak meningkat dengan durasi
dari iskemik akut. Pada suatu penelitian, angka amputasi ditemukan
meningkat terhadap interval antara onset dari ALI dan eksplorasi yaitu 6%
dalam 12 jam, 12% dalam 13-24 jam, dan 20% setelah 24 jam.

1. Terapi Awal
a. Preoperative anticoagulation dengan IV heparin untuk menghindari
penambahan bekuan darah. Pre intervensi antikoagulan dengan kadar
teraupetik heparin juga mengurangi morbiditas dan mortalitas.
b. Analgesik yang tepat
c. Pemantauan sederhana untuk meningkatkan perfusi yang masih ada
yaitu hindari penekanan berlebihan pada area yang sakit dan hindari
suhu yang ekstrim
d. Hipotensi terutama pada diseksi aorta
e. Catheter directed thromboliysis
f. Akut Limb Iskemik (ALI) class I , IIa
g. Recent acute thrombosis
h. Kontraindikasi tombolitik
2. Terapi trombolitik
Therapi trombolitik dapat dilakukan pada oklusi akut tanpa ditemukan
tanda iskemi anggota gerak. Diberikan secara PIAT (Peripheral Intra
Arterial Trombolitik) bila tidak ada kontraindikasi.

a. Jenis Obat Trombolitik


(1). Urokinase :drip 4000 IU /menit selama 2 jam, dilanjutkan 2000
IU /menit selama 2 jam dilanjutkan 1000 IU selama 24 – 27 jam
(2.) r TPA : Drip 0.5 – 2.0 mg /jam selama 12 – 24 jam.
(3). Streptokinase : Drip 5000 IU /jam selama 48 jam.
b. Monitoring trombolitik :  

(1). Bila fibrinogen < 150 mg / dl kadar fibrinogen dinilai ulang dalam 24
jam nilai normal fibrinogen 180-350 mg/dl

(2). Bila fibrinogen < 100 mg / dl trombolitik harus dihentikan

(3). Trombolitik juga dihentikan bila :

 Rekanalisasi berhasil pada dosis yang diharapkan


 Rekanalisasi tidak berhasil pada dosis yang diharapkan
 Perdarahan

c. Kontraindikasi penggunaan trombolitik :

(1). Absolute

 Gangguan perdarahan aktif


 Perdarahan gastrointestinal dalam 10 hari terakhir
 Gangguan serebrovaskular dalam 6 bulan terakhir
 Pembedahan intracranial atau pembedahan spinal dalam 3 bulan
terakhir
 Cedera kepala dalam 3 bulan terakhir

(2). Relatif

 Pembedahan besar atau trauma dalam 10 hari terakhir


 Hipertensi ( sistolik > 180 mmHg atau diastolic > 110 mmHg )
 Resusitasi kardiopulmoner dalam 10 hari terakhir

3. Pembedahan

Terapi pembedahan untuk iskemik yang mengancam ekstremitas. Segera


lakukan pembedahan revaskularisasi untuk indikasi Akut Limb Iskemik
(ALI) kelas IIb dengan dua cara yaitu fogarty catheter dan bedah
revaskularisasi.

I. Komplikasi
1. Hiperkalemia: Potasium mungkin dilepaskan ketika integritas terganggu
oleh iskemia yang menyebabkan pelepasan kalium dari sel.
2. Sindrom kompartemen adalah nyeri saat flexi/extensi, kelemahan
otot, tidak mampu respon terhadap stimulasi sentuhan, pucat, nadi
lemah/tidak teraba. Pembengkakan jaringan dalam kaitannya dengan
reperfusi menyebabkan peningkatan pada tekanan intracompartment
tekanan, penurunan aliran kapiler, iskemia, dan kematian jaringan otot
(pada >30 mmHg). Penanganannya adalah dengan
dilakukannya fasciotomy. Terapi trombolitik, akan menurunkan
risikocompartment syndrome dengan reperfusi anggota gerak secara
berangsur-angsur.

J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Menanyakan gejala yang muncul pada kaki yang berhubungan dengan
keparahan dari iskemi anggota gerak

a. Riwayat penyakit sekarang

Gejala pada ALI berhubungan secara primer terhadap nyeri atau


fungsi, onset serangan dan waktu nyeri yang tiba – tiba , dan
bagaimana intensitasnya. Durasi dan inensitas nyeri adalah penting
dalam membuat keputusan medis. Onset tiba – tiba dapat memiliki
implikasi etiologi, sedangkan kondisi dan lokasi nyeri dapat membantu
menegakkan diagnosis banding.

b. Riwayat penyakit dahulu

Hal ini penting untuk ditanyakan apakah klien pernah mengalami nyeri
pada kaki sebelumnya (seperti klaudikasio), apakah telah diintervensi
untuk sirkulasi yang buruk pada masa lampau, apakah pernah
didiagnostik memilki penyakit jantung.Klien juga sebaiknya ditanyakan
tentang faktor resiko aterosklerotik seperti hipertensi, diabetes,
merokok, hiperlipidemia, riwayat keluarga yang memiliki penyakit
jantung, dan stroke.

2. Pemeriksaan Fisik
a. Pulsasi

Apakah defisit pulsasi bersifat akut atau kronis

b. Warna dan temperature

Warna pucat dapat terlihat khususnya pada keadaan awal, namun


pada fase lanjut sianosis lebih sering ditemukan dan rasa dingin yang
tidak ditemukan pada ekstremitas lainnya.
c. Kehilangan fungsi sensoris

Klien yang mengalami kehilangan sensasi sensorik biasanya mengeluh


kebas atau parastesia.

d. Kehilangan fungsi motorik.

Secara umum Defesit motorik merupakan indikasi untuk tindakan yang


lebih lanjut.Untukmendeteksi kelemahan otot awal, fungsi intrinsik dari
otot kaki harus dikaji dan harus membandingkan dengan extremitas
lainnya.Kekuatan otot di nilai dari angka 0-5:

1 : Otot sama sekali tidak mampu bergerak,tampak berkontraksi,bila


lengan/tungkai dilepaskan akan jatuh 100 % pasif.
2 : Tampak kontraksi atau ada sedikit gerakan dan ada tahanan
sewaktu jatuh.
3 : Mampu menahan tegak yang berarti mampu menahan gaya
grafitasi (saja) tapi dengan sentuhan akan jatuh
4 : Mampu menahan tegak walaupun sedikit di dorong tetapi tidak
mampu melawan tekanan/dorongan dari pemeriksa.
5 : Kekuatan kurang dibandingkan sisi lain.
6 : Kekuatan utuh

Secara khusus pada Akut Limb Iskemik (ALI)

1 : tidak dapat menggerakan jari, dropfoot positif

2 : dropfoot negatif dengan gangguan pergerakan jari sebagian

3 : normal (bebas menggerakkan jari)

3. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat ditemukan pada kasus Akut Limb
Iskemik (ALI) diantaranya :

a. Gangguan penurunan perfusi jaringan ke perifer berhubungan dengan


penurunan aliran darah.
b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penurunan
sirkulasi arteri dan oksigenisasi jaringan.
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan dasar berhubungan dengan
kelemahan anggota gerak extremitas bawah.
d. Gangguan mobilitasi fisik berhubungan dengan gangguan saraf
extremitas bawah.
e. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi dan
program pengobatan.

4. Perencanaan

Perencanaan asuhan keperawatan pada Akut Limb Iskemik (ALI) yang


disusun berdarakan diagnosa keperawatan yang muncul diantaranya:

a. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan


aliran darah

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan gangguan


perfusi jaringan dapat teratasi.

Kriteria hasil:

(1). Keluhan baal dapat terkontrol.

(2). Akral hangat.

 Fase pengisian kapiler < 2 detik.


 Vasokonstriksi perifer berkurang.
 Tekanan darah dalam batas normal 110/70-130/90 mmHg.
 Frekuensi nadi 60-100 x/menit, nadi teraba kuat pada lokasi
kelainan.
 Saturasi oksigen perifer > 95%.

 Intervensi:

 Kaji tingkat keadekuatan perfusi jaringan.


 Kaji capilari refil time, perhatikan waktu pengisian kapiler, lihat
ada/tidaknya sianosis perifer, tanda vasokonstriksi jaringan, ukur
pertambahan bengkak, tanda kematian jaringan perifer.
 Observasi tanda-tanda vital: TD, N, P, S, Saturasi O2.
 Perhatikan tingkat efektifitas terapi yang telah didapatkan klien.
 Minimalkan penekanan pada area ekstremitas (kurangi penekanan
akibat pakaian, selimut).

b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penurunan


sirkulasi arteri dan oksigenisasi jaringan
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan gangguan
rasa nyaman nyeri dapat teratasi.

Kriteria hasil:

 Klien mengatakan nyeri berkurang/terkontrol.


 Ekspresi nyeri berkurang ataupun hilang.
 Skala nyeri 2-3
 Sianosis berkurang.
 RR 16-20 x/menit
 Frekuensi nadi 60-100 x/menit, nadi teraba kuat pada lokasi
kelainan.
Intervensi:

 Kaji skala, frekuensi, intensitas dan penyebab nyeri pada


ekstremitas.
 Kaji juga pola aktivitas yang masih dapat ditoleransi oleh klien, serta
mekanisme mengatasi nyeri yang dapat dilakukan klien secara
mandiri.
 Ajarkan/ingatkan klien teknik relaksasi nafas dalam dan pengalihan
fokus.
 Berikan posisi yang nyaman pada klien.
 Minimalkan penekanan pada area ekstremitas (kurangi penekanan
akibat pakaian, selimut).
 Monitor tanda-tanda vital, terutama nilai saturasi O2 dan frekuensi
nafas.
 Kolaborasi pemberian terapi analgesik, sesuai indikasi
 Minimalkan aktivitas khususnya pada daerah kelainan.

c. Gangguan pemenuhan kebutuhan dasar berhubungan dengan


kelemahan anggota gerak ekstremitas bawah.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan


dasar terpenuhi.

Kriteria hasil:

 Klien menunjukkan kemandirian dalam kebutuhan makan, minum


dan kebersihan diri.
 Klien tidak bergantung seluruhnya kepada perawat dalam
melakukan aktifitas.
 Klien menunjukkan kemandirian mobilitas.
 Klien mampu melakukan mobilitas fisik dengan bantuan minimal.
 Klien mampu melakukan mobilitas fisik di tempat tidur
Intervensi :

 Kaji tingkat aktivitas yang dapat di toleransi oleh klien.


 Motivasi klien untuk mobilisasi bertahap
 Monitor alat-alat yang dibutuhkan klien untukperawatan diri, makan,
berpakaian, toileting.
 Bantu klien sesuai kebutuhan
 Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan klien
 Kolaborasi dengan fisioterapy dalam latihan aktivitas.

d. Gangguan mobilitasi fisik berhubungan dengannyeri ekstremitas bawah

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan gangguan


mobilitas fisik dapat teratasi.

Kriteria hasil:

 Klien mampu melakukan aktivitas yang diinginkan secara bertahap.


 Klien dapat memenuhi perawatan diri sendiri.
 Klien mencapai peningkatan toleransi aktifitas yang dapat diukur,
dibuktikan oleh menurunnya kelemahan dan kelelahan.

Intervensi:

 Motivasi klienuntuk melakukan mobilisasi.


 Jelaskan akibat dari imobilisasi.
 Jelaskan manfaat latihan gerak aktif.
 Ajarkan untuk melakukan rentang gerak aktif pada anggota gerak
yang sehat.
 Evaluasi tingkat kemampuan klien dalam menggerakkan anggota
badannya yang sehat.
 Rubah posisi klien tiap 2 jam, dan libatkan kemampuan klien.
 Kolaborasi dengan fisioterapi dalam melakukan latihan gerak aktif/
pasif.

e. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit,


kondisi dan program pengobatan.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan cemas


dapat teratasi

Kriteria hasil:

 Ekspresi wajah rileks.


 Klien mengatakan cemas berkurang.
 Klien mengerti dan mengerti dan koperatif dalam pemberian therapi

Intervensi:

 Kaji tingkat kecemasan klien.


 Orientasikan dan informasikan tentang semua prosedur yang akan
dilakukan terhadap klien.
 Informasikan dan jelaskan tentang kondisi dan prognosis klien

5. Implementasi

Implementasi ialah tindakan pemberian asuhan keperawatan yang


dilaksanakan untuk membantu mencapai tujuan pada rencana
keperawatan yang telah disusun. Prinsip dalam memberikan tindakan
keperawatan menggunakan komunikasi terapetik serta penjelasan untuk
setiap tindakan yang diberikan kepada klien.Tindakan keperawatan yang
dilakukan dapat berupa tindakan keperawatan secara mandiri dan
kolaboratif. Dalam melakukan tindakan pada klien dengan Akut Limb
Iskemik (ALI) sesuai diagnosa yang ditegakkan dan rencana keperawatan
yang dibuat.
6. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan yang dapat


digunakan sebagai alat ukur keberhasilan suatu asuhan keperawatan
yang dibuat, sehingga perawat dapat mengevaluasi respon klien terhadap
implementasi yang diberikan dan dapat menentukan rencana tindakan
selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai