Anda di halaman 1dari 27

Acute Limb Ischemia

A. Definisi
Menurut Inter-Society (2007), Konsensus Pengelolaan Penyakit Arteri Peripheral
(TASC II), Acute Limb Ischemia (ALI) didefinisikan sebagai penurunan perfusi tiba-tiba
anggota tubuh yang menyebabkan ancaman potensial terhadap viabilitas ekstremitas
(dimanifestasikan dengan nyeri istirahat iskemik, ulkus iskemik, dan atau gangren) pada
pasien yang hadir dalam waktu dua minggu dari peristiwa akut. Pasien dengan
manifestasi yang sama yang hadir lebih dari dua minggu dianggap memiliki iskemia
tungkai kritis.

B. Etiologi dan Klasifikasi


Berikut ini adalah beberapa kemungkinan penyebab dari ALI:
1. Trombosis
Faktor predisposisi terjadi trombosis adalah dehidrasi, hipotensi, malignan,
polisitemia, ataupun status prototrombik inheritan, trauma vaskuler, injuri Iatrogenik,
trombosis pasca pemasangan bypass graft, trauma vaskuler. Gambaran klinis terjadinya
trombosis adalah riwayat nyeri hilang timbul sebelumnya, tidak ada sumber terjadinya
emboli dan menurunnya (tidak ada) nadi perifer pada tungkai bagian distal.
2. Emboli
Sekitar 80% emboli timbul dari atrium kiri, akibat atrial fibrilasi atau miokard infark.
Kasus lainnya yang juga berakibat timbulnya emboli adalah katup prostetik, vegetasi
katup akibat peradangan pada endokardium, paradoksikal emboli (pada kasus DVT) dan
atrial myxoma. Aneurisma aorta merupakan penyebab dari sekitar 10% keseluruhan
kasus yang ada, terjadi pada pembuluh darah yang sehat.

KLASIFIKASI
Ad hoc committee of the Society for Vascular Surgery and the North American
Chapter of the International Society for Cardiovasculer Surgery menciptakan suatu
klasifikasi untuk oklusi arterial akut. Dikenal tiga kelas yaitu :
Kelas I : Non-threatened extremity; revaskularisasi elektif dapat diperlukan atau tidak
diperlukan.
Kelas II : Threatened extremity; revaskularisasi diindikasikan untuk melindungi jaringan
dari kerusakan.
Kelas III : Iskemia telah berkembang menjadi infark dan penyelamatan ekstremitas tidak
memungkinkan lagi untuk dilakukan.
Berdasarkan Rutherfort klasifikasi akut limb Iskemik dapat dikategorikan sebagai berikut :
 Kelas I : perfusi jaringan masih cukup, walaupun terdapat penyempitan arteri, tidak ada
kehilangan sensasi motorik dan sensorik, masih dapat ditangani dengan obat-obatan
pada pemeriksaan doppler signal audible.
 Kelas IIa : perfusi jaringan tidak memadai pada aktifitas tertentu. Timbulklaudikasio
intermiten yaitu nyeri pada otot ekstremitas bawah ketika berjalan dan memaksakan
berhenti berjalan, nyeri hilang jika pasien istirahat dan sudah mulai ada kehilangan
sensorik. Harus dilakukan pemeriksaan angiografi segera untuk mengetahui lokasi
oklusi dan penyebab oklusi.
 Kelas IIb : perfusi jaringan tidak memadai, ada kelemahan otot ekstremitas dan
kehilangan sensasi pada ekstremitas. Harus dilakukan intervensi selanjutnya seperti
revaskularisasi atau embolektomi.
 Kelas III : telah terjadi iskemia berat yang mengakibatkan nekrosis, kerusakan syaraf
yang permanen, irreversible, kelemahan ekstremitas, kehilangan sensasi
sensorik,kelainan kulit atau gangguan penyembuhan lesi kulit. Intervensi tindakan yang
dilakukan yaitu amputasi.
Akut Limb Iskemik juga dapat diklasifikasikan berdasarkan terminologi:
1. Onset
a. Acute : kurang dari 14 hari
b. Acute on cronic : perburukan tanda dan gejala kurang dari 14 hari
c. Cronic iskemic stable : lebih dari 14 hari
Severity
3. Incomplit : tidak dapat ditangani
4. Complit : dapat ditangani
5. Irreversible : tidak dapat kembali ke kondisi normal
 Kategori Klinis Iskemik Tungkai dan Lengan Akut

Temuan Tanda Doppler


DESCKRIPSI/ HILANGNY
KATEGORI KELEMAHA
PROGNOSIS A ARTERI VENA
N OTOT
SENSORIS
I. Dapat Tidak memberikan
Tidak ada Tidak ada Terdengar Terdengar
bertahan ancaman dengan segera
II.
Menganca
m
 Secara Minimal (ibu (Sering)
Dapat tertolong jika
perlahan  jari) atau Tidak ada tidak Terdengar
ditangani segera
a. tidak ada terdengar
Melebihi ibu
(Biasanya)
 Segera  Dapat tertolong dengan jari, nyeri
Ringan, berat Tidak Terdengar
b. revskularisasi segera pada saat
terdengar
istirahat
Hilangnya sejumlah besar
III. Tidak Kelumpuhan 
jaringan atau kerusakan Anastesi Tidak Tidak
dapat yang berat
saraf yang tidak dapat yang dalam terdengar terdengar
diperbaiki  (kaku)
dihindari secara permanen
Modified from Rutherford RB, Baker JD, Ernst C, et al: Recommended standards for reports
dealing with lower extremity ischemia: Revised version. J Vasc Surg 26:517, 1997

C. Faktor Resiko
Rangkuti (2008) dan Al-Thani et al (2009) mengatakan bahwa beberapa faktor resiko
untuk penyakit arteri perofer dapat diklasifikasikan menjadi faktor resiko tradisional dan
faktor resiko non tradisional
1. Faktor resiko tradisional (Tidak dapat diubah)
a. Usia
b. Merokok
c. Diabetes Melitus
d. Hiperlipidemia
e. Hipertensi
2. Faktor resiko non tradisional (Dapat diubah)
a. Ras/etnis
b. Inflamasi
c. Gagal ginjal kronik
d. Genetik
e. Hiperkoagulasi

D. Manifestasi
Tanda dan Gejala dari kasus ALI adalah 6 P, yaitu:
1. Pain (nyeri) 
2. Parasthesia (tidak mampu merasakan sentuhan pada ekstremitas), 
3. Paralysis (kehilangan sensasi motorik pada ekstremitas),
4. Pallor (pucat),
5. Pulseless (menurunnya/tidak adanya denyut nadi),
6.Perishingly cold/Poikilothermia (dingin pada ekstremitas).

E. Patofisiologi

Pada awalnya tungkai tampak pucat (vena yang kosong), tetapi setelah 6-12 jam
akan terjadi vasodilatasi yang disebabkan oleh hipoksia dari otot polos vaskular. Kapiler
akan terisi kembali oleh darah teroksigenasi yang stagnan, yang memunculkan
penampakan mottled (yang masih hilang bila ditekan). Bila tindakan pemulihan aliran
darah arteri tidak dikerjakan, kapiler akan ruptur dan akan menampakkan kulit yang
kebiruan yang menunjukkan iskemia irreversibel. Nyeri terasa hebat dan seringkali
resisten terhadap analgetik. Adanya nyeri pada ekstremitas dan nyeri tekan dengan
penampakan sindrom kompartemen menunjukkan tanda nekrosis otot dan keadaan
kritikal (yang kadang kala irreversibel). Defisit neurologis motor sensorik seperti paralisis
otot dan parastesia mengindikasikan iskemia otot dan saraf yang masih berpotensi
untuk tindakan penyelamatan invasif (urgent). Tanda-tanda diatas sangat khas untuk
kejadian sumbatan arteri akut yang tanpa disertai kolateral. Bila oklusi akut terjadi pada
keadaan yang sebelumnya telah mengalami sumbatan kronik, maka tanda yang
dihasilkan biasanya lebih ringan oleh karena telah terbentuk kolateral. Adanya
gejala klaudikasio intermiten pada ekstremitas yang sama dapat menunjukkan pasien
telah mengalami oklusi kronik sebelumnya. Keadaan akut yang menyertai proses kronik
umumnya beretiologi trombosis.

F. Pemeriksaan diagnostic

1. Anamnesis
Anamnesis mempunyai 2 tujuan utama : menanyakan gejala yang muncul pada
ekstremitas yang berhubungan dengan keparahan dari iskemia anggota gerak dan
mengkaji informasi terdahulu, menyinggung etiologi, diagnosis banding, dan kehadiran
penyakit yang signifikan secara berbarengan. Pengkajian sebaiknya dilakukan pada
fase pra koroner, pembuluh darah serebral, dan pembuluh darah sambungan
(revaskularisasi). Pengkajian umum yang sebaiknya dilakukan yaitu mengenai
pengkajian riwayat yang jelas mengenai kemungkinan penyebab dari iskemik pada
tungkai, derajat iskemik, termasuk penjadwalan untuk bedah umum ataupun bedah
vascular bila kondisi memungkinkan.
2. Pemeriksaan fisik
Bandingkan dengan ekstremitas kanan dengan kiri (yang terkena efek ALI
dengan yang normal)
 Pulsasi
Apakah defisit pulsasi bersifat baru atau lama mungkin sulit ditentukan
pada pasien penyakit arteri perifer (PAD) tanpa suatu riwayat dari gejala
sebelumnya, pulsasi radialis, dorsalis pedis mungkin normal pada kasus mikro
embolisme yang mengarah pada disrupsi (penghancuran) plak aterosklerotik
atau emboli kolestrol.
 Lokasi
Tempat yang paling sering terjadinya oklusi emboli arterial adalah arteri
femoralis, namun juga dapat di temukan pada arteri aksila, poplitea iliaka dan
bifurkasio aorta.
 Warna dan temperatur
Harus dilakukan pemeriksaan terhadap abnormalitas warna dan
temperatur. Warna pucat dapat terlihat, khususnya pada keadaan awal, namun
dengan bertambahnya waktu, sianosis lebih sering ditemukan. Rasa yang dingin
khususnya ekstremitas sebelahnya tidak demikian, merupakan penemuan yang
penting.
 Kehilangan fungsi sensoris
Pasien dengan kehilangan sensasi sensoris biasanya mengeluh kebas
atau parestesia, namun tidak pada semua kasus. Perlu diketahui pada pasien
DM dapat mempunyai defisit sensoris sebelumnya dimana hal ini dapat
membuat kerancuan dalam membuat hasil pemeriksaan.
 Kehilangan fungsi motorik
Defisit motorik merupakan indikasi untuk tindakan yang lebih lanjut, limb-
thtreatening ischemia. Bagian ini berhubungan dengan fakta bahwa pergerakkan
pada ekstremitas lebih banyak dipengaruhi oleh otot proximal.

H. PEMERIKSAAN
Pemeriksaan yang diperlukan untuk mendiagnosis adanya iskemia akut tungkai adalah:
1. Faktor Risiko Kardiovaskular
 Perlu ditanyakan dan diketahui adanya kelainan-kelainan kardiovaskular. Sekitar
30% pasien dengan iskemia tungkai terbukti pernah mengalami riwayat angina
atau infark miokard.
 Pemeriksaan untuk mengetahui faktor resiko kardiovaskular adalah : riwayat
merokok, riwayat serangan jantung, tekanan darah, EKG, gula darah, kadar lipid
darah.
2. Pemeriksaan Tungkai
 Penampakan keseluruhan tungkai: adanya edema, keadaan rambut tungkai,
adanya kemerahan khususnya yang bersamaan dengan sianosis.
 Tes Buerger (pucat bila diangkat, kemerahan yang abnormal bila tergantung).
 Pemeriksaan pulsasi dengan palpasi (A. femoralis, poplitea, tibiabis anterior dan
posterior, dorsalis pedis), yang amat subjektif. Pemeriksaan pulsasi harus
dikonfirmasi dengan pemeriksaan hand-held Doppler.
3. Exercise challange
· Pemeriksaan exercise challange harus dilakukan terutama pada pasien yang
hanya mengeluhkan adanya klaudikasio intermiten tanpa gejala dan tanda lain. Pasien
diminta untuk berdiri di samping ranjang periksa dan melakukan jinjit berulang-ulang
selama satu menit. Selanjutnya sambil berbaring dilakukan pemeriksaan pulsasi. Bila
ditemukan adanya pulsasi yang menghilang atau tapping, atau bruit; dapat dipastikan
terdapat gangguan aliran darah. Tekanan darah yang berkurang lebih dari 20%
menunjukkan adanya kemungkinan
4. Ankle-Brachial Pressure Index
· Dilakukan pengukuran terhadap tekanan darah brakhialis dan arteri pedis dengan
menggunakan tensimeter dan hand-held Doppler. ABPI diperoleh dengan membagi
tekanan darah brakhialis dengan tekanan darah pedis. Angka ABPI normalnya 1,0-1,2;
angka dibawah 0,9 kecurigaan kelainan arteri, dan angka 0,8 merupakan batas bawah
range normal. ABPI kurang dari 0,3 menunjukkan adanya iskemia kritikal.
5. Waveform assesment
Pemeriksaan dengan menggunakan continuous-wave Doppler merupakan
pemeriksaan yang penting terutama bila dipasangkan dengan pemeriksaan tekanan
darah segmental oleh karena dapat memperkirakan dengan tepat area (segmen) yang
mengalami gangguan.
6. Duplex Imaging
Pemeriksaan color-flow duplex ultrasound memungkinkan visualisasi dan
pemeriksaan hemodinamik dari arteri menggunakan pencitraan grey scale, colour-flow
Doppler, dan pulse Doppler velocity profiles. Pencitraan grey-scale akan
menggambarkan anatomi arteri dan adanya plaque ekhogenik. Color-flow Doppler akan
menampilkan aliran darah yang berwarna dan Doppler velocity profiles akan menghitung
kecepatan aliran dalam bagian penampang arteri yang diperiksa.
7. Angiografi
Pemeriksaan angiografi merupakan pemeriksaan "gold standar" dalam kelainan
arteri perifer. Pada tahun 1990-an, diperkenalkan pengembangan dari angiografi
konvensional yaitu teknik digital subtraction angiography yang dapat "mengaburkan"
gambaran tulang sehingga citra arteri dan percabangannya menjadi lebih jelas dan
tajam.
Pemeriksaan angiografi adalah pemeriksaan invasif dan memerlukan izin pasien.
Saat ini di Indonesia pemeriksaan invasif ini dapat dikerjakan oleh radiologis,
kardiologis, atau bedah vaskular. Pemeriksaan angiografi memberikan resiko kepada
pasien dengan gagal ginjal oleh karena menggunakan zat kontras.
8. Computed Tomography Angiography
Dalam pemeriksaan ini gambar yang didapat dihasilkan melalui pemeriksaan CT-
scan. Penggunaan CT-scan konvensional untuk pencitraan angiografi tidak memuaskan
oleh karena dibutuhkan banyak potongan gambar yang membutuhkan waktu lama
sehingga pencitraan yang dihasilkan berkualitas buruk. Penemuan helical (or spiral) CT-
scan menghasilkan citra 3 dimensi dari pembuluh darah dan dapat memeriksa
keseluruhan panjang pembuluh dalam waktu yang singkat. Citra yang dihasilkan serupa
dengan angiografi biasa hanya dalam 3 dimensi, dan sebenarnya tidak bermakna klinis
yang lebih baik. Helical CT-scan khususnya berguna dalam pencitraan kelainan
pembuluh darah yang memiliki struktur kompleks seperti dalam kasus-kasus aneurisma
aorta. Helical CT-scan memiliki kerugian yang sama dengan pemeriksaan angiografi
biasa yaitu; berbahaya digunakan pada pasien dengan gagal ginjal. Zat kontras pada
CTA diberikan melalui intravena.

9. Magnetic Resonance Angiography


Citra angiography diperoleh melalui pemeriksaan MRI. Sama dengan CTA; zat
kontras diberikan secara intravena. MRA atau CTA dapat diindikasikan apabila pasien
tidak dapat mentolerir tusukan intra-arterial, misal karena kelainan bilateral atau kelainan
perdarahan. MRA dikontraindikasikan pada pasien dengan alat pacu jantung atau katup
prostesis metal.

G. Penatalaksanaan medis
a. Kecepatan adalah penanganan yang utama pada pasien dengan Acute Limb
Ischaemia, dalam 6 jam kondisi ini akan menuju kerusakan jaringan secara
menetap, kecuali bila segera direvaskularisasi
b. Akut Limb Iskemik yang disebabkan oleh emboli dilakukan pengobatan dengan
warparin atau embolektomi sedangkan yang disebabkan oleh trombus angiografi
dan dilakukan tindakan bypass atau pemberian obat-obatan seperti fibrinolitik.
c. Pasien dengan ALI umumnya dalam klinis yang tidak stabil. Perhatikan saat kritis,
saat yang tepat untuk melakukan prosedur CPR. Berikan oksigen 100%, pasang
akses intravena, berikan terapi cairan dalam dosis minimal (1 liter NaCl untuk 8 jam,
kecuali bila pasien dehidrasi, pemberian sebaiknya sedikit lebih cepat). Ambil
sampel laboratorium untuk pemeriksaan hitung jenis sel, ureum, kreatinin, elektrolit,
GDS (bila disertai dengan DM), enzim jantung, bekuan darah dan proses
pembekuan, dan penanganannya. Bila memungkinkan pemeriksaan trombofilia, dan
profil lipid juga dibutuhkan.
d. Lakukan foto thoraks dan rekam irama jantung. Dan jika ditemukan pasien dalam
kondisi aritmia, segera bantu dengan monitor fungsi kerja jantung. Lakukan
pemasangan kateter urin jika pasien dalam kondisi dehidrasi dan perlu untuk
dimonitor nilai keseimbangan cairannya. Kolabarasi pemberian opium untuk anastesi
jika keluhan nyeri hebat ada.
Terapi :
1.    Preoperative antikoagulan dengan IV heparin
2.    Resusitasi cairan, koreksi asidosis sistemik, inotropik support
3.    Terapi pembedahan diindikasikan untuk iskemia yang mengancam ekstremitas
4.    Thrombolektomi/embolektomi (dapat dilakukan dengan Fogarty baloon catheter,
dimana alat tersebut dimasukkan melewati sisi oklusi, dipompa, dan dicabut sehingga
membawa trombus/embolus bersamanya). Trombolektomi juga dapat dilakukan distal dari
sisi teroklusi, dimana hampir 1/3 penderita dengan oklusi arteri mempunyai oklusi di tempat
lain, kebanyakan trombus distal.
5. Melindungi vascular bed distal terhadap obstruksi proksimal merupakan hal yang sangat
penting dan dapat dipenuhi oleh antikoagulan sistemik yang diberikan segera dengan
heparin melalui intravena. Heparinisasi sistemik menawarkan suatu perlindungan dapat
melawan perkembangan trombosis distal dan biasanya tidak menyebabkan masalah yang
bermakna sepanjang prosedur operasi, beberapa keuntungan pheologic telah di klaim untuk
pemberian larutan hipertonik seperti manitol.
6. Potasium mungkin dilepaskan ketika integritas terganggu oleh iskemia. Keadaan yang
hiperkalemia seringkali menjadi respon terhadap pemberian terapi glukosa, insulin
dan cairan pengganti ion. Lactic academia dapat diterapi dengan pemberian sodium
bicarbonate secara bijaksana.
7. Terapi utama akut iskemia adalah pembedahan dalam bentuk embolektomi atau tindakan
rekonstruksi pembedahan vaskuler yang sesuai. Terapi non pembedahan pada iskemia
akut dari episode emboli atau trombolitik dapat dilakukan dengan streptokinase atau
urokinase.
8.   Terapi ALI merupakan suatu keadaan yang darurat untuk meminimalisasikan
penundaan dalam melepaskan oklusi merupakan hal yang penting, karena resiko
kehilangan anggota gerak meningkat sejalan dengan durasi iskemia akut yang lama. Pada
suatu penelitian angka amputasi ditemukan meningkat terhadap interval antara onset dari
akut limb iskemia dan eksplorasi (6 % dalam 12 jam, 12% dalam 13-24 jam, 20 %
setelah >24 jam). Hal inilah yang menyebabkan untuk mengeliminer segala pemeriksaan
yang tidak esensial terhadap kebutuhan intervensi.
9.   Preintervensi anti koagulan dengan kadar terapeutik heparin mengurangi tingkat
morbiditas dan mortalitas (bila dibandingkan dengan tidak menggunakan antikoagulan) dan
merupakan bagian dari keseluruhan strategi terapi pada pasien. Hal ini bukan hanya
membantu mencegah terbentuknya bekuan darah. Namun,pada kasus embolisme arterial
juga amitigasi melawan embolus lain

H. Asuhan Keperawatan

 KASUS :
Pasien  tn. AZ berusia 20 tahun, dirawat ruang perawatan jantung RS harpan kita. Pasien
mengeluh nyeri pada daerah paha kaki kanannnya sejak 2 hari yang lalu, pasien mengatan sulit
untuk berjalan atau ke kamar mandi karena sakit. Dari anamnesa, pasien sudah dirawat dengan
VSD lama dan direncanakan untuk operasi tetapi masih nunggu giliran. Pada pengkajian,
pulsasi arteri femoralis teraba sangat lemah dan ada sedikit benjolan pada area tersebut.
Perabaan pada dorsalis juga sangat lemah bahkan hampir tidak teraba dibandingkan kaki
sebelahnya. Kaki mulai pucat dan di dingin. Pemeriksaan duplex sonography fermolaris
menunjukan acut limb ischemic stadium 1.

Pengkajian :
Keluhan utama :
Pasien mengeluh nyeri pada daerah paha kaki kanannnya sejak 2 hari yang lalu, pasien
mengatan sulit untuk berjalan atau ke kamar mandi karena sakit.
Saat pengkajian :
Pada pengkajian, pulsasi arteri femoralis teraba sangat lemah dan ada sedikit benjolan pada
area tersebut. Perabaan pada dorsalis juga sangat lemah bahkan hampir tidak teraba
dibandingkan kaki sebelahnya. Kaki mulai pucat dan di dingin. Pemeriksaan duplex sonography
fermolaris menunjukan acut limb ischemic stadium 1.

Data Fokus
Data Subjektif Data Objektif
          Klien mengatakan nyeri pada daerah paha           Pasien sudah dirawat dengan VSD lama
kaki kanannya sejak 2 hari yang lalu dan direncanakan untuk operasi tetapi masih
          Klien mengatakan sulit untuk berjalan atau menunggu giliran
kekamar mandi karena sakitnya           Pulsasi arteri femolaris teraba sangat
lemah dan ada sedikit penonjolan pada area
Data tambahan : tersebut
          Perabaan pada dorsalis pedis sangat
lemah bahkan hampir tidak teraba disbanding
kaki sebelahnya
          Kaki mulai pucat dan dingin
          Pemeriksaan dopplex sonography
femolaris menunjukan acut limb ischemic
stadum 1

Data tambahan :
          Klien tampak kehilangan sensori motorik
pada ekstremitas
          Skala nyeri 7-9

Analisa Data
No. Data focus Masalah keperawatan Etiologi
1 Ds 1 : Ketidaknyamanan Penurunan sirkulasi
          Klien mengatakan nyeri pada daerah nyeri ( akut ) arteri
paha kaki kanannya sejak 2 hari yang
lalu

Do 1 :
          Terdapat sedikit penonjolan pada
area arteri pemoralis
          Pulsasi arteri pemolaris teraba
sangat lemah
          Skala nyeri hebat ( 7-9 )

2 Ds 2 : Ketidakefektifan Penurunan aliran


          Klien mengatakan nyeri pada daerah perfusi jaringan darah
paha kaki kanannya sejak 2 hari yang
lalu

Do 2 :
          Klien sudah dirawat dengan VSD
lama dan direncanakan untuk operasi
tetapi masih menunggu giliran
          Pulsasi arteri femolaris teraba sangat
lemah
          Perabaan pada dorsalis juga sangat
lemah bahkan hampir tidak teraba
disbanding sebelahnya
          Pemeriksaan duplex sonography
femolaris menunjukan acut limb ischemic
stadium 1

3 Ds 3 : Intoleran aktifitas Nyeri dan kelemahan


          Klien mengatakan sulit untuk berjalan umum
untuk kekamar mandi karena sakitnya
          Klien mengatakan nyeri pada paha
kanannya sejak 2 hari yang lalu

Do 3 :
          Kaki mulai pucat dan dingin
          Klien tampak kehilangan sensori
motorik pada ekstremitas

Diagnosa
No. Diagnosa Tanggal Tanggal teratasi Paraf
ditemukan
1 Ketidaknyamanan nyeri ( akut ) bd 12 april 2013 14 april 2013
penurunan sirkulasi arteri dd nyeri
pada daerah paha kanannya sejak 2
hari yang lalu

2 Ketidakefektifan perfusi jaringan bd 12 april 2013 14 april 2013


penurunan aliran darah dd Pulsasi
arteri femolaris teraba sangat lemah,
Perabaan pada dorsalis juga sangat
lemah bahkan hampir tidak teraba
disbanding sebelahnya

3 Intoleran aktifitas bd nyeri, kelemahan 12 april 2013 14 april 2013


umum dd klien sulit untuk berjalan
kekamar mandi kerana sakitnya

D.          Intervensi
No. No. Tujuan dan KH Intervensi Rasional Paraf
Dx
1 1 Tujuan : Mandiri : Mandiri :
Setelah dilakukan 1.      Pantau TTV 1.      Mengetahui
tindakan 2.      Kaji derajat perubahan kondisi
keperawatan 2 x 24 kitaknyamanan nyeri, klien
jam masalah nyeri catat perilaku 2.      Derajat nyeri secara
dapat teratasi melindungi ekstremitas langsung
palpasi kaki dengan berhubungan sdengan
Kh : hati-hati luasnya kekurangan
          Rasa nyeri 3.      Pertahankan tirah sirkulasi, proses
berkurang baring selama fase akut inflamsi, derajat
          Arteri femolaris4.      Tingkatkan hipoksia, dan edema
tidak lemah ekstremitas yang sakit luas sehubungan
          Tidak ada 5.      Dorong klien untuk dengan terbentuknya
penonjolan pada sering mengubah posisi thrombus
arteri femolaris 3.      Penurunan
Kolaborasi : ketidaknyamanan
1.      Berikan obat sesuai ehubungan dengan
indikasi ( analgesic ) traksi otot dan
2.      Lakukan kompres gerakan
panas pada ekstremitas 4.      Mendorong aliran
sesuai indikasi balik vena untuk
memudahkan
sirkulasi, menurunkan
sirkulasi pembentukan
statis/edema
5.      Mencegah
kelemahan otot,
membantu
meminimalkan
spasme otot

Kolaborasi :
1.      Analgesic untuk
mengurangi rasa nyeri
dan  menurunkan
tegangnya otot
2.      Penyebab
vasodilatasi yang
meningkatkan
sirkulasi, merilekskan
otot

2 2 Tujuan : Mandiri : Mandiri :


Setelah dilakukan 1.      Lihat ekstermitas 1.      Kemerahan, panas,
tindakan asuhan untuk warna kulit, nyeri dan edema local
keperawatan 2x24 perubahan suhu, juga adalah karakteristik
jam masalah edema ( dari lipat paha infiamasi surperfisial
kerusakan perfusi sampai telapak kaki ), pucat dan dingin pada
jaringan dapat catat simetrisitas betis, ekstermitas.
teratasi ukur dan catat lingkaran2.      Tindakan ini
betis, laporkan dilakukan untuk
Kh : kemajuan proksimal meningkatkan aliran
          TTV kembali proses infiamasi, balik vena dari
normal penyebaran nyeri ekstermitas yang lebih
          Warna kulit 2.      Lakukan latihan aktif rendah dan
tidak pucat dan pasif sementara di menurunkan stasis
          Menunjukan tempat tidur vena, juga
perbaikan perfusi 3.      Peningkatan klien memperbaiki tonus,
yang dibuktikan untuk menghindari oot umum atau
oleh adanya nadi penyilang kaki atau renggangan
perifer/ sama hiperfleksi lutut 3.      Pembatas fiik
          Tidak ada 4.      Anjurkan klien untuk terhadap sirkulasi
penonjolan menghindari pijatan mengganggu aliran
atau urut pada darah dan
ekstermitas yang sakit meningkatkan stasis
vena pada pelvis
Kolaborasi : 4.      Aktifitas ini
1.      Lakukan kompres berpotensial
hangat basah atau memecahkan atau
panas pada ekstermitas menyebarkan
yang sakit bila thrombus,
diindikasikan menyebabkan
embolisasi dan
meningkatkan resiko
komplikasi

Kolaborasi :
1.      Dapat diberikan
untuk meningkatkan
vasolidatasi dan aliran
balik vena dan
perbaikan edema
lokal
3 3 Tujuan : Mandiri : Mandiri :
Setelah dilakukan 1.      Monitor keterbatasan1.      Merencanakan
tidakan asuhan aktivitas, kelemahan intervensi  dengan
keperawatan saat aktivitas tepat
2x24jam masalah 2.      Bantu klien dalam 2.      Klien dapat memilih
intoleransi aktivitas melakukan aktivitas dan merencanakan
teratasi sendiri sendiri
KH: 3.      Catat TTV sebelum 3.      Mengkaji sejauh
          Klien bisa dan sesudah aktivitas mana pembedaan
berjalan seperti 4.      Lakukan istirahat yang peningkatkan selama
semula adekuat setelah latihan aktivitas
          Paha kiri klien dan aktivitas 4.      Membantu
tidak terasa nyeri 5.      Berikan pendidikan mengembalikan
kesehatan tentang : energy
 -perubahan gaya hidup5.      Meningkatkan
untuk menyimpan pengetahuan dalam
energy perawatan diri
-penggunaan alat abntu
pergerakan Kolaborasi :
1.      Meningkatkan kerja
Kolaborasi : sama tim dan
1.      Kolaborasi dengan perawatan holistic
dokter dan fisioterapi 2.      Metabolism
2.      Berikan dioet yang membutuhkan energy
adekuat dengan
kolaborasi ahli diet

IMPLEMENTASI
No. No. Implementasi Hasil Paraf
Dx
1 1 1.      Pantau TTV 1.      TD = 120 / 80 mmHg
2.      Kaji derajat kitaknyamanan nyeri, N = 60 – 100 X/menit
catat perilaku melindungi RR = 12-24 X/menit
ekstremitas palpasi kaki dengan S = 35-36 C
hati-hati 2.      Rasa nyeri hilang
3.      Pertahankan tirah baring selama3.      Klien dapat empertahankan
fase akut posisi tirah baring
4.      Dorong klien untuk sering 4.      Klien tidak merasa lemah
mengubah posisi

2 2 1.      Lihat ekstermitas untuk warna 1.      Edema hilang, klien sudah tidak


kulit, perubahan suhu, juga edema pucat
( dari lipat paha sampai telapak 2.      Klien dapat mengikuti
kaki ), catat simetrisitas betis, ukur pergerakan aktif dan pasif
dan catat lingkaran betis, laporkan3.      Aliran Sirkulasi darah klien
kemajuan proksimal proses lancar
infiamasi, penyebaran nyeri 4.      Tidak terjadi penyebaran
2.      Lakukan latihan aktif dan pasif komplikasi pada embolis
sementara di tempat tidur
3.      Meningkatan klien untuk
menghindari penyilang kaki atau
hiperfleksi lutut
4.      Anjurkan klien untuk menghindari
pijatan atau urut pada ekstermitas
yang sakit

3 3 1.      Monitor keterbatasan aktivitas, 1.      Klien tidak merasa lemah saat


kelemahan saat aktivitas beraktifitas
2.      Bantu klien dalam melakukan 2.      Klien dapat beraktifitas tanpa
aktivitas sendiri bantuan
3.      Catat TTV sebelum dan sesudah3.      TTV klien dapat terpantau
aktivitas 4.      Klien tidak merasa keletihan
4.      Lakukan istirahat yang adekuat setelah beraktifitas
setelah latihan dan aktivitas 5.      Klien dapat mengetahui tentang
5.      Berikan pendidikan kesehatan perubahan gaya hidup untuk
tentang : menyimpan energy
 -perubahan gaya hidup untuk
menyimpan energy
-penggunaan alat abntu
pergerakan

EVALUASI
No. Tanggal Diagnosa Evaluasi Paraf
1 Ketidaknyamanan nyeri ( akut ) S =
bd penurunan sirkulasi arteri dd           Klien mengatakan “ sudah
nyeri pada daerah paha tidak nyeri pada daerah paha
kanannya sejak 2 hari yang lalu kaki kanannya ”

O=
          penonjolan pada area arteri
pemoralissudah tidak ada
          tidak terdapat nyeri tekan
A = Masalah Teratasi
P  = Intervensi Dihentikan

2 Ketidakefektifan perfusi S=
jaringan bd penurunan aliran           Klien mengatakan “ sudah
darah dd Pulsasi arteri tidak nyeri pada daerah paha
femolaris teraba sangat lemah, kaki kanannya ”
Perabaan pada dorsalis juga O=
sangat lemah bahkan hampir           Pulsasi arteri
tidak teraba dibanding femolaris sudah teraba
sebelahnya A = Masalah Teratasi
P  = Intervensi Dihentikan

3 Intoleran aktifitas bd nyeri, S =


kelemahan umum dd klien sulit           Klien mengatakan“sudah
untuk berjalan kekamar mandi bisa berjalan
kerana sakitnya untuk beraktifitas”
O=
          Klien bisa beraktiftas tanpa
bantuan
A = Masalah Teratasi
P  = Intervensi Dihentikan
ANEMIA

A. Definisi
Anemia adalah suatu penurunan dari normal terhadap eritrosit, jumlah
haemoglobin dan hematokrit yang disebabkan oleh perdarahan, berkurangnya produksi
eritrosit atau peningkatan penghancuran sel darah merah. (Sharon Mantik Lewis, 2000).
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya jumlah sel darah merah dan
kadar Hb dan Ht di bawah normal. (Brunner & Suddarth, 2000).
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar haemoglobin atau jumlah eritrosit
lebih rendah dari keadaan normal yaitu bila Hb berkurang dari 14 g/dl dan hematokrit
kurang dari 41% pada pria atau Hb kurang dari 12 g/dl dan hematokrit kurang dari 37%
pada wanita. (Kapita Selekta Kedokteran, 2000, hal. 547).
Klasifikasi anemia :
1) Anemia mikrositik hipokrom
Adalah keadaan dimana kandungan besi tubuh total turun di bawah tingkat
normal (dewasa pria : 13,5-18 g/dl; wanita : 12-16 g/dl). Besi diperlukan untuk sintesa
hemoglobin).
2) Anemia makrositik
a. Anemia defisiensi Vit. B12 (pernisiosa)
Kekurangan vitamin B12 akibat gangguan absorpsi vitamin yang merupakan
penyakit herediter autoimun.
b. Anemia defisiensi asam folat
Penurunan absorpsi asam folat jarang ditemukan karena absorbsi terjadi di
saluran cerna.
c. Anemia karena perdarahan.
d. Anemia hemolitik
Terjadi penurunan usia sel darah merah (normal 120 hari) baik sementara
maupun terus-menerus).
e. Anemia aplastik.
Terjadi karena ketidaksanggupan sumsum tulang membentuk sel-sel darah.

B. Etiologi
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid, piridoksin,
vitamin C dan copper

Menurut Badan POM (2011), Penyebab anemia yaitu:


1. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12, asam
folat, vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan sel darah
merah.
2. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan
terkena anemia karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya banyak
dan dia tidak memiliki cukup persediaan zat besi.
3. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin menyerap zat
besi dan vitamin untuk pertumbuhannya.
4. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus di
saluran pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat menyebabkan
anemia.
5. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan
lambung (aspirin, anti infl amasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan masalah
dalam penyerapan zat besi dan vitamin (antasid, pil KB, antiarthritis, dll).
6. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini dapat
menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan vitamin B12.
7. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal, masalah
pada kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya dapat
menyebabkan anemia karena mempengaruhi proses pembentukan sel darah
merah.
8. Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang, malaria,
atau disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah.

C. Manifestasi
 Kulit (pucat, kuning, pruritus)
 Mata (ikterik, konjungtiva dan sklera, penglihatan kabur)
 Mulut (glositis, rasa tidak enak di mulut)
 Kardiovaskuler (takikardia, peningkatan tekanan darah, murmur sistolik,
intermittent claudication, nyeri, CHF, MCI)
 Paru-paru (tachypnea, orthopnea, dyspnea)
 Saraf (sakit kepala, pusing, penurunan aktivitas)
 Sistem pencernaan (anorexia, hepatomegali, splenomegali, gangguan menelan)
 Muskuloskeletal (nyeri pada tulang)]
 Umum (sensitif terhadap dingin, penurunan berat badan dan mudah mengantuk).

D. Patofisiologi
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (misalnya
berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi
tumor atau penyebab lain yang belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui
perdarahan atau hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam
system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini
adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah
merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma
(konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada
sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada
kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia).
Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat
untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam
glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi
biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2.
derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara
pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia
dan hemoglobinemia.
Anemia

viskositas darah menurun

resistensi aliran darah perifer

penurunan transport O2 ke jaringan

hipoksia, pucat, lemah

beban jantung meningkat

kerja jantung meningkat

payah jantung
E. Pemeriksaan diagnostic
1. Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih, kadar Fe,
pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12, hitung trombosit, waktu
perdarahan, waktu protrombin, dan waktu tromboplastin parsial.
2. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity serum
3. Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis serta
sumber kehilangan darah kronis.

F. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang
hilang:
1. Anemia aplastik:
Transplantasi sumsum tulang
Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
2. Anemia pada penyakit ginjal
Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat
Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan untuk
aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi
sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.
4. Anemia pada defisiensi besi
Dicari penyebab defisiensi besi
Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat ferosus.
5. Anemia megaloblastik
Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi
disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan
vitamin B12 dengan injeksi IM.
Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan selama
hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat
dikoreksi.
Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat
1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.
G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1.1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Ø Adanya kelelahan, sakit kepala, adanya keluhan kedinginan.
Ø Riwayat perdarahan, misalnya ulcus, haemoroid, penyakit ginjal, penyakit hati, Ca,
infeksi kronis, adanya angina.
Ø Adanya riwayat pengobatan.
Ø Riwayat terkena zat kimia, seperti radiasi.
Ø Kaji riwayat keturunan seperti anemia thalasemia.
1.2. Pola nutrisi metabolik
Ø Penurunan BB.
Ø Kurang nafsu makan.
Ø Mual muntah.
Ø Adanya gangguan dalam mulut, tidak selera makan.
Ø Kelainan rasa pengecapan.
1.3. Pola eliminasi
Ø Adanya konstipasi dan diare.
Ø Adanya kembung, peningkatan peristaltik usus.
Ø Penurunan pengeluaran urine.
Ø Adanya perdarahan di feses dan urine.
1.4. Pola aktivitas dan latihan
Ø Adanya kelelahan dan toleransi beraktifitas.
Ø Kelemahan, kelelahan, malaise.
Ø Penurunan latihan.
Ø Kebutuhan istirahat dan tidur bertambah.
1.5. Pola persepsi kognitif
Ø Adanya sakit kepala, pusing.
Ø Ada rasa baal di tangan dan kaki.
Ø Operasi besar seperti splenectomi, pengangkatan prostat.
Ø Nyeri dada dan tulang.
Ø Adanya gangguan penglihatan dan pendengaran.
Ø Gatal-gatal.
Ø Hipersensitif terhadap dingin.
1.6. Pola reproduksi dan seksualitas
Ø Adanya penurunan libido.
Ø Perubahan siklus menstruasi menorhagia, amenorhoe.
Ø Impoten.
Ø Metrokhagia.
Ø Perdarahan pada sebelum dan sesudah partus.

2. Diagnosa Keperawatan
2.1. Hypoxemia b.d kekurangan oksigen dalam sel darah merah.
2.2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d anorexia.
2.3. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d hypoxemia jaringan, bed rest,
imobilisasi.
2.4. Ketidakmampuan merawat diri b.d kelemahan dan kelelahan karena penurunan
oksigen dalam darah.
2.5. Perubahan pola eliminasi : konstipasi atau diare b.d perubahan intake dan
perubahan dalam digestif efek samping obat.
2.6. Risiko tinggi infeksi b.d pertahanan sekunder yang tidak adekuat seperti
penurunan Hb, leucopeni.

3. Perencanaan
3.1. Hypoxemia b.d kekurangan oksigen dalam sel darah merah.
Hasil yang diharapkan :
· Oksigen dalam sel darah merah terpenuhi.
· Tidak terjadi cyanosis.
Rencana Tindakan :
· Berikan posisi semifowler.
R/ Meningkatkan ekspansi paru.
· Monitor dan catat tanda hypoxemia seperti kelemahan, kelelahan, dam confusi.
R/ Mengetahui lebih dini tanda hypoxemia dan menolong memberi intervensselanjutnya.
· Kaji konjungtiva dan tanda-tanda cyanosis.
R/ Untuk mengetahui tanda-tanda kekurangan oksigen.
· Kaji pernapasan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas.
R/ Kemungkinan timbulnya dispnea dan tachipnea.
· Berikan oksigen sesuai program medik.
R/ Meningkatkan suplai oksigen karena hipoksia.
· Monitor AGD.
R/ Penurunan pH dan tanda hipoksemia.
· Monitor Hb.
R/ Menentukan kapasitas anemia.
· Ajarkan teknik relaksasi dan napas efektif.
R/ Mengurangi dispnea.
3.2. Kekurangan nutrisi b.d anoreksia tidak nafsu makan.
Hasil yang diharapkan :
· Pasien mampu menghabiskan makanan 1 porsi.
· Tidak terjadi penurunan berat badan.
· Tidak terjadi dehidrasi.
Rencana Tindakan :
· Jaga higiene mulut sesudah dan sebelum makan.
R/ Memberi rasa nyaman dan meningkatkan nafsu makan.
· Observasi kelainan di lidah, mulut dan oesofagus.
R/ Stomatitis dan glositis dan kemungkinan terjadi anemia.
· Beri diit lunak pada kelainan mulut.
R/ Untuk mencegah iritasi lebih lanjut.
· Beri vitamin dan mineral sesuai pesan dokter.
R/ Untuk meningkatkan absorbsi dan metabolisme.
· Ajarkan pasien tentang diet dan hubungan diet dan hubungan dengan penyakitnya.
R/ Meningkatkan kooperatif pasien untuk menaati diet.
· Catat porsi makan yang dihabiskan.
R/ Memberi masukan dan jumlah kalori.
· Timbang berat badan tiap hari.
R/ Perubahan berat badan membantu perubahan nutrisi.

3.3. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d hypoxemia jaringan, bedrest,
imobilisasi.
Hasil yang diharapkan :
· Kerusakan integritas kulit tidak terjadi.
Rencana Tindakan :
· Kaji kulit pasien terhadap adanya kemerahan dan indurasi.

R/ Penekanan pada daerah tertentu akan menghambat sirkulasi dan hypoxemia


jaringan.
· Kaji kebersihan kulit.
R/ Mencegah infeksi.
· Berikan posisi selang seling tiap 2 jam.
R/ Memperlancar sirkulasi darah dan mencegah penekanan.
· Ajarkan latihan ROM
R/ Merangsang sirkulasi.
3.4. Ketidakmampuan merawat diri b.d kelemahan, kelelahan karena penurunan
oksigen di dalam darah.
Hasil yang diharapkan :
· Pasien dapat memenuhi kebutuhan nutrisi.
· Kelelahan, kelemahan tidak terjadi lagi.
Rencana Tindakan :
· Kaji kemampuan pasien untuk melakukan aktifitas harian tanpa ada keluhan,
kelemahan, fatigue, kesulitan beraktifitas.
R/ Intervensi selanjutnya.
· Dekatkan kebutuhan pasien seperti air, tissue, bel.
R/ Mengurangi kebutuhan pasien sesuai tingkat kemampuan pasien.
· Anjurkan pasien untuk mobilisasi secara bertahap.
R/ Membantu mempercepat pasien kooperatif.
· Ubah posisi pasien secara bertahap dan monitor dizziness.
R/ Indikasi dari hipotensi postural atau hipoksia serebral dapat menyebabkan
nausea/muntah, resiko perlukaan.
3.5. Perubahan pola eliminasi : konstipasi/diare b.d penurunan intake, perubahan
dalam digestif efek samping obat.
Hasil yang diharapkan :
· Pola eliminasi normal.
· Konstipasi tidak terjadi.
Rencana Tindakan :
· Observasi feses, konsistensi, frekuensi dan jumlah.
R/ Mengidentifikasi penyebab atau faktor yang menunjang intervensi selanjutnya.
· Auskultasi bising usus.
R/ Bising usus meningkat pada diare dan menurun pada konstipasi.
· Monitor dan laporkan intake output per oral.
R/ Dapat menunjukkan dehidrasi, kehilangan cairan berlebihan atau tambahan dalam
mengidentifikasi defisiensi.
· Konsultasi dengan ahli diet untuk pemberian diet seimbang tinggi serat.
R/ Makanan tinggi serat mempertahankan enzim pencernaan dan penyerapan cairan.

3.6. Resiko tinggi b.d pertahanan sekunder yang tidak adekuat seperti Hb, leukopeni.
Hasil yang diharapkan :
Infeksi tidak terjadi.
Rencana Tindakan :
Kembangkan cara mencuci tangan yang benar dalam memberikan perawatan kepada
pasien.
R/ Mencegah infeksi silang.
· Pertahankan tehnik aseptik sesuai dengan prosedur atau pengobatan luka.
R/ Mengurangi resiko infeksi bakterial.
· Berikan perawatan kulit, mulut dan perianal secara teliti dan cermat.
R/ Mengurangi resiko kerusakan integritas kulit atau jaringan dan infeksi.
· Monitor temperatur atau suhu, catat bila ada kedinginan, takikardia.
R/ Akibat dari infeksi yang membutuhkan tindakan.
4. Perencanaan Pulang
Perencanaan pulang pada pasien yang anemia adalah :
4.1. Pemeliharaan nutrisi yang adekuat yaitu mengkonsumsi makanan bergizi seperti
mengandung asam folat dan vitamin B12 contoh : sayur-sayuran berwarna hijau;
bayam, tempe, hati, ginjal, atau suplemen tambahan dan lain sebagainya.
4.2. Istirahat dan toleransi terhadap aktivitas.
4.3. Mencegah adanya komplikasi dengan segera minta bantuan kesehatan terdekat.
DAFTAR PUSTAKA

IA- Khaffaf, Haytam and Sharon Dorgan. 2005. Vascular Disease : A Handbook For
Nurses Cambridge University Press, Cambridge.

Doengoes, Marilyn E. etc 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC, Jakarta

Wahlberg E, etc 2007. Emergency Vascular Surgery : a Pratical Guid. Springer-Verlag,


Berlin

Woods, Susan L. ,etc 2000 Cardiac Nursing Fourth edition. Lippincott, Philadelpia.

R10041/9434.html. MD Consuld : Peripheral Artery Disease : Comprehensive version :


Patient Education.

Anthony, Catherine Parker (1976). Structure of Function of the Body. (Fifth edition).
USA. CV. Mosby Company.

Brunner and Suddarth’s (2000). Text book of Medical Surgical Nursing. (Ninth edition).
USA. Lippincott Williams and Wilkins.

Doengoes, M.E (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. (Edisi ketiga). Jakarta: EGC.

Lewis, S.M. et.al (2000). Medical Surgical Nursing : Assessment and Management of
Clinical Problems. (Fifth edition). USA. Mosby inc.

Mansjoer, A. et. al (1999). Kapita Selekta Kedokteran. (Edisi ketiga). Jakarta. Media
Aesculapius.

Anda mungkin juga menyukai