Anda di halaman 1dari 16

ANATOMI PEMBULUH DARAH EKSTREMITAS BAWAH

Keterangan :
Arteri iliaca/femoralis komunis
Arteri femoralis profunda
Arteri femoralis superfisial
Arteri poplitea
Arteri tibialis anterior
Arteri tibilais posterior
Arteri peroneal

Gambar anatomi arteri ekstremitas bawah


Keterangan :
Arteri tibialis anterior
Arteri dorsalis pedis
Arteri lateralis pedis
Arteri perforating
Arteri dorsalis metatarsal

1. Arteri tibilais posterior

2. Arteri plantaris medialis

3. Arteri plantaris lateralis

4. Arcus plantar

5. Arteri perforating

6. Arteri plantaris metatarsalis

Pembuluh darah yang memperdarahi ekstremitas bawah dimulai dari bifurcatio


aorta abdominalis ke arah caudal yang akan bercabang menjadi 2, yaitu arteri
femoralis komunis kanan dan kiri. Pada arteri femoralis proksimal setinggi hip
joint, arteri femoralis komunis akan bercabang menjadi arteri femoralis profunda
yang memperdarahi area tungkai atas dan arteri femoralis superfisialis yang
berjalan kearah distal menjadi arteri poplitea setinggi sendi lutut.

Pada distal arteri poplitea akan bercabang menjadi: arteri tibialis anterior, arteri
tibialis posterior dan arteri peroneal yang memperdarahi tungkai bawah. Arteri
tibialis anterior akan bercabang menjadi : arteri dorsalis pedis, arteri lateralis tarsal,
arteri dorsalis metatarsal dan perforating arteri.

Cabang-cabang arteri tibialis anterior ini yang memperdarahi area dorsum pedis di
daerah ankle joint, sedangkan arteri tibialis posterior akan bercabang menjadi :
arteri plantaris medialis, arteri plantaris lateralis, arcus plantar, cabang-cabang
superfisial, arteri plantaris metatarsal dan arteri perforating yang memperdarahi
area plantar pedis.
Perawat Jantung
Media mengenal lebih dekat kesehatan jantung dan pembuluh darah
Wednesday, May 2, 2012

Acute Limb Ischemia

A. PENGERTIAN

Menurut Inter-Society (2007), Konsensus Pengelolaan Penyakit Arteri Peripheral (TASC


II), Acute Limb Ischemia (ALI) didefinisikan sebagai penurunan perfusi tiba-tiba anggota tubuh
yang menyebabkan ancaman potensial terhadap viabilitas ekstremitas (dimanifestasikan dengan
nyeri istirahat iskemik, ulkus iskemik, dan atau gangren) pada pasien yang hadir dalam waktu dua
minggu dari peristiwa akut. Pasien dengan manifestasi yang sama yang hadir lebih dari dua
minggu dianggap memiliki iskemia tungkai kritis.

Menurut IA- Khaffaf (2005), Acute Limb Ischemia merupakan suatu kondisi dimana
terjadi penurunan aliran darah ke ekstremitas secara tiba-tiba yang menyebabkan gangguan pada
kemampuan pergerakkan, rasa nyeri atau tanda-tanda iskemik berat dalam jangka waktu dua
minggu dan umumnya iskemia akut tungkai disebabkan oleh proses oklusi akut atau adanya
aterosklerosis.

Oklusi akut dari suatu arteri pada ekstremitas dimana merupakan penurunan secara tiba-
tiba atau perburukan perfusi anggota gerak yang menyebabkan ancaman potensial terhadap
viabilitas ekstremitas. Sebagai hasil dari iskemia akut adalah terjadinya hipoksia jaringan yang
menyebabkan perubahan ireversibel pada otot skelet dan saraf perifer. Perubahan ireversibel
pada otot dan saraf terjadi biasanya setelah empat hingga enam jam setelah iskemia akut.

Adanya gangguan iskemia biasanya diawali oleh gejala klaudikasio intermiten, yang
merupakan tanda adanya oklusi. Apabila proses aterosklerosis berjalan terus maka iskemia akan
makin hebat dan akan timbul tanda/gejala dari iskemia kritikal. Pasien dengan iskemia akut
tungkai biasanya juga memiliki resiko lain yang disebabkan oleh proses aterosklerosis seperti
stroke, miokard infark, atau kelainan kardiovaskular lainnya.
Acute Limb Ischemia (ALI) merupakan salah satu klasifikasi dari Peripheral Artery
Disease(PAD), penyakit arteri perifer yang setiap tahun jumlahnya semakin meningkat. Semakin
banyaknya masyarakat yang mengetahui tanda dan gejala ALI, semakin berkurang masyarakat
yang kehilangan ekstremitas akibat amputasi yang merupakan tindakan akhir dari kategori
terparah dari gangguan arteri ini.

B. ETIOLOGI

Berikut ini adalah beberapa kemungkinan penyebab dari ALI:

1. Trombosis

Faktor predisposisi terjadi trombosis adalah dehidrasi, hipotensi, malignan, polisitemia,


ataupun status prototrombik inheritan, trauma vaskuler, injuri Iatrogenik, trombosis pasca
pemasanganbypass graft, trauma vaskuler. Gambaran klinis terjadinya trombosis adalah
riwayat nyeri hilang timbul sebelumnya, tidak ada sumber terjadinya emboli dan
menurunnya (tidak ada) nadi perifer pada tungkai bagian distal.

2. Emboli

Sekitar 80% emboli timbul dari atrium kiri, akibat atrial fibrilasi atau miokard infark. Kasus
lainnya yang juga berakibat timbulnya emboli adalah katup prostetik, vegetasi katup akibat
peradangan pada endokardium, paradoksikal emboli (pada kasus DVT) dan atrial myxoma.
Aneurisma aorta merupakan penyebab dari sekitar 10% keseluruhan kasus yang ada, terjadi
pada pembuluh darah yang sehat.

C. FAKTOR RESIKO

Rangkuti (2008) dan Al-Thani et al (2009)mengatakan bahwa beberapa faktor resiko untuk
penyakit arteri perofer dapat diklasifikasikan menjadi faktor resiko tradisional dan faktor
resiko non tradisional

1. Faktor resiko tradisional (Tidak dapat diubah)

a. Usia

b. Merokok
c. Diabetes Melitus

d. Hiperlipidemia

e. Hipertensi

2. Faktor resiko non tradisional (Dapat diubah)

a. Ras/etnis

b. Inflamasi

c. Gagal ginjal kronik

d. Genetik

e. Hiperkoagulasi

D. KLASIFIKASI ALI

Ad hoc committee of the Society for Vascular Surgery and the North American Chapter of
the International Society for Cardiovasculer Surgery menciptakan suatu klasifikasi untuk oklusi
arterial akut. Dikenal tiga kelas yaitu :

Kelas I : Non-threatened extremity; revaskularisasi elektif dapat diperlukan atau tidak


diperlukan.

Kelas II : Threatened extremity; revaskularisasi diindikasikan untuk melindungi jaringan dari


kerusakan.

Kelas III : Iskemia telah berkembang menjadi infark dan penyelamatan ekstremitas tidak
memungkinkan lagi untuk dilakukan.

Berdasarkan Rutherfort klasifikasi akut limb Iskemik dapat dikategorikan sebagai berikut :

Kelas I : perfusi jaringan masih cukup, walaupun terdapat penyempitan arteri, tidak ada
kehilangan sensasi motorik dan sensorik, masih dapat ditangani dengan obat-obatan pada
pemeriksaan doppler signal audible.

Kelas IIa : perfusi jaringan tidak memadai pada aktifitas tertentu. Timbul klaudikasio
intermiten yaitu nyeri pada otot ekstremitas bawah ketika berjalan dan memaksakan
berhenti berjalan, nyeri hilang jika pasien istirahat dan sudah mulai ada kehilangan
sensorik. Harus dilakukan pemeriksaan angiografi segera untuk mengetahui lokasi oklusi
dan penyebab oklusi.
Kelas IIb : perfusi jaringan tidak memadai, ada kelemahan otot ekstremitas dan kehilangan
sensasi pada ekstremitas. Harus dilakukan intervensi selanjutnya seperti revaskularisasi
atau embolektomi.

Kelas III : telah terjadi iskemia berat yang mengakibatkan nekrosis, kerusakan syaraf yang
permanen, irreversible, kelemahan ekstremitas, kehilangan sensasi sensorik,kelainan kulit
atau gangguan penyembuhan lesi kulit. Intervensi tindakan yang dilakukan yaitu amputasi.

Akut Limb Iskemik juga dapat diklasifikasikan berdasarkan terminologi:

1. Onset

o Acute : kurang dari 14 hari

o Acute on cronic : perburukan tanda dan gejala kurang dari 14 hari

o Cronic iskemic stable : lebih dari 14 hari

2. Severity

o Incomplit : tidak dapat ditangani

o Complit : dapat ditangani

o Irreversible : tidak dapat kembali ke kondisi normal

o Kategori Klinis Iskemik Tungkai dan Lengan Akut

Temuan Tanda Doppler

KATEGORI DESCKRIPSI/PROGNOSIS
HILANGNYA KELEMAHAN
ARTERI VENA
SENSORIS OTOT

Tidak memberikan ancaman


I. Dapat bertahan Tidak ada Tidak ada Terdengar Terdengar
dengan segera

II. Mengancam

Minimal
(Sering)
Dapat tertolong jika ditangani (ibu jari)
a. Secara perlahan Tidak ada tidak Terdengar
segera atau tidak
terdengar
ada

Melebihi (Biasanya)
Dapat tertolong dengan
b. Segera ibu jari, Ringan, berat Tidak Terdengar
revskularisasi segera
nyeri pada terdengar
Temuan Tanda Doppler

KATEGORI DESCKRIPSI/PROGNOSIS
HILANGNYA KELEMAHAN
ARTERI VENA
SENSORIS OTOT

saat
istirahat

Hilangnya sejumlah besar jaringan


III. Tidak dapat Anastesi Kelumpuhan yang Tidak Tidak
atau kerusakan saraf yang tidak
diperbaiki yang dalam berat (kaku) terdengar terdengar
dapat dihindari secara permanen

Modified from Rutherford RB, Baker JD, Ernst C, et al: Recommended standards for reports dealing with lower
extremity ischemia: Revised version. J Vasc Surg 26:517, 1997.

E. MANIFESTASI KLINIK

Tanda dan Gejala dari kasus ALI adalah 6 P, yaitu:

1. Pain (nyeri)
2. Parasthesia (tidak mampu merasakan sentuhan pada ekstremitas),
3. Paralysis (kehilangan sensasi motorik pada ekstremitas),
4. Pallor (pucat),
5. Pulseless (menurunnya/tidak adanya denyut nadi),
6.Perishingly cold/Poikilothermia (dingin pada ekstremitas).

F. PATOGENESIS

Pada awalnya tungkai tampak pucat (vena yang kosong), tetapi setelah 6-12 jam akan
terjadi vasodilatasi yang disebabkan oleh hipoksia dari otot polos vaskular. Kapiler akan terisi
kembali oleh darah teroksigenasi yang stagnan, yang memunculkan penampakanmottled (yang
masih hilang bila ditekan). Bila tindakan pemulihan aliran darah arteri tidak dikerjakan, kapiler
akan ruptur dan akan menampakkan kulit yang kebiruan yang menunjukkan iskemia irreversibel.
Nyeri terasa hebat dan seringkali resisten terhadap analgetik. Adanya nyeri pada ekstremitas dan
nyeri tekan dengan penampakan sindrom kompartemen menunjukkan tanda nekrosis otot dan
keadaan kritikal (yang kadang kala irreversibel). Defisit neurologis motor sensorik seperti paralisis
otot dan parastesia mengindikasikan iskemia otot dan saraf yang masih berpotensi untuk
tindakan penyelamatan invasif (urgent). Tanda-tanda diatas sangat khas untuk kejadian
sumbatan arteri akut yang tanpa disertai kolateral. Bila oklusi akut terjadi pada keadaan yang
sebelumnya telah mengalami sumbatan kronik, maka tanda yang dihasilkan biasanya lebih ringan
oleh karena telah terbentuk kolateral. Adanya gejala klaudikasio intermitenpada ekstremitas
yang sama dapat menunjukkan pasien telah mengalami oklusi kronik sebelumnya. Keadaan akut
yang menyertai proses kronik umumnya beretiologi trombosis.

G. DIAGNOSIS

1. Anamnesis

Anamnesis mempunyai 2 tujuan utama : menanyakan gejala yang muncul pada ekstremitas
yang berhubungan dengan keparahan dari iskemia anggota gerak dan mengkaji informasi
terdahulu, menyinggung etiologi, diagnosis banding, dan kehadiran penyakit yang signifikan
secara berbarengan. Pengkajian sebaiknya dilakukan pada fase pra koroner, pembuluh darah
serebral, dan pembuluh darah sambungan (revaskularisasi). Pengkajian umum yang sebaiknya
dilakukan yaitu mengenai pengkajian riwayat yang jelas mengenai kemungkinan penyebab
dari iskemik pada tungkai, derajat iskemik, termasuk penjadwalan untuk bedah umum
ataupun bedah vascular bila kondisi memungkinkan.

2. Pemeriksaan fisik

Bandingkan dengan ekstremitas kanan dengan kiri (yang terkena efek ALI dengan yang
normal)

 Pulsasi

Apakah defisit pulsasi bersifat baru atau lama mungkin sulit ditentukan pada pasien
penyakit arteri perifer (PAD) tanpa suatu riwayat dari gejala sebelumnya, pulsasi radialis,
dorsalis pedis mungkin normal pada kasus mikro embolisme yang mengarah pada disrupsi
(penghancuran) plak aterosklerotik atau emboli kolestrol.

 Lokasi

Tempat yang paling sering terjadinya oklusi emboli arterial adalah arteri femoralis, namun
juga dapat di temukan pada arteri aksila, poplitea iliaka dan bifurkasio aorta.

 Warna dan temperatur

Harus dilakukan pemeriksaan terhadap abnormalitas warna dan temperatur. Warna pucat
dapat terlihat, khususnya pada keadaan awal, namun dengan bertambahnya waktu,
sianosis lebih sering ditemukan. Rasa yang dingin khususnya ekstremitas sebelahnya tidak
demikian, merupakan penemuan yang penting.
 Kehilangan fungsi sensoris

Pasien dengan kehilangan sensasi sensoris biasanya mengeluh kebas atau parestesia,
namun tidak pada semua kasus. Perlu diketahui pada pasien DM dapat mempunyai defisit
sensoris sebelumnya dimana hal ini dapat membuat kerancuan dalam membuat hasil
pemeriksaan.

 Kehilangan fungsi motorik

Defisit motorik merupakan indikasi untuk tindakan yang lebih lanjut, limb-thtreatening
ischemia. Bagian ini berhubungan dengan fakta bahwa pergerakkan pada ekstremitas lebih
banyak dipengaruhi oleh otot proximal.

H. PEMERIKSAAN

Pemeriksaan yang diperlukan untuk mendiagnosis adanya iskemia akut tungkai adalah:

1. Faktor Risiko Kardiovaskular

 Perlu ditanyakan dan diketahui adanya kelainan-kelainan kardiovaskular. Sekitar 30%


pasien dengan iskemia tungkai terbukti pernah mengalami riwayat angina atau infark
miokard.

 Pemeriksaan untuk mengetahui faktor resiko kardiovaskular adalah : riwayat merokok,


riwayat serangan jantung, tekanan darah, EKG, gula darah, kadar lipid darah.

2. Pemeriksaan Tungkai

 Penampakan keseluruhan tungkai: adanya edema, keadaan rambut tungkai, adanya


kemerahan khususnya yang bersamaan dengan sianosis.

 Tes Buerger (pucat bila diangkat, kemerahan yang abnormal bila tergantung).

 Pemeriksaan pulsasi dengan palpasi (A. femoralis, poplitea, tibiabis anterior dan posterior,
dorsalis pedis), yang amat subjektif. Pemeriksaan pulsasi harus dikonfirmasi dengan
pemeriksaan hand-held Doppler.

3. Exercise challange

 Pemeriksaan exercise challange harus dilakukan terutama pada pasien yang hanya
mengeluhkan adanya klaudikasio intermiten tanpa gejala dan tanda lain. Pasien diminta
untuk berdiri di samping ranjang periksa dan melakukan jinjit berulang-ulang selama satu
menit. Selanjutnya sambil berbaring dilakukan pemeriksaan pulsasi. Bila ditemukan
adanya pulsasi yang menghilang atautapping, atau bruit; dapat dipastikan terdapat
gangguan aliran darah. Tekanan darah yang berkurang lebih dari 20% menunjukkan
adanya kemungkinan
4. Ankle-Brachial Pressure Index

 Dilakukan pengukuran terhadap tekanan darah brakhialis dan arteri pedis dengan
menggunakan tensimeter dan hand-held Doppler. ABPI diperoleh dengan membagi
tekanan darah brakhialis dengan tekanan darah pedis. Angka ABPI normalnya 1,0-1,2;
angka dibawah 0,9 kecurigaan kelainan arteri, dan angka 0,8 merupakan batas bawah
range normal. ABPI kurang dari 0,3 menunjukkan adanya iskemia kritikal.

5. Waveform assesment

Pemeriksaan dengan menggunakan continuous-wave Doppler merupakan


pemeriksaan yang penting terutama bila dipasangkan dengan pemeriksaan tekanan
darah segmental oleh karena dapat memperkirakan dengan tepat area (segmen) yang
mengalami gangguan.

6. Duplex Imaging

Pemeriksaan color-flow duplex ultrasoundmemungkinkan visualisasi dan


pemeriksaan hemodinamik dari arteri menggunakan pencitraan grey scale, colour-
flow Doppler, dan pulse Doppler velocity profiles. Pencitraan grey-scale akan
menggambarkan anatomi arteri dan adanya plaque ekhogenik. Color-flow
Doppler akan menampilkan aliran darah yang berwarna dan Doppler velocity
profiles akan menghitung kecepatan aliran dalam bagian penampang arteri yang
diperiksa.

7. Angiografi

Pemeriksaan angiografi merupakan pemeriksaan "gold standar" dalam kelainan arteri


perifer. Pada tahun 1990-an, diperkenalkan pengembangan dari angiografi konvensional yaitu
teknik digital subtraction angiography yang dapat "mengaburkan" gambaran tulang sehingga
citra arteri dan percabangannya menjadi lebih jelas dan tajam.

Pemeriksaan angiografi adalah pemeriksaan invasif dan memerlukan izin pasien. Saat
ini di Indonesia pemeriksaan invasif ini dapat dikerjakan oleh radiologis, kardiologis, atau
bedah vaskular. Pemeriksaan angiografi memberikan resiko kepada pasien dengan gagal ginjal
oleh karena menggunakan zat kontras.

8. Computed Tomography Angiography

Dalam pemeriksaan ini gambar yang didapat dihasilkan melalui pemeriksaan CT-scan.
Penggunaan CT-scan konvensional untuk pencitraan angiografi tidak memuaskan oleh
karena dibutuhkan banyak potongan gambar yang membutuhkan waktu lama
sehingga pencitraan yang dihasilkan berkualitas buruk. Penemuan helical (or spiral)
CT-scan menghasilkan citra 3 dimensi dari pembuluh darah dan dapat memeriksa
keseluruhan panjang pembuluh dalam waktu yang singkat. Citra yang dihasilkan
serupa dengan angiografi biasa hanya dalam 3 dimensi, dan sebenarnya tidak
bermakna klinis yang lebih baik. Helical CT-scan khususnya berguna dalam
pencitraan kelainan pembuluh darah yang memiliki struktur kompleks seperti dalam
kasus-kasus aneurisma aorta. Helical CT-scan memiliki kerugian yang sama dengan
pemeriksaan angiografi biasa yaitu; berbahaya digunakan pada pasien dengan gagal
ginjal. Zat kontras pada CTA diberikan melalui intravena.

9. Magnetic Resonance Angiography

Citra angiography diperoleh melalui pemeriksaan MRI. Sama dengan CTA; zat kontras
diberikan secara intravena. MRA atau CTA dapat diindikasikan apabila pasien tidak
dapat mentolerir tusukan intra-arterial, misal karena kelainan bilateral atau
kelainan perdarahan. MRA dikontraindikasikan pada pasien dengan alat pacu jantung
atau katup prostesis metal.

I. PENATALAKSANAAN

a) Kecepatan adalah penanganan yang utama pada pasien dengan Acute Limb Ischaemia,
dalam 6 jam kondisi ini akan menuju kerusakan jaringan secara menetap, kecuali bila segera
direvaskularisasi

b) Akut Limb Iskemik yang disebabkan oleh emboli dilakukan pengobatan dengan warparin
atau embolektomi sedangkan yang disebabkan oleh trombus angiografi dan dilakukan
tindakan bypass atau pemberian obat-obatan seperti fibrinolitik.

c) Pasien dengan ALI umumnya dalam klinis yang tidak stabil. Perhatikan saat kritis, saat yang
tepat untuk melakukan prosedur CPR. Berikan oksigen 100%, pasang akses intravena,
berikan terapi cairan dalam dosis minimal (1 liter NaCl untuk 8 jam, kecuali bila pasien
dehidrasi, pemberian sebaiknya sedikit lebih cepat). Ambil sampel laboratorium untuk
pemeriksaan hitung jenis sel, ureum, kreatinin, elektrolit, GDS (bila disertai dengan DM),
enzim jantung, bekuan darah dan proses pembekuan, dan penanganannya. Bila
memungkinkan pemeriksaan trombofilia, dan profil lipid juga dibutuhkan.

d) Lakukan foto thoraks dan rekam irama jantung. Dan jika ditemukan pasien dalam kondisi
aritmia, segera bantu dengan monitor fungsi kerja jantung. Lakukan pemasangan kateter
urin jika pasien dalam kondisi dehidrasi dan perlu untuk dimonitor nilai keseimbangan
cairannya. Kolabarasi pemberian opium untuk anastesi jika keluhan nyeri hebat ada.

Terapi :

1. Preoperative antikoagulan dengan IV heparin


2. Resusitasi cairan, koreksi asidosis sistemik, inotropik support

3. Terapi pembedahan diindikasikan untuk iskemia yang mengancam ekstremitas

4. Thrombolektomi/embolektomi (dapat dilakukan dengan Fogarty baloon catheter,


dimana alat tersebut dimasukkan melewati sisi oklusi, dipompa, dan dicabut sehingga
membawa trombus/embolus bersamanya). Trombolektomi juga dapat dilakukan distal
dari sisi teroklusi, dimana hampir 1/3 penderita dengan oklusi arteri mempunyai oklusi di
tempat lain, kebanyakan trombus distal.

5. Melindungi vascular bed distal terhadap obstruksi proksimal merupakan hal yang sangat
penting dan dapat dipenuhi oleh antikoagulan sistemik yang diberikan segera dengan
heparin melalui intravena. Heparinisasi sistemik menawarkan suatu perlindungan dapat
melawan perkembangan trombosis distal dan biasanya tidak menyebabkan masalah yang
bermakna sepanjang prosedur operasi, beberapa keuntunganpheologic telah di klaim
untuk pemberian larutan hipertonik seperti manitol.

6. Potasium mungkin dilepaskan ketika integritas terganggu oleh iskemia. Keadaan yang
hiperkalemia seringkali menjadi respon terhadap pemberian terapi glukosa, insulin
dan cairan pengganti ion. Lactic academia dapat diterapi dengan pemberian sodium
bicarbonate secara bijaksana.

7. Terapi utama akut iskemia adalah pembedahan dalam bentuk embolektomi atau tindakan
rekonstruksi pembedahan vaskuler yang sesuai. Terapi non pembedahan pada iskemia
akut dari episode emboli atau trombolitik dapat dilakukan dengan streptokinase atau
urokinase.

8. Terapi ALI merupakan suatu keadaan yang darurat untuk meminimalisasikan penundaan
dalam melepaskan oklusi merupakan hal yang penting, karena resiko kehilangan anggota
gerak meningkat sejalan dengan durasi iskemia akut yang lama. Pada suatu penelitian
angka amputasi ditemukan meningkat terhadap interval antara onset dari akut limb
iskemia dan eksplorasi (6 % dalam 12 jam, 12% dalam 13-24 jam, 20 % setelah >24 jam).
Hal inilah yang menyebabkan untuk mengeliminer segala pemeriksaan yang tidak
esensial terhadap kebutuhan intervensi.

9. Preintervensi anti koagulan dengan kadar terapeutik heparin mengurangi tingkat


morbiditas dan mortalitas (bila dibandingkan dengan tidak menggunakan antikoagulan)
dan merupakan bagian dari keseluruhan strategi terapi pada pasien. Hal ini bukan hanya
membantu mencegah terbentuknya bekuan darah. Namun,pada kasus embolisme
arterial juga amitigasi melawan embolus lain
J. KOMPLIKASI

1. Hiperkalemia

2. Sindrom kompartemen (nyeri saat flexi/extensi, kelemahan otot, tidak mampu respon
terhadap stimulasi sentuhan, pucat, nadi lemah/tidak teraba). Pembengkakan jaringan dalam
kaitannya dengan reperfusi menyebabkan peningkatan pada tekanan intra compartment
tekanan, penurunan aliran kapiler, iskemia, dan kematian jaringan otot (pada >30 mmHg).
Penanganannya adalah dengandilakukannya fasciotomy.
Terapitrombolitik,akan menurunkan risiko compartmentsyndrome dengan reperfusi anggota
geraksecara berangsur-angsur
CTA sebagai salah satu yang menguntungkan dari scaning volume. Pada bahasan ini merinci
dari teknik yang dibutuhkan pada CTA termasuk persiapan pasien. Parameter aquisisi,
administrasi media contras.
DEFINISI
Keuntungan yang signifikan dari spiral/ kelikal CT aquisisi data adalah aplikasi untuk
gambar 3D dari struktur pembuluh darah dengan IV injeksi dari kontras media aplikasi ini.
CT angiography didefinisikan sebagai beragam gambar CT dari pembuluh darah yang telah
diputihkan oleh media kontras (Kalender,1995). selama aquisisi data spiral/ kelical seluruh
area yang menarik dapat di scan selama injeksi dari kontras. Gambar dapat diambil ketika
pembuluh darah penuh untuk mendemonstrasikan pulsa arteri/vena melalui aquisisi data
dari keduanya (arteri & vena). CTA telah digunakan sukses untuk nomor dari pemeriksaan
investigasi anatomi pembuluh darah , masalah dan penyakit pd tertentu, teknik CT telah
dipercaya berguna pada gambaran system syaraf , abdomen dan aorta torax, peredaran
darah ginjal dan mengevaluasi system peredaran dari abdominal viscera (Fishman dan
Jeffrey,1998).
CTA dasarnya adalah penggambaran 3D untuk menampilkan gambar peredaran melalui
intravena administrasi dari contras berbeda dari intravena convensional angiography.
Keuntungan dari CTA adalah itu mempunyai special resolusi yang kecil (Rawlungs,1995).
YANG DIBUTUHKAN
Paling tidak 4 langkah utama yang crasial untuk membawa pemeriksaan CTA tindakan
layanan yang hati-hati dari langkah ini akan mengoptimalisasi pemerisaan dan
menghasilkan qualitas gambar yang baik yang akan membuat dari radiologi membuat
keputusan yang akurat langkah ini termasuk sebagai berikut :
- persiapan pasien
- parameter aquisisi
- media kontras administrasi
PERSIAPAN PASIEN
Pemeriksaan CTA yang sukses tergantung pada persiapan hati-hati dari pasien sebelum
pemeriksaan. Pemeriksaan yang dibutuhkan radiografer dan dokter radiologi bekerja
bersama untuk mendapatkan informasi yang tepat dari pasien dan untuk meyakinkan
bahwa pasien mengerti prosedur teknik tahan nafas. Nomor dari skema persiapan pasien
didiskripsikan oleh beberapa investigator untuk cakupan luas dari aplikasi CTA (fishman
dan Jeffrey,1998) Smith dan Fishman 98 mendiskripsikan skema.
Proses 3D CTA, riwayat pasien harus ditambahkan untuk identifikasi pasien dengan riwayat
alergi, disfungsi ginjal, sakit jantung dan astma. Premedikasi steroid harus dilihat dari
pasien dengan riwayat alergi iodine/ reaksi sebelumnya untuk mengiodinasi contras agent.
Pasien dengan riwayat gagal ginjal seharusnya dievaluasi dengan level creatine dan level
urea nitrogen dalam darah sebelumnya dilakukan pemeriksaan. Air (750 ml) digunakan
sebagai kontras negative sebelum pemeriksaan, contrast agent positiv tidak ditambahkan
karena dapat menimbulkan artefak dan intertef dengan evaluasi dari 3D CTA. Pasien
diinstruksikan untuk tahan nafas dan praktekan dengan pasien sebelum pemeriksaan itu
akan membantu suksesnya pemeriksaan dari gerakan. Hyperventilation dilakukan
secepatnya sebelum pasien tidak kuat menahan nafas. Pindahkan dan amankan dari 20
gauge pada area antecubital untuk amankan dilakukan fokus IV contrast agent.
PARAMETER AQUISISI
Pada umumnya, pemeriksaan rutin CTA prosedur dilakukan pemeriksaan CTA pemeriksaan
rutin menyediakan beberapa peristiwa dari cakupan anatomy untuk discan. Salah satu
jarak scan/ cakupan scan R(mm) telah dibedakan, nomor dari parameter harus hati-hati
memilih untuk optimalisasi kualitas gambar 3D dan akurasi dari pemeriksaan CTA.
Parameter ini termasuk waktu scan, TSE.
Perbandingan keuntungan CTA dan Angiografi Konvensional.
Angiografi Konvensional
1.system biplane dapat meminta paling tidak 2 sudut dari pemberian struktur
pembuluh darah per contrast injeksi ketika dibutuhkan, melihat alternatif dan
pemeriksaan dari struktur tambahan dibutuhkan kembali ditambahkan eksposisi dan
media kontras.
2.Penusukan dibuat, pasien harus sembuh dari prosedur dengan perawatan tertutup dan
bedrest minimal 6-8 jam. Waktu recovery secara significant untuk biaya dari
pemeriksaan.
3.Complikasi serius dari angiography dapat termasuk reaksi dari media contrast, dan
trombolic complikasi dari arterisasi dapat menjadi stroke, arteri pecah,
pseudoaneurisma, perdarahan arteri, menggunakan cerebral angiography sebagai
contohnya untuk komplikasi neurologic dapat menjadi serangan stroke sebesar 4%
dan resiko dari perkembangan permanen kekurangan syaraf dari tidak dapat stroke
kira-kira 1%.
CT ANGIOGRAPHY
1.CTA membutuhkan seluruh volume dari data 3D menggunakan sekali injeksi dari MK.
Itu dapat direkonstruksikan untuk iodine/ x-ray exposure minimal observasi
prosedur.
2.Melalui media kontras sama perihal injeksi intravena secara signifikan mengurangi
resiko komplikasi trombolic
3.CTA adalah pemeriksaan 3D. struktur dibawah mungkin dihilangkan oleh post
procesing.
4.CTA adalah modalitas gambar krosektional yang menampilkan jaringan diskriminasi
secara baik, seperti mempunyai alat untuk depiting trombosit mural, kalsifikasi,
dan dimensi mural sesungguhnya
Tabel kecepatan dapat dikalkulasikan dengan perhitungan 18.1 atau 18.2 (kalender 1995)
d = R/T 18.1
d = S x P/T 18.2
keterangan : S = slice kolimasi
P = picth
T = scan time (s) per 360 derajat rotasi.
Kolimasi mempengaruhi spacial resolusi (z-axis) atau longitudinal resolusi. Kolimasi dari
1mm menggunakan nilai MA rendah dari CT konventional. Perlu diingat trade of diantara
noice dan resolusi kontras. Kolimasi 3mm biasanya digunakan pada CTA abdomen untuk
melihat siliaka, mecenterika superior dan arteri ginjal ( Jefrey, 1998).
Pitch adalah rasio dari jarak meja per 360 derajat perotasi untuk jarak kolimasi.
Penambahan pitch dapat menambah volume cakupan tetapi mengurangi spacial resolusi.
Pada kasus ini ( kusz dan fisman 1998) menebak bahwa pitch dari 2 menyediakan cakupan
area dari animasi (smith dan fisman 1998) juga mempengaruhi kualitas dari pemeriksaan
adalah pemilihan dari nilai KVP dan MA dan interval rekonstruksi gambar. Pemilihan dari
KvP dan mA pada pemeriksaan CTA biasanya ditentukan dari ukuran tubuh pasien dan level
dari noise pada gambar. Untuk maintain sinyal rasio yang baik, kVp dan mA harus
dibenarkan ( Kaleder, 1995) memberikan point bahwa walaupun kVp digunakan, nilai mA
dipilih berdasarkan dari ukuran tubuh pasien yang akan diperiksa. Noise juga efek dari
nilai mA (Kalender, 1995) juga mencatat bahwa tidak penting menambah nilai mA untuk
pemeriksaan CTA spiral dibadingkan dengan pemeriksaan spiral standart dari bagian tubuh
yang sama.
Interval rekonstruksi gambar menunjukan celah diantara pusat dari slice. Rekonstruksi
interval sangat penting ksarena peraturan dari kualitas gambar 3D CTA.
ADMINISTRASI MEDIA KONTRAS
Penggambaran dari media kontras ketika pada pembuluh darah selama pemeriksaan
merupakan langkah yang kritikal pada akuisisi gambar. Teknik injeksi kontras diambil
dalam konsiderasi volume dari kontras yang dibutuhkan untuk opaciti bagian dari
pembuluh darah. Rata-rata penyuntikan media kontras dan waktu diantara pemasukan dari
CT scan spiral. Perhitungan kalkulasi waktu kontras untuk lain pasien adalah penting pada
CTA untuk menyakinkan bahwa gambar direkam ketika Flow in kontras adalah optimal
pada pembuluh darah.
Perubahan pada CT number pada gambar yang ditampilkan real time dimonitor dengan
monitoring scan. Ketika kontras mencapai set value, monitor scan berhenti dan scan
utama (helical) dimulai secara otomatis untuk menyediakan gambar ketika kontras flow
pada pembuluh darah optimal detail merupakan langkah esensial untuk operasikan
SureStart.
Diposkan oleh R Catur Budi Santoso,S.ST

Anda mungkin juga menyukai