Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Magnetik resonansi Imaging adalah suatu teknik penggambaran

penampang tubuh berdasarkan prinsip resonansi magnetik inti atom hydrogen.

Teknik penggambaran MRI relatif komplek, karena gambaran yang dihasilkan

tergantung pada banyak parameter. Modalitas MRI tersebut memiliki

kemampuan membuat gambaran potongan koronal, sagital maupun aksial tanpa

banyak memanipulasi tubuh pasien. Bila pemilihan parameternya tepat kualitas

detail tubuh manusia akan tampak jelas. Untuk itu perlu dipahami hal-hal yang

berkaitan dengan prosedur teknik pemeriksaan MRI. MRI sensitif untuk

mendeteksi beberapa kelainan pada jaringan lunak seperti otak, sumsum tulang

belakang serta muskuloskeletal, MRI mampu memberi gambaran detail

anatomi dengan lebih jelas, mampu melakukan pemeriksaan difusi, perfusi dan

spektroskopi, dan MRI tidak menggunakan radiasi pengion (Media Litbang

Kesehatan Vol. XIV no. 3, 2004).

Hingga saat ini MRI masih dianggap sebagai modalitas imejing yang

paling baik bila dibandingkan dengan modalitas canggih lainnya, karena

mampu mencitrakan jaringan dengan tingkat kedetilan yang tinggi. Namun

karena pemeriksaannya membutuhkan waktu yang relatif lama, hal ini menjadi

kendala terbesar terutama bagi modalitas MRI.


MRI dapat memberikan gambaran potongan axial, coronal, dan sagital

pada setiap organ yang diperiksa. Seperti pemeriksaan otak, vertebrae,

abdomen, sistem bilier dan organ-organ lainnya.

Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewaradi pemeriksaan Magnetic

Resonance Imaging (MRI) Brain berfungsi untuk menampakkan kelainan-

kelainan pada daerah otak,salah satunya adalah epilepsi.

Epilepsi menurut World Health Organization (WHO) merupakan

gangguan kronik otak yang menunjukkan gejala berupa serangan yang berulang

- ulang yang terjadi akibat adanya ketidaknormalan kerja sementara, sebagian,

dan seluruh jaringan otak karena cetusan listrik pada neuron (sel syaraf).

Epilepsi ini merupakan gangguan neurologis yang paling sering diderita oleh

anak dan menjadi beban terbesar bagi anak (Novriska, 2013) . Dan Epilepsi

merupakan salah satu penyebab terbanyak morbiditas di bidang saraf anak,

yang berdampak terhadap tumbuh-kembang anak. Insidens epilepsi pada anak

dilaporkan dari berbagai negara dengan variasi yang luas, sekitar 4-6 per 1000

anak, tergantung pada desain penelitian dan kelompok umur populasi.Di

Indonesia terdapat paling sedikit 700.000-1.400.000 kasus epilepsi dengan

pertambahan sebesar 70.000 kasus baru setiap tahun dan diperkirakan 40%-

50% terjadi pada anak-anak. (Sari Pediatri, Vol. 13, No. 2, Agustus 2011) .

Laporan WHO tahun 2012 memperkirakan bahwa sedikitnya ada 70

juta penderita epilepsi dan 80% diantaranya tinggal di negara berkembang


(Brodie et al., 2012 ; WHO, 2012). Sekitar 10,5 juta anak di seluruh dunia

diperkirakan merupakan penderita epilepsi.

Pemeriksaan pencitraan (neuroimaging) untuk melihat adanya fokus

epilepsi dan kelainan struktural otak lainnya yang mungkin menjadi penyebab

epilepsi yang paling terpilih adalah magnetic resonance imaging (MRI). (Sari

Pediatri, Vol. 13, No. 2, Agustus 2011)

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis ingin mengkaji lebih dalam

dan mengangkatnya dalam laporan kasus dengan judul Teknik Pemeriksaan

MRI Brain kontras pada kasus epilepsi anak di Instalasi Radiologi RSUD

Dr. Moewardi

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana persiapan pasien pemeriksaan MRI Brain kontras pada kasus

epilepsi anak di RSUD Dr. Moewardi?

2. Bagaimana teknik pemeriksaan MRI Brain kontras pada kasus epilepsi anak

di RSUD Dr. Moewardi?


1.3 TUJUAN

1. Mengetahui persiapan pasien pemeriksaan MRI Brain kontras pada kasus

epilepsi anak di RSUD Dr. Moewardi.

2. Mengetahui teknik pemeriksaan MRI Brain kontras pada kasus epilepsi anak

di RSUD Dr. Moewardi.

1.4 MANFAAT

1. Memberikan informasi kepada pembaca mengenai persiapan pasien

pemeriksaan MRI Brain kontras pada kasus epilepsi anak di RSUD Dr.

Moewardi.

2. Memberikan pengetahuan bagi penulis mengenai teknik pemeriksaan MRI

Brain kontras pada kasus epilepsi anak di RSUD Dr. Moewardi?

Anda mungkin juga menyukai