Pada saat RF off, maka NMV akan kembali searah dengan Bo dan terjadi relaksasi. Pada saat yang
bersamaan magnitude transverse magnetisation akan berkurang (terjadi FID-free induction decay).
FID ini terjadi sebagai akibat inhomogenitas suatu medan magnet statis dan spin dephase. FID akan
mempengaruhi T2 dan spin dephase akan mempengaruhi TE. Proses FID sangat cepat, sehingga sangat
sulit ditangkap sinyalnya (pada decay dan spin dephasing – akan sulit untuk mengukur sinyalnya karena
proses dephasing itu begitu cepat).
Agar bisa sinyal bisa dicatat maka diberikan RF pulse sebesar 180 0 (TE hanya dapat diukur pada sinyal
yang maksimal. Hal ini bisa dilakukan dengan memberikan pulsa RF 180 0 agar sinyal yang melemah bisa
terbalik (menguat/maksimal)).
Pada saat proses diphase, ada 2 peristiwa yang terjadi, yaitu T2 dan T2*. Di mana T2* terjadi akibat adanya
spin dephase dan spin-spin interaction. Sedangkan T2 terjadi akibat adanya spin-spin interaction. Efek
T2* akan membuat kualitas citra gambar menjadi kurang baik. Untuk mengatasi hal ini maka dapat
digunakan spin echo.
Spin echo adalah urutan RF pulsa 900, OFF, RF pulsa 1800. RF pulsa berfungsi untuk refocusing dengan
tujuan :
SPIN ECHO
Keterangan :
1. Basic sequence : Spin Echo : urutan 90-180-echo (secara lengkap 90-phase encode-180-frekunsi encode)
2. 2 parameters
1. TR mengontrol T1 weighting
2. Short TR(250 - 700 ms) memaksimalkan T1 weighting
3. Long TR ( 2000 + ms) memaksimalkan PD weighting
4. TE mengontrol T2 weighting
5. Short TE (< 10 - 25 ms) meminimalkan T2 weighting
6. Long TE ( 80 – 120 ms) memaksimalkan T2 weighting
7. Amplitude echo lebih kecil dari 90 FID, karena adanya irreversible loss of phase coherence karena T2.
8. Daerah dengan T2 pendek mempunyai sinyal yang lemah, sehingga tampak gelap pada image
9. Daerah dengan T2 panjang mempunyai sinyal yang kuat, sehingga tampak terang pada gambar.
Contoh Image timing dalam Spin Echo
Penggunaan spin echo
a. Hampir semua pemeriksaan klinik dapat dilakukan dengan spin echo
b. T1 weighting memberikan gambaran anatomis organ
c. T2 weghting memberikan gambaran pathologis karena adanya cairan (odema/haemorhage) dalam
jaringan
d. PD memberikan gambran berdasar jumlah hidrogen proton dalam jaringan.
Gambaran T1 dan T2
GRADIENT ECHO
T2* decay
o Terjadi antara dephasing dan rephasing gradien
o rephasing yang tifak lengkap akan membalik signal
o signal yang lemah lebih besar pada TEs panjang.
o decay akan membangkitkan/menghasilkan image contrast
o T2* decay selalu lebih cepat dari pada T2 decay
o gradient echo imaging tidak dapat mengcover kembali signal losses dari ;
1. magnetic field inhomogeneity
2. magnetic susceptibility
3. water-fat incoherence
Water/Fat Dephasing
o MR signal is a composite of fat and water in the imaging voxel
o water and fat resonate at slightly different frequencies
o cyclic variation in relative phase of fat and water resonance results in signal variations dependent on TE
times
In-Phase / Opposed-Phase
TE Times (msec)
Steady state free precession
o Menghasilkan gambar true T2
o Bermanfaat untuk brain dan sendi
Echo planar imaging (EPI)
o Acquire multiple gradient echoes per excitation --- single shot tehnique
o Memerlukan gradient khusus –slew rate 4 x lebih tinggi dari konvesional gradient
Banyak digunakan utk DWI, Perfusion dan fungsional MRI.
INVERSION RECOVERY
Inversion recovery (IR) merupakan variasi sequence dari SE sequence dengan basic sequence 180 – 90
– 180 - 180. IR memberikan gambaran dengan dengan T1 weighting yang lebih gelap.Waktu yang
diperlukan dari aplikasi 180 ke 90 dikenal dengan TI (time inversion) atau TAU.
Kontras gambar tergantung pada panjang pendeknya TI.
Jika dilakukan aplikasi RF 90 maka NMV akan berada pada bidang transversal, shg kontras pada gambar
tergantung pada longitudinal recovery spt pd SE. Hasil akhir IR adalah pembobotan T1, dengan kontras
antara fat dan air yg sangat baik.
Jika RF pulse 90 tidak diaplikasikan hingga NMV mencapai recovery penuh, maka akan dihasilkan gambar
PD (tergantung hidrogen proton), karena lemak dan air sudah recovery penuh semua.
Setelah aplikasi RF pulse 90, kemudian refocusing dengan RF pulse 180, yang akan menghasilkan spin
echo. TR adalah waktu antara aplikasi inverting pulse 180. TR biasanya dipilih 3 x TI agar diperoleh SNR
yang baik
Penggunaan IR
o Untuk menampakkan anatomi dengan heavily T1 daripada SE.
o Dikombinasi dengan FSE untuk mempersingkat waktu.
o Ada dua macam IR yakni:
1. STIR = short tau inversion recovery
2. FLAIR = fluid acquisition inversion recovery.
STIR (Short Tau Inversion Recovery)
Adalah rangkaian pulsa inverse yang menggunakan T1 yang berhubungan dengan waktu pengambilan
lemak untuk kembali dari inverse penuh kebidang tranversal, sehingga tidak terdapat magnetisasi
longitudinal yang berhubungan dengan lemak. Rangkaian ini juga dapat digunakan berhubungan Fast Spin
Echo.
Basic sequence :180-90-180 , fat nulled.
Fat gelap pada T1 ( fat biasanya terang pada T1). Umumnya digunakan pada musculoskeletal, orbita, liver,
tumor pd tulang.
Bila media kontras dimasukkan, jarang dilihat dengan STIR walaupun STIR juga untuk melihat T1, karena
kontras akan memperpendek T1 times, yang tissue akan kelihatan terang. Bila kemudian digunakan STIR
maka bagian tersebut akan lebih pendek T1 timesnya sehingga T1time hampir sama dengan fat, dan akan
di null kan dengan STIR. Artinya kontras tidak ada gunanya
PARAMETER STIR
o SHORT TI = 150 -175 ms
o SHORT TE = 10-30 ms
o Long TR = 2000 ms +
o Rata-rata Scan time = 5-15 menit
Bila dengan FSE, maka 180 – 90 – echo train 180. Maka waktunya akan lebih singkat.
FLAIR (Fluid Attenuated Inversion Recovery)
Adalah jenis lain dari rangkaian inversi. Sinyal dari CSF dihilangkan dengan memilih sebuah T1yang
berhubungan dengan kembalinya CSF dari 1800 ke bidang tranversal dan tidak ada magnitisasi longitudinal
yang tampak dari CSF.
Basic sequence : 180-90-180, fluid nulled.
Menggunakan long TI, untuk bisa null kan air. Karena air null maka, Fluid akan tampak gelap pada T2
(biasanya terang pada T2 SE). MS plaque pd brain dan spinal cord - tervisualisas