Anda di halaman 1dari 21

2.

6 Pengertian Magnetic Resonance Imaging

Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah suatu alat diagnostik


mutakhir untuk memeriksa dan mendeteksi tubuh dengan menggunakan
medan magnet yang besar dan gelombang frekuensi radio yang
menghasilkan rekaman gambar potongan penampang tubuh / organ
manusia dengan menggunakan medan magnet berkekuatan antara 0,064
1,5 tesla (1 tesla = 1000 Gauss) dan resonansi getaran terhadap inti atom
hidrogen. MRI Merupakan metode rutin yang dipakai dalam diagnosis
medis karena hasilnya yang sangat akurat.
Teknik penggambaran MRI relatif komplek karena gambaran
yang dihasilkan tergantung pada banyak parameter. Bila pemilihan
parameter tersebut tepat, kualitas gambar MRI dapat memberikan
gambaran detail tubuh manusia dengan perbedaan yang kontras, sehingga
anatomi dan patologi jaringan tubuh dapat dievaluasi secara teliti.
Untuk menghasilkan gambaran MRI dengan kualitas yang optimal
sebagai alat diagnostik, maka harus memperhitungkan hal-hal yang
berkaitan dengan teknik penggambaran MRI, antara lain Persiapan pasien
serta teknik pemeriksaan pasien yang baik, Kontras yang sesuai dengan
tujuan pemeriksaanya. Dengan beberapa faktor kelebihan yang
dimilikinya, terutama kemampuannya membuat potongan koronal,
sagital, aksial dan oblik tanpa banyak memanipulasi posisi tubuh pasien
sehingga sangat sesuai untuk diagnostik jaringan lunak, terutama otak,
sumsum tulang belakang dan susunan saraf pusat dan memberikan
gambaran detail tubuh manusia dengan perbedaan yang kontras,
dibandingkan dengan pemeriksaan CT- scan dan X-ray lainnya sehingga
anatomi dan patologi jaringan tubuh dapat dievaluasi secara detail
(Bushberg, 2002). Magnetic Resonance Imaging digunakan untuk
mendiagnosis tubuh manusia, MRI mempunyai peningkatan dalam teknik
imaging paling serbaguna hingga saat ini, yang pada awalnya merupakan
alat imaging mampu menganalisa sebagian besar anatomis kemudian
meningkat ke suatu fungsional fisiologis system organ tubuh (Bryan,
2010).
2.7 Komponen dari MRI

Komputer pada MRI merupakan otak dan komponen utama yang


digunakan untuk memproses sinyal, menyimpan data dan menampilkan
gambar yang dihasilkan. Selain sistem komputer komponen utama pada
pesawat MRI adalah: pembangkit magnet utama, koil gradien, koil
penyelaras (shims coils), antena atau koil pemancar dan penerima, serta
sistem akuisisi data dalam komputer.

Gambar 2.1 Komponen Mesin MRI (Evert J Blink, 2004)

2.7.1 Magnet Utama

Medan magnet utama dikenal juga sebagai medan magnet


statis. Medan magnet ini berguna untuk menyearahkan spin inti
atom hidrogen untuk pencitraan resonansi magnetik.
2.7.1.1 Magnet Permanen

Magnet permanen terbuat dari beberapa lapis batang keramik


ferromagnetik dan memiliki kuat medan magnet maksimal 0,3
Tesla. Magnet ini di rancang dalam bentuk tertutup maupun
terbuka (C shape) dengan arah garis magnetnya adalah antero-
posterior
2.7.1.2 Magnet Resistif

Medan magnet dari jenis resistif dibangkitkan dengan


memberikan arus listrik pada kumparan. Kuat medan magnet yang
mampu dihasilkan mencapai 0,3 Tesla, lilitan kabel yang
mengelilingi sebuah selinder yang didalamnya daliri arus listrik.
2.7.1.3 Magnet Superconductor

Magnet ini mampu menghasilkan medan magnet hingga


berkekuatan 0,5 Tesla- 3.0 Tesla, dan sekarang banyak dipakai
untuk kepentingan klinik. Helium cair digunakan untuk
mempertahankan kondisi superkonduktor agar selalu berada pada
temperatur yang diperlukan. (Bushberg, 2002)

2.7.2 Koil Gradien

Seluruh peralatan sistem pencitraan MRI dilengkapi dengan


kumparan penghantar yang bersifat resistif yang disebut kumparan
Gradien . Kumparan gradien akan membangkitkan kuat medan
magnetik yang besarnya berbeda tergantung pada lokasinya dan
medan gradien ini akan dibangkitkan nyala mati secara bergantian
selama dan antara pulsa eksitasi RF. Fungsi dari medan gradien ini
adalah untuk mengkodekan informasi ruang dalam sinyal RF yang
dipancarkan oleh proton. Medan gradien magnetik yang nyala mati
akan membangkitkan medan yang disebut time varying magnetic
field (TVMF). Atau medan magnet yang berubah terhadap waktu.
Sebenarnya dalam sistem MRI ada 3 set kumparan gradien yang
menghasilkan TVMF dalam arah tiga sumbu ortogonal (X,Y,Z).
gradien tersebut.
2.7.2.1 Gradien koil X, untuk membuat citra potongan sagital

2.7.2.2 Gradien koil Y, untuk membuat citra potongan koronal

2.7.2.3 Gradien koil Z, untuk membuat citra potongan aksial

Untuk melakukan pencitraan potongan arah miring ( oblik ) digunakan


kombinasi dari kumparan-kumparan (Evert J Blink, 2004)
Gambar 2.2 Skema dan tabel menunjukkan Gx, Gy, dan Gz (Evert J
Blink, 2004)

Gambar diatas menunjukkan skema dan tabel Gx, Gy, dan Gz


yang digunakan untuk seleksi bagian slice dan fase frekuensi encoding
selama di bidang akuisisi pencitraan.

2.7.3 Koil Radiofrekuensi (RF)

Pada pulsa RF mengubah energi proton sehingga dapat


menyebabkan transisi dan pemberian frekuensi radio dengan waktu yang
singkat disebut pulsa frekuensi radio yang merupakan gelombang
elektromagnetik, pulsa RF yang diberikan sama dengan frekuensi Larmor
yang dimiliki proton. Pada keadaan tersebut proton yang sedang
berpresisi akan mendapat tambahan energi. Dalam pemberian frekuensi
radio proton pada tingkat energi rendah akan tereksitasi ke tingkat energi
yang lebih tinggi, peristiwa ini disebut resonansi magnetik. Pulsa RF yang
menggerakkan magnetisasi (M) dari posisi setimbang ke bidang
transversal disebut pulsa 900. Pulsa RF yang menggerakkan M dengan
arah yang berlawanan dengan arah asalnya dinamakan pulsa 1800. Kedua
pulsa tersebut merupakan pulsa yang mempunyai persamaan yang sangat
besar dan penting dalam metode MRI. Beberapa masalah RF dalam
gambar MRI tidak disebabkan oleh ganguan luar melainkan oleh masalah
dengan komponen internal dari sistem seperti kerusakan dari pemancar
RF, sambungan listrik yang buruk, atau kegagalan sirkit terkait dengan
kumparan penerima (Blink, 2004).
Koil radio frekuensi (RF) terdiri dari dua tipe koil yaitu koil
pemancar (transmitter) dan koil penerima (receiver). Koil pemancar
berfungsi untuk memancarkan gelombang RF pada inti yang terlokalisir
dengan frekuensi tertentu sehingga terjadi proses resonansi, sedangkan
koil penerima berfungsi untuk menerima sinyal output dari sistem. Bentuk
dan ukuran koil penerima ini telah dirancang disesuaikan dengan bagian
tubuh yang akan diperiksa, misalnya koil untuk Brain, vertebra atau
ekstremitas. Beriku adalah jenis-jenis koil :
a. Koil Volume (Volume Coil) Volume coils dapat digunakan secara
eksklusif sebagai coils penerima atau kombinasi coils mengirim /
menerima. Volume coils ditandai dengan kualitas sinyal homogen.
Tipe lain dari coil volume kumparan tubuh, yang merupakan bagian
integral dari sebuah scanner MR dan biasanya terletak di dalam
lubang magnet itu sendiri.
b. Koil Permukaan (Surface Coil)

c. Koil Linier

d. Koil Kuadrat

e. Phase Array Coil

2.7.4 Sistem Komputer MRI

Sistem computer MRI ini berfungsi untuk membangkitkan pulse


sequence, mengontrol semua komponen alat MRI Dengan kemampuan
perangkat lunak yang besar, komputer mampu melakukan tugas-tugas
multi (multi tasking), diantaranya adalah operator input, pemilihan slice,
kontrol sistem gradien, kontrol sinyal RF dan lain-lain. Komputer juga
berfungsi untuk mengolah sinyal hingga menjadi citra MRI yang dapat
dilihat pada layar monitor, disimpan ke dalam disk atau CD, atau bisa
langsung dicetak

2.8 Prinsip dasar MRI

2.8.1 Spin Proton

Magnetic resonance (MR) pencitraan menggunakan sinyal dari


inti atom hidrogen (H) untuk membuat citra. Sebuah atom hidrogen terdiri
dari inti yang mengandung satu proton dan elektron tunggal mengorbit
inti (seperti terlihat pada Gambar. 2.4). Proton memiliki muatan positif
dan elektron muatan negatif, atom hidrogen secara keseluruhan adalah
netral.

Gambar 2.4 Inti dari atom H (Bryan, 2010)

Terlepas dari muatan positif, proton memiliki spin. Spin Proton


adalah partikel bermuatan listrik yang berputar pada sumbunya sehingga
menimbulkan arus listrik di sekitar sumbu putarnya. Arus listrik ini akan
menginduksi medan magnet sehingga inti atom memiliki momen
magnetik mikroskopik. Pada unsur yang memiliki nomor atom genap
momen magnetik inti akan saling menghilangkan (mengenolkan). Untuk
itu, agar tetap diperoleh momen magnetik inti maka diperlukan unsur
yang memiliki nomor atom ganjil.
Ini berarti bahwa proton berputar pada porosnya seperti gasing
berputar. Proton tersebut memiliki dua sifat penting yaitu Sebagai massa
berputar (m), proton memiliki momentum sudut dan berputar untuk
mempertahankan orientasi spasial sumbu rotasi. Sebagai massa berputar
dengan muatan listrik, sebagai tambahan proton memiliki momen
magnetic dan berperilaku seperti magnet kecil. Oleh karena itu, proton
dipengaruhi oleh medan magnet eksternal dan gelombang
elektromagnetik.
Spin proton selalu memiliki besar yang sama dan tidak akan dapat
dipercepat atau melambat, karena itu adalah sifat dasar dari partikel
elementer. Hidrogen adalah nucleus aktif yang banyak digunakan dalam
pencitraan MRI karena hidrogen dalam tubuh sangat banyak dan
protonnya mempunyai moment magnetic yang besar. Dalam kondisi
normal moment magnetic inti hydrogen arahnya random. Namun apabila
ditempatkan dalam suatu medan magnet yang kuat, moment magnetic
inti-inti atom akan menyesuaikan arah dengan medan magnet.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian inti-inti atom
hidrogen terhadap medan magnet eksternal adalah kuat lemahnya medan
magnet dan energi inti atom, yakni bila energi lebih lemah tidak cukup
kuat untuk berlawanan dengan medan magnet (0), dan bila energi
tinggi maka akan cukup untuk anti parallel. Inti yang paling banyak
mendominasi jaringan biologi tubuh manusia adalah atom hydrogen.
Atom hydrogen sangat banyak terdapat dalam jaringan biologi tubuh
manusia dan protonnya mempunyai moment magnetic yang besar. Hal ini
menyebabkan sinyal hidrogen yang dihasilkan 1000 kali lebih besar dari
pada atom lainnya dalam tubuh, sehingga atom inilah yang digunakan
sebagai sumber sinyal dalam pencitraan MRI (Bryan, 2010).

2.8.2 Presesi

Tiap-tiap spin inti hidrogen membentuk Net Magnetisation Vector


(NMV) pada sumbu atau porosnya. Pengaruh dari medan magnet
eksternal (0) akan menghasilkan spin sekunder atau gerakan NMV
mengelilingi 0. Spin sekunder ini disebut precession dan menyebabkan
magnetik moment bergerak secara circular mengelilingi 0. Jalur
sirkulasi pergerakan itu disebut precessional path dan kecepatan gerakan
NMV mengelilingi 0 disebut frekuensi presesi. Satuan frekuensinya
MHz, dimana 1 Hz = 1 putaran per-detik. Kecepatan atau frekuensi
presesi proton atom hydrogen tergantung pada kuat magnet eksternal
yang diberikan pada jaringan. Semakin kuat medan semakin cepat presesi
proton dan frekuensi presesi yang tergantung pada kuat medan magnetik
disebut dengan frekuensi Larmor yang mengikuti persamaan :
0= 0 0 ..............................................................................
(1)

Dimana:

0 adalah frekuensi Larmor dalam megahertz (MHz)

0 rasio gyromagnetic, spesifik yang konstanta untuk inti tertentu

0 kekuatan medan magnet eksternal dalam satuan tesla (T)

Proton memiliki rasio gyromagnetic dari = 42,58 MHz / T,


sehingga

frekuensi Larmor dari 63,9 MHz di 1,5 T.

Gambar 2.5 Proses dari Presesi atom Hydrogen (Bushberg,


2002)
2.8.3 Resonansi

Merupakan sebuah fenomena diamana Radio Frekuensi (RF)


dipancarkan dengan frekuensi yang sama dengan frekuensi larmor atom
maka akan terjadi fenomena resonansi. Apabila objek diletakkan dalam
medan magnet eksternal yang sangat kuat, maka inti-inti atomnya akan
berada pada arah yang searah atau berlawanan dengan medan magnet
eksternal dan inti-inti itu akan mengalami perpindahan dari suatu energi
ke tingkat energi yang lain setelah diberikan Radio Frekuensi. Proses
perpindahan energi ini seringkali merubah arah dari NMV, akibatnya
vektor dapat berubah arah dari arah longitudinal atau parallel medan
magnet eksternal, ke arah vektor yang lain (Bushberg, 2002)

Gambar 2.6 pemberian Radiofrekuensi pada atom Hidrogen


(Bushberg, 2002)

2.8.4 MR Signal

Akibat resonansi NMV yang mengalami inphase pada bidang


transversal. Hukum Faraday menyatakan jika receiver koil ditempatkan
pada area medan magnet yang bergerak misalnya NMV yang mengalami
presesi pada bidang transversal tadi akan dihasilkan voltage dalam
receiver koil. Oleh karena itu NMV yang bergerak menghasilkan medan
magnet yang berfluktuasi dalam koil. Saat NMV berpresesi sesuai
frekuensi Larmor pada bidang transversal, maka akan terjadi voltage.
Voltage ini merupakan MR signal. Frekuensi dari signal adalah sama
dengan frekuensi Larmor, besar kecilnya sinyal tergantung pada
banyaknya magnetisasi dalam bidang transversal. Bila masih banyak
NMV, akan menimbulkan sinyal yang kuat dan tampak terang pada
gambar, bila NMV lemah akan sedikit menimbulkan sinyal dan akan
tampak gelap pada citra MRI.
Pada saat terjadi magnetisasi transversal maka terjadi pula
keadaan in phase pada bidang transversal sehingga akan terjadi induksi
dari medan magnet terhadap koil penerima yang akan tercatat sebagai
sinyal. Kuat dan lemahnya magnetisasi pada bidang transversal ini akan
berpengaruh pada kekuatan signal MR dan berpengaruh pada intensitas
gelap dan terang pada citra MRI. Bila signal MR kuat maka akan
memberikan gambaran citra yang terang atau Hiperintens, sedangkan
apabila signal MRI lemah akan memberikan citra MRI gelap atau
Hipointens. Bila pulsa RF dihentikan, moment magnetik pada bidang
transversal yang dalam keadaan Inphase akan mengalami Dephase
kembali sehingga magnetisasi pada bidang transversal akan menurun,
akibatnya induksi pada koil penerima juga akan semakin melemah yang
dikenal dengan sinyal Free Induction Decay (FID)

2.8.5 Sinyal Free Induction Decay (FID)

Selama melakukan gerakan presesi, vektor magnetisasi dalam


koordinat kartesian dapat diuraikan menjadi dua komponen yaitu :
a. Komponen logitudinal pada sumbu z, yakni arah magnetisasi
(M) mula- mula sebelum mengalami simpangan (sama dengan arah
medan magnet eksternal).
b. Komponen tranversal pada bidang xy (tegak lurus arah medan
magnet ekternal)
Selama berpresesi arah tetap, sedangkan berputar pada
bidang xy,
seperti terlihat pada Gambar dibawah ini putaran inilah yang
menghasilkan sinyal NMR dimana dipancarkan dari proton yang
beresonansi yang sinyalnya disebut sebagai Sinyal Free Induction Decay
(FID).

Gambar 2.7 Peluruhan induksi bebas (Bushberg, 2002)

2.8.6 Relaksasi (Relaxation)

Sebuah proses diamana atom hidrogen kembali kepada


kesetimbangannya. Selama NMV membuang seluruh energinya yang
diserap dan kembali pada 0 disebut sebagai proses Relaksasi. Pada saat
NMV kehilangan magnetisasi transversal yang dikarenakan Dephase
terjadi proses Relaksasi yang menghasilkan recoveri magnetisasi
longitudinal ( ) dan decay dari magnetisasi transversal ( ).
a. Recoveri dari magnetisasi longitudinal disebabkan oleh
proses yang dinamakan 1 recoveri.
b. Decay dari magnetisasi transverse disebabkan oleh proses yang
dinamakan 2
decay. (Daniel kertawiguna, 2015)

2.8.7 Recoveri (Longitudinal Relaxation)

Disebabkan oleh inti-inti atom yang memberikan energinya pada


lingkungan sekitarnya atau lattice, dan disebut spin lattice relaksasi.
Energi yang dibebaskan pada sekeliling lattice menyebabkan inti-inti
atom untuk recoveri kemagnetisasi longitudinal. Rate Recoveri adalah
proses eksponensial denganwaktu yang konstan yang disebut 1. 1
adalah waktu pada saat 63% magnetisasi longitudinal () untuk
Recoveri.

Gambar 2.8 Proses terjadianya 1 Recoveri dan Diagram 1 Recoveri


(spin lattice relaksasi) (Bushberg, 2002)
2.8.8 Decay (Transverse Relaxation)

Disebabkan oleh pertukaran energi inti atom dengan atom yang


lain. Pertukaran energi ini disebabkan oleh medan magnet dari tiap-tiap
inti atom berinteraksi dengan inti atom lain. Seringkali dinamakan spin-
spin relaksasi dan menghasilkan decay atau hilangnya magnetisasi
transversal. Rate decay juga merupakan proses eksponensial, sehingga
waktu relaksasi 2 dari jaringan soft tissue konstan. 2 adalah waktu
pada saat 37% magnetisasi transversal ( ) menghilang (Decay).

Gambar 2.9 Proses terjadianya 2 Decay dan Grafik dari 2 Decay (spin-
spin relaksasi)

Besarnya dan proses waktu frekuensi 1 dan 2 sangat


berpengaruh pada sinyal keluaran yang akan ditransformasikan sebagai
kontras citra MR, sebab kurva 1 akan menentukan magnetisasi
transversal ( ). Peluruhan 2 (waktu relaksasi 2) adalah efek yang
paling berkontribusi pada gambar citra, sebab pada proses dephase proton
akan dihasilkan suatu induksi sinyal. Pengulangan pulsa RF terjadi
sebelum kurva recovery menjadi maksimal sehingga obyek jaringan
dengan 1 pendek (cepat kembali ke kondisi kesetimbangan) akan
mempunyai jumlah recovery yang banyak dibandingkan dengan jaringan
yang mempunyai waktu yang panjang, sehingga dalam citra MRI akan di
dapatkan gambar yang hitam pada pembobotan 1 spin echo. Setelah
pulsa RF 90 diberikan pada obyek, magnetisasi longitudinal ( ) akan
diputar 90 ke bidang transversal ( ) dan terjadi proses relaksasi 2.
Jaringan yang mempunyai nilai 2 pendek, dephase yang terjadi sangat
cepat sehingga intensitas sinyal yang dihasilkan sangat besar dan jaringan
dengan waktu relaksasi 2 pendek ini akan kelihatan hitam pada
pembobotan nilai 2. Proses relaksasi 1 dan 2 adalah suatu kerja yang
berlawanan yaitu pada saat proses pertumbuhan kembali magnetisasi
longitudinal ( ) diimbangi dengan peluruhan yang cepat pada kurva
relaksasi 2 . Dua efek relaksasi 1 dan 2 terjadi ketika objek diberikan
gelombang radio RF yang merupakan bentuk pulsa sequence.
Pulsa sequence dalam pencitraan MRI dibentuk untuk mengetahui
bagaimana efek 1 pada pembobotan citra 1 Weighted, efek 2 pada
pembobotan citra 2 Weighted. Rangkaian pulsa RF dephasing phase
echo dalam mendapatkan citra MRI dilakukan pengulangan untuk satu
pemeriksaan. Waktu pengulangan antara pulsa sequence yang satu
dengan yang berikutnya disebut dengan Time Repetition (TR), sedangkan
waktu tengah antara pulsa 900 dan sinyal maksimum (echo) disebut
dengan Time Echo (TE). Parameter 1 dan 2 sebagai sifat intrinsik
jaringan, serta TE dan TR sebagai parameter teknis yang digunakan akan
mengontrol derajat kehitaman pada citra MRI. Pada 2 Weighted derajat
kehitaman gambar akan dikontrol oleh TE dan 2 (Spin spin relaxation),
sedangkan untuk 1 Weighted derajat kehitaman akan dikontrol oleh TR
dan 1 ((Spin lattice relaxation). Secara umum 1 Weighted akan
menunjukkan struktur anatomi, dan 2 Weighted menunjukkan struktur
patologi.
2.8.9 Time Repetition (TR), Time Echo (TE), Field of View,
Signal noise to Ratio (SNR)
2.8.9.1 Time Repetition(TR) dan Time Echo(TE)

Time Repetition (TR) merupakan parameter yang mengontrol


jumlah magnetisasi longitudinal ( ) yang recoveri sebelum RF pulse
berikutnya. TR yang panjang memungkinkan full recovery sehingga lebih
banyak yang akan mengalami magnetisasi transversal ( ) pada RF
pulse berikutnya. TR yang panjang akan meningkatkan Signal Noise
Ratio dan TR yang pendek menurunkan Signal Noise Ratio. Sedangkan
Time Echo (TE) merupakan parameter yang mengontrol jumlah
magnetisasi transversal ( ) yang akan Decay sebelum echo itu dicatat.

Time Repetition (TR) dan waktu Time Echo (TE) merupakan


kunci dari penciptaan kontras citra MRI. Pada Gambar 2.10 menunjukkan
simbol yang paling sering digunakan untuk diagram urutan pulsa,
termasuk echo dengan penggunaan Spin Echo (SE) dan Gradien Echo
(GRE). Hal ini penting untuk mengenali simbol-simbol ini, karena selalu
digunakan untuk mewakili TR dan TE.

Gambar 2.10 Definisi simbol yang umum digunakan dalam diagram urutan
pulsa.

TR adalah waktu (biasanya diukur dalam milidetik) antara


penerapan pulsa RF eksitasi dan awal pulsa RF berikutnya. TE (juga
biasanya diukur dalam milidetik) adalah waktu antara penerapan pulsa RF
dan puncak gema terdeteksi (seperti terlihat pada Gambar 2.11a). Kedua
parameter mempengaruhi kontras gambar MR karena memberikan
berbagai tingkat kepekaan terhadap perbedaan waktu relaksasi antara
berbagai jaringan. Pada TR pendek, perbedaan waktu relaksasi antara
lemak dan air dapat dideteksi (magnetisasi longitudinal pulih lebih cepat
dari pada lemak dalam air), di TR panjang, tidak dapat dideteksi. Oleh
karena itu, TR berhubungan dengan 1 (seperti terlihat pada Gambar
2.15b) dan mempengaruhi kontras gambar 1 Weighted.
Pada TE singkat, perbedaan sinyal 2 lemak dan air tidak dapat
dideteksi dan penggunaan TE panjang dapat dideteksi. Oleh karena itu,
TE berhubungan dengan 2 (seperti terlihat pada Gambar 2.11b) dan
mempengaruhi kontras gambar 2 Weighted. Ketika TR panjang dan TE
pendek, perbedaan dalam pemulihan magnetisasi dan peluruhan sinyal
antara lemak dan air yang tidak dapat
dibedakan (seperti terlihat pada Gambar 2.15b) Oleh karena itu, kontras
diamati pada gambar MR dihasilkan adalah terutama karena perbedaan
kepadatan proton antara kedua jenis jaringan. Jaringan dengan lebih
proton memiliki intensitas sinyal yang lebih tinggi, dan jumlah proton
lebih sedikit memiliki intensitas sinyal yang lebih rendah.

Gambar 2.11 (a) Skema representasi dari TR dan TE (b) Grafik TR


dan TE panjang, pendek saat pembobotan T2
dan T1

Gambar 2.11 diatas menunjukkan saat panjang dengan TR pendek dan


pada saat TE pendek untuk pembobotan T2 lemak dan air. Dan
pembobotan T1 lemak dan air

2.8.9.2 Field of View (FOV) dan Signal noise to Ratio (SNR)

Field of view (FOV) merupakan parameter dalam menentukan luas


lapangan atau lebih dikenal dengan luas daerah yang akan di scn. Oleh
karena itu pengukuan FOV yang optimal akan memepengaruhi nilai SNR
dikarenakan pusat data mentah yang diterima berasal dari luas area yang
d scan. Semakin kecil FOV yang digunakan makan SNR akan semakin
tinggi karena sinyal yang diterima merupakan dari objek yang kita scan
saja tetai memiliki kekurangan yaitu organ atau objek yang diterima
mengacu hanya organ organ kecil saja. Sehingga bisa menjadi acuan
dalam sebuah pemeriksaan, begitu juga apabila FOV besar makan akan
menurunkan nilai SNR dimana sinyal yang diterima bukan hanya dari
organ yang diperiksa melainkan dari organ yang disekitar organ yang kita
scan juga terdeteksi oleh coil.
Signal to Noise Ratio (SNR) merupakan hal yang paling menjadi
perhatian pada kualitas MRI. Istilah ini didefinisikan sebagai
perbandingan amplitudo dari signal yang diterima oleh coil dengan
amplitudo dari noise. Jika signal yang sebenarnya relatif lebih kuat
daripada noise maka SNR akan meningkat, dan kualitas gambar akan
lebih baik. Nilai nilai Signal noise to ratio (SNR) diperoleh sesuai dengan
ketentuan (Brian, 2010) dengan cara nilai intensitas signal pada daerah
corpus, discus, CSF dan fat masing masing akan dibagi dengan nilai
intensitas signal background Berikut adalah hasil penentuan ROI pada
organ corpus, discus, CSF, fat dan background yang telah disebutkan
diatas.

2.8.10 Pembobotan 1 atau 1 weighted

Pada pembobotan T1 menggunakan parameter TR yang maka


pembobotan T1 akan kelihatan gelap atau hyperintens tetapi untuk
jaringan yang mempunyai waktu relaksasi yang cepat maka pembobotan
T1 akan kelihatan terang atau hypointens. Sebuah citra 1 Weighted
dimana perbedaan waktu antara 1 jaringan misalnya lemak dan air
tergantung dari Time Repetition (TR). Karena TR mengontrol seberapa
jauh setiap vektor dapat memulihkan sebelum pemberian pulsa RF
berikutnya, untuk mencapai bobot 1 TR harus cukup pendek sehingga
lemak atau air memiliki waktu yang cukup untuk sepenuhnya kembali ke
0. Jika TR terlalu panjang, baik lemak dan air kembali ke 0 dan
memulihkan magnetisasi longitudinal ( ) sepenuhnya sehingga sinyal
yang diberikan menjadi lemah dan tidak dapat menunjukkan perbedaan
antara lemak dan air pada citra yang dihasilkan. Grafik 1 Weighted
ditunjukkan pada gambar 2.12 di bawah ini (Pierce, 1995)

Gambar 2.12 1 Perbedaan Antara Lemak dan Air (Bushberg,


2002)

2.8.11 Pembobotan atau weighted

2 weighted disebut juga T2WI atau 2 weighted Imaging yang


merupakan salah satu pembobotan untuk MRI whole spine di mana
kontrasnya tergantung pada Time echo (TE). ). TE mengontrol jumlah
peluruhan 2 yang terjadi sebelum sinyal diterima. Pembobotan T2
cenderung membutuhkan Time echo (TE) yang lama untuk memberikan
jaringan lemak dan air waktu untuk meluruh atau berdicay. Jika TE terlalu
singkat, baik lemak atau air tidak memiliki waktu untuk meluruh dan tidak
dapat menunjukkan perbedaan antara lemak dan air pada citra yang
dihasilkan. Grafik 2 Weighted ditunjukkan pada gambar 2.13

Gambar 2.13 2 Perbedaan Antara Lemak dan Air (Bushberg,


2002)

2.4 Pulsa Sequence

2.4.1 Spin Echo (SE)

Spin Echo adalah sequence yang paling banyak digunakan pada


pemeriksaan MRI. Pada spin echo standar, segera setelah pulsa RF 900
diberikan, sebuah FID segera terbentuk. Dengan menggunakan kekuatan
radiofrekuensi yang sesuai, akan terjadi transfer NMV bersudut 900
kemudian diikuti dengan rephasing pulse bersudut 1800Spin echo
menggunakan eksitasi pulsa 900 yang diikuti oleh satu atau lebih
rephasing pulsa 1800, untuk menghasilkan Spin Echo. Spin echo (SE)
sama dengan urutan Gradien echo dengan pengecualian bahwa ada
tambahan refocusing pulsa 1800.
2.4.2 Inversion Time (TI)

Inversion recovery (IR) ialah urutan eksitasi SE (Spin Echo) pulsa


90 dengan tambahan pulsa inversi 180 yang dimana pulsa 180
rephasing dari urutan SE konvensional. Pulsa inversi membalikan
magnetisasi longitudinal dari
positif kedalam arah negatif (seperti terlihat pada Gambar.
2.14). Setelah beberapa relaksasi telah terjadi, pulsa 90 urutan SE
diterapkan. Waktu antara pulsa RF 180 dan pulsa RF 90 adalah Time
Inversion (TI)

Gambar 2.14 Waktu antara pulsa 180 dan pulsa RF 90

Kontras pada gambar dapat dimanipulasi dengan mengubah waktu


inversi. Dengan TI pendek dan pengiriman pulsa eksitasi 90 segera
setelah pulsa 180 inversi, semua magnetisasi longitudinal negatif
membalik atau flip ke bidang transversal. Jika waktu inversi cukup
panjang memungkinkan relaksasi penuh, sinyal kembali menjadi lebih
kuat.
Ketika pulsa pembalik dihapus, vektor magnetisasi mulai
relaksasi kembali ke 0. Kontras gambar yang dihasilkan sangat
tergantung pada panjang TI serta TR dan TE. Kontras dalam gambar
terutama tergantung pada besarnya magnet longitudinal yang (seperti
pada putaran echo) setelah waktu tunda yang dipilih TI. Kontras
didasarkan pada kurva recovery TI setelah inversi pulsa 180. Inverting
pulsa 180 dapat menghasilkan perbedaan kontras besar antara lemak dan
air karena saturasi penuh vektor lemak atau air dapat dicapai dengan
memanfaatkan TI yang sesuai. (Daniel kertawiguna, 2004)

2.4.3 Short Time Inversion Recovery (STIR)

STIR (Short Time Inversion Recovery) adalah urutan pulsa inversi


dengan waktu tertentu sehingga dapat menekan sinyal dari lemak. Urutan
pulsa pemulihan inversi merupakan urutan pulsa Spin Echo didahului
oleh pulsa 180 RF. Sequence STIR membalikkan magnetisasi
longitudinal baik lemak dan air dengan pengiriman pulsa 180, yang
diikuti oleh TI (Time Inversion) beberapa ratus milidetik. Untuk menekan
sinyal lemak, TI disesuaikan sedemikian rupa sehingga pulsa 90
dipancarkan tepat pada saat ketika lemak melewati nol. TI menekan lemak
sekitar 150 msec pada kekuatan bidang magnet 1,5 T dan sekitar 100 msec
pada bidang magnet 0,5 T.

STIR merupakan urutan pulsa recovery inversi yang menggunakan TI yang


sesuai dengan waktu yang dibutuhkan untuk pulih dari inversi penuh lemak
terhadap bidang transversal sehingga tidak ada magnet longitudinal yang sesuai
dengan lemak. Ketika pulsa 90 bereksitasi diterapkan setelah waktu tunda TI,
sinyal dari lemak batal. STIR digunakan untuk mencapai penekanan sinyal
lemak dalam gambar 1 weighted dan 2 weighted. Sebuah TI dari 150-175
msec mencapai penekanan lemak meskipun nilai ini bervariasi pada kekuatan
lapangan magnet yang berbeda. (Bushberg, 2002)

Anda mungkin juga menyukai