Anda di halaman 1dari 38

KEGAWATDARURATAN PARU

Kelompok 12
1. SIRFIA KAULANI BUNGAALSA 19310130
2. SYIFA ALYA FAUZIAH 19310131
3. SYIFA NURROHMAH 19310132
4. SYIFA SALSABILLA SAJAYA 19310133
5. VIONITA 19310136
6. VITO MUSTOPA 19310137
7. WIDI MARSANDA 19310138
8. WINNEKE RIZKI AULIA 19310140
9. WINNY RESTU FAUZIAH 19310141
10. YOGI ARI GHOPICAN 19310142
11. YUNI SAVIRA 19310143
12. FITRIA KARMI 19310144
KEGAWATDARURATAN PARU
KEGAGALAN PARU MEMPEROLEH O2
DARI UDARA LUAR
 MACAM
1. Batuk Darah (hemoptisis)
2. Asma Akut Berat
3. Gagal Napas Akut
4. PPOK Eksaserbasi Akut
5. Pneumothoraks
BATUK DARAH (HEMOPTISIS)

• BATUK DENGAN EKSPEKTORASI DAHAK BERCAMPUR


DARAH (DARI SALURAN NAPAS BAWAH)

• ASFIKSIA & KEHILANGAN DARAH

• DAPAT MASUK DALAM KATEGORI INDIKASI


PEMBEDAHAN SESEGERA MUNGKIN
BATASAN HEMOPTISIS MASIF

 > 600 CC/ 24 JAM PENGAMATAN BELUM BERHENTI

 < 600 CC/24 JAM, TETAPI > 250 CC/ 24 JAM,


Hb < 10 gr%, MASIH TERUS BERLANGSUNG

 < 600 CC/24 JAM, TETAPI > 250 CC/ 24 JAM


Hb > 10 gr%, DALAM 48 JAM BATUK DARAH
TETAP BERLANGSUNG
ETIOLOGI
Etiologi ……
PATOLOGI


Infeksi / radang pembuluh darah
mukosa jalan napas pecah


Kongesti aliran darah vena
pulmonalis/ kapiler pecah


Kelainan autoimun membran kapiler-
alveoli basalis terganggu
Patologi …….


Invasi tumor membrana mukosa
mudah terjadi pendarahan


Trauma transudasi darah ke dalam
alveoli
PERBEDAAN HEMOPTISIS >< HEMATEMESIS
DIAGNOSIS

ANAMNESIS

PERLU DIBEDAKAN ANTARA

 BATUK DARAH
 MUNTAH DARAH
 EPISTAKSIS
 GANGGUAN GUSI
TANYAKAN

 Jumlah dan warna darah


 Lamanya perdarahan
 Batuk bersifat produktif atau tidak
 Batuk terjadi sebelum atau sesudah perdarahan
 Adakah nyeri dada, nyeri substernal atau nyeri pleuritik
 Hubungan antara perdarahan dengan gerakan fisik,
istirahat, posisi badan dan batuk
 Riwayat penyakit jantung sebelumnya
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 PEMERIKSAAN LABORATORIUM
 Darah rutin
 Sputum BTA
 Mikroorganisme lain
 Jamur
 Sitologi sputum
 Serologi

 FOTO THORAKS
 CT Scan thoraks
 Bronkoskopi
KOMPLIKASI

Kematian
(asfiksia, pneumonia
Atelektasis
aspirasi, kehilangan
darah >>)

Emfisema obstruktif Pneumonitis


PENATALAKSANAAN
PENATALAKSANAAN

PENDERITA DENGAN REFLEKS BATUK BAIK

• Tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk

• Nasehatkan agar penderita membatukkan darah apabila


terasa akan batuk (jangan menahan batuk)

• Isap darah dengan alat penghisap (suction apparat)

• Dapat dipertimbangkan kemungkinan pemberian


tranfusi darah
BERIKAN :

• Cairan infus

• Kalau batuk berlebihan dapat diberikan codein 10 - 20 mg

• Diberikan oksigen terutama apabila sesak napas

• Dapat diberikan obat hemostatika

• Obat penenang ringan bilamana penderita cemas dan edukasi


supaya tetap tenang
PENDERITA DENGAN REFLEKS BATUK KURANG
BAIK

 Tidurkan penderita dengan posisi miring ke arah sisi yang


diperkirakan sakit/asal sumber pendarahan.

 Tidur posisi kepala sedikit lebih rendah (trendelenburg), dapat


dilakukan dengan pemasangan balok kayu pada kaki tempat
tidur

 Nasehatkan untuk tidak menahan batuk apabila terasa akan


batuk

 Lakukan penghisapan darah dengan alat penghisap (suction)


BERIKAN :

• Cairan infus
• Obat hemostatika
• Oksigen
• Kalau perlu dapat diberikan obat penenang ringan atau
edukasi supaya tetap tenang
• Dapat dipertimbangkan diberikannya tranfusi darah
PNEUMOTHORAKS
PNEUMOTORAKS
= terdapatnya udara bebas dalam rongga pleura

JENIS
Terbuka
Tertutup
Ventil
Iatrogenik
Traumatik
Spontan
Katamenial
PENDESAKAN TERHADAP ORGAN
SEKITAR
Patofisologi
 Pneumotoraks dapat disebabkan oleh trauma trauma dada yang
dapat mengakibatkan kebocoran/tusukan/laserasi pleura viseral
 sehingga paru kolaps sebagian/komplit berhubungan dgn
udara/ cairan masuk ke dalam ruang pleura
 volume diruang pleura menjadi meningkat dan
mengakibatkan peningkatan tekanan intra thoraks
 Jika terjadi peningkatan tekanan intra thoraks, maka
menyebabkan distress pernafasan dan gangguan pertukaran gas
dan menimbulkan tekanan pada mediastinum yang dapat
mencetuskan gangguan jantung dan sirkulasi sistemik
Patogenesis...

 Pneumotoraks spontan primer (PSP) terjadi


karena ruptur blep subpleura, biasanya terletak di
apeks. Patogenesisnya belum jelas, diduga
disebabkan karena tekanan transpulmoner di apeks
lebih besar daripada bagian bawah paru.
....Patogenesis

Penyebab: kelainan kongenital, inflamasi bronkial


ataupun ruptur trakeobronkial.

Distensi berlebih pada paru normal akan menyebabkan


ruptur alveoli subpleural. Udara merembes sepanjang
lapisan bronkoalveolar ke arah mediastinum, bisa disertai
emfisema subkutan atau pneumotoraks.
Pneumotoraks Spontan Primer (PSP)

Klinis
Tanpa keluhan pada istirahat, keluhan
memberat pada exercise, dispnea & atau nyeri
dada pada sisi yang sakit
Pneumotoraks Spontan Primer (PSP)
Diagnosis
Ax : sesak napas
nyeri dada
tanpa penyakit paru sebelumnya
mendadak
tidak aktifitas
PF : tertinggal pada pergerakan napas
fremitus melemah
hipersonor
suara napas melemah/jauh
Ro : paru kolaps
pleural line
daerah avascular
Pneumotoraks Spontan Sekunder (PSS)

Etiologi
PPOK, TB paru, abses paru, kanker paru, tumor
metastasis di pleura, fibrosis paru, sarkoidosis,
AIDS + PCP
Pneumotoraks Spontan Sekunder (PSS)

n Diagnosis
Riwayat penyakit paru
~ PSP

n Ro
Pada PPOK sulit melihat pleural line
Gambar hiperlusen sulit dibedakan
dengan avascular

CT scan toraks
Pneumotoraks

Penatalaksanaan
n Tujuan
Evakuasi udara di rongga pleura,
Mencegah kekambuhan

n Cara
Non operatif
Operatif
Pneumotoraks

Non operatif
n Observasi
n Aspirasi
n Water sealed drainage (WSD)
n Pleurodesis
Pneumotoraks

Operatif
1.Torakoskopi medic

2.Open torakotomi
3. Tindakan non operatif gagal
4. Komplikasi (hemotoraks)
5.Penebalan pleura
6.Fistula bronkopleural
Pneumotoraks

Operatif
Open torakotomi
Tindakan non operatif gagal 
Komplikasi (hemotoraks) 
Penebalan pleura 
Fistula bronkopleural 
Sumber:
herwood Lauralee. 2001. HUMAN PHYSIOLOGY
FROM CELLTO SYSTEM, E/2. Jakarta: Penerbit
buku Kedokteran EGC. Djojodibroto Darmanto. 2009.
Respirologi (Respiratory medicine). 2.Jakarta: Penerbit
buku Kedokteran EGC.
.Abal AT, Nair PC & Cherian J. 2001. Haemoptysis:
aetiology. evaluation and outcome--a prospective study
in a third-world
country.http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1145331
0/ Purwandianto
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai