KONSEP HOSPITALIS E. Respon Nyeri Pada Anak yang Dirawat Di RS
Respon perilaku nyeri pada anak berupa penolakan,
menangis, serta kekhawatiran terhadap dampak prosedur keperawatan dalam serangkaian episode nyeri (Sekriptini, 2013). Serangkaian episode nyeri tersebut dialami anak secara berulang-ulang dan menjadi pengalaman yang tidak menyenangkan bagi anak. Pengalaman yang tidak menyenangkan tersebut mengakibatkan anak mengalami trauma dalam menerima intervensi keperawatan (Wong, 2008). Sedangkan respon fisiologis pada anak berkaitan dengan aktivasi sistem saraf simpatik dimana menyebabkan pupil dilatasi, berkeringat, perubahan tanda vital seperti peningkatan denyut nadi; tekanan darah; dan pernapasan (Mediani dkk, 2005). Menurut Mediani (2005), respon fisiologis nyeri anak balita menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap nadi dan respirasi sebelum dan sesudah pemasangan infus. Menurut Kirkpatrick dan Tobias (2013), respon anak usia toddler dan prasekolah terhadap nyeri adalah menangis, peningkatan tekanan darah; pernapasan; nadi (respon fisiologis), dan anak cenderung melindungi bagian yang terasa nyeri. Anak usia toddler terus bereaksi dengan kemarahan emosional yang kuat dan resistensi fisik terhadap pengalaman nyeri baik yang aktual maupun yang dirasakan. Anak usia toddler dapat bereaksi terhadap prosedur yang tidak menimbulkan nyeri sama kerasnya dengan prosedur yang menyakitkan. Anak usia toddler cenderung lebih gelisah dan sangat aktif pada saat nyeri. Respon ini sering tidak diketahui sebagai akibat dari nyeri (Wong, 2008). Reaksi anak usia prasekolah terhadap nyeri dapat berupa menolak untuk makan dan beraktivitas bila dibandingkan dengan anak usia toddler (Kirkpatrick & Tobias, 2013). Menurut Wong (2009), diagnosa keperawatan yang lazim muncul pada anak yang mengalami hospitalisasi yaitu: 1) Ansietas/ takut berhubungan dengan perpisahan dengan rutinitas, prosedur tindakan, kejadian yang menimbulkan distres, perpisahan dengan orangtua, dan lingkungan yang tidak dikenal. 2) Nyeri yang berhubungan dengan cidera, prosedur tindakan 3) Defisit aktivitas pengalihan yang berhubungan dengan gangguan mobilitas, gangguan muskuloskeletal, tirah baring di rumah sakit, efek dari penyakit. 4) Intoleransi aktivitas yang berrhubungan dengan kelemahan umum, kelelahan, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen 5) Resiko cidera/ trauma yang berhubungan dengan lingkungan yang tidak dikenal, terapi, dan peralatan yang berbahaya. G. DAMPAK POSITIF HOSPITALIS Mengalami sakit dan stres selama proses hospitalisasi memberikan kesempatan kepada anak untuk beradaptasi mengatasi masalah dan kecemasan yang dihadapi selama proses perawatan kesehatannya. Ketika anak mampu mengatasi masalah dan stres yang dihadapi, hal ini akan menumbuhkan keepercayaan diri yang tinggi pada anak. Selain itu, edukasi yang diberikan selama hospitalisasi juga dapat menjadi pembelajaran tentang kesehatan dan penyakitnya. Hal ini mungkin menimbulkan ketertarikan anak terhadap karir di bidang kesehatan (Wong &Hockenberry, 2003). Ryan-Wegner dan Gardner (2012) menambahkan bahwa pengalaman hospitalisasi juga mempengaruhi pemanfaatan sarana kesehatan di masa depan. Pengalaman positif selama hospitalisasi membuat pemanfaatan sarana kesehatan untuk menjaga dan mempertahankan kesehatan menjadi lebih optimal.Hospitalisasi juga dapat memberikan dampak positif terhadap orang tua. Hospitalisasi memberikan kesempatan bagi orang tua untuk lebih memahami tumbuh kembang anaknya dan membina ikatan antara orang tua dan anak, dan meningkatkan kemampuan parenting (Wong & Hockenberry, 2003). H. PRAKTIKA HOSPITALIS Mempersiapkan anak untuk mendapat perawatan di rumah sakit. Siapkan ruang rawat sesuai dgn tahapan perkembangan anak. Lakukan orientasi ke rumah sakit sebelum dirawat. Kenalkan perawat Orientasikan anak & keluarga pada ruang rawat& fasilitas Kenalkan pada anak/pasien lain. Memberikan identitas pada anak DAFTAR PUSTAKA Lestari, Titik. (2016). Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika Chodidjah, S., & Syahreni, E. (2015). Pengalaman Hospitalisasi Anak Usia Sekolah. Jurnal Keperawatan Indonesia, 18(1), 45-50. Sembiring, S. U., & Nauli, F. A. (2015). Perbandingan respon nyeri anak usia toddler dan prasekolah yang dilakukan prosedur invasif (Doctoral dissertation, Riau University). JOM Vol.2 No. 2 Ridha, Nabil. (2014). Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar