Anda di halaman 1dari 43

SISTEM PERGERAKAN

(LOKOMOSI)

1). Fungsi aktivitas gerak pd hewan


a.Mencari pakan
b.Mencari pasangan kawin
c. Menghindari predator
Molekul Motilitas
Mekanisme fundamental
pergerakan pada hewan
 2.1. Gerak Amoeboid
 Pd organisme kecil nonmuskular. Ex: amoeba, jamur
lendir, leukosit vertebrata, amebosit spons, dll
 Lokomosi perubahan ekstensi dalam hal : bentuk sel,
aliran protoplasma, dan aktivitas pseudopodium (kaki
palsu)
 Mekanisme gerak amoeboid : ditandai pembentukan
pseudopodium. Diawali aliran endoplasma aksial ke
anterior  di “zona pancuran “ endoplasma menyebar ke
arah lateral (pseudopodium meluas sec. bertahap) men-
jadi agak kaku dan bersatu dengan ektoplasma  di
bagian posterior “zona pengerahan” ektoplasma konversi
jadi endoplasma aksial selanjutnya mengalir ke anterior
 bag. Posterior tertarik. Kejadian ini berulang-ulang 
gerakan amoeboid
Zona pancuran

posterior anterior

Zona pengerahan

Amoeboid movement. Endoplasm flows forward into newly


formed armlike extensions of the cell (pseudopodium)
2. Biokimia Gerakan Amoeboid
 Hasil interaksi reaksi antara protein
kontraktil : aktin dan miosin dalam
endoplasma ”sliding-filament
contraction” spt pd otot.
 Interaksi antara aktin dan miosin terjadi
di zona pancuran, dan terpisah kembali
di zona pengerahan. Interaksi dipicu ion
kalsium (Ca2+)
 Hasil Eksperimen:
 1) Bila kadar Ca 2+ bebas di bawah 10-6 M  sitoplasma
amoeba non-motil; sifat gel (sitoplasma dg viskositas
tinggi; kental); non-polarisasi terhadap cahaya,dan
orientasi fibriler random (acak).  Elevasi kadar Ca 2+
hingga 10-6 M mengakibatkan kontraksi sitoplasma.

 2) Bila miosin diisolasi dari sitoplasma  aktin berubah


dari fase gel ke sol (viskositas rendah) tidak terjadi
kontraksi. Tetapi, kontraksi akan terjadi bila miosin
ditambahkan kembali.

 3) Jika ion Ca 2+ diinjeksikan ke dlm sitoplasma amoeba 


sitoplasma di sekitar ujung pipet injeksi berkontraksi
Aktin monomer Miosin Monomer

- +
Profilin Profilin

Filamen Actin (sol) Filamen miosin


Filamin;
Ca2+ ATP
tropomiosin
cAMP Miosin
kinase Miosin fosfatase
Jalinan filamen Mengaktifkan
aktin (gel)
ADP
Miosin terfosforilasi

Aktomiosin teraktivasi

ATP
Ca2+
ADP
Gerakan Sel

3. Interaksi Aktin dan Miosin pada sel nonmuskular (gerak


amoeboid dan fibroblast)
Bagan Interaksi aktin-miosin yang menghasilkan gerakan sel pada
sel fibroblast dan sel amoeboid. Tampak pd sisi aktin, terjadi
polimerisasi aktin bentuk monomer menjadi filamen aktin. Filamen
aktin yang terorganisir membentuk suatu tautan kerja (meshwork)
atau fase gel. Pada sisi miosin, terjadi fosforilasi miosin oleh kinase
yang diaktivasi oleh cAMP. Akhirnya, terjadi kontraksi kompleks
aktomiosin yang tergantung pada ATP sebagai sumber energi dan
ion Ca2+ sebagai agen regulator.

a-Filamin  merup. Protein pengikat aktin terdapat di sepanjang berkas


filamen aktin. Berperan untuk agregasi filamen aktin menjadi gel yang
penting bagi kekakuan sitoplasma.
-Tropomiosin  pada sel nonmuskular berperan bukan untuk interaksi
aktin dan miosin (seperti pada otot), namun hanya untuk membantu
jembatan silang “kerangka” sel yakni untuk memelihara bentuk sel.
2.2. Gerakan Silia dan Flagela
a). Gerak silia terdpt pd protozoa (cilliata); buluh air pd
Echinodermata; insang lamellibranchiata. Flagelum pd
protozoa (flagellata), sperma.
b). Struktur interna antara silia & flagela identik. Perbedaannya
hanya dalam pola gerakan dan ukuran.
c). Ukuran diameter flagela : 0,2 um; pj : 100-200 um ukuran
diameter silia : 0,2 um; pj : kurang dari 15 um

Pola gerakan Silia dan Flagela


POLA SILIA : a). “Power (efective) stroke” pd gerakan ini diawali
silia lurusgerak menyapu, sedang pd bagian basal kejang;
b).”Recovery stroke”  pd gerakan ini diawali bagian basal yang
ekstensif silia menekuk ke arah pemulihan. Gerak ini lebih lambat
dpd power stroke
2. POLA FLAGELA :
a). “Planar wave”; b).“helical wave”.
Keduanya menimbulkan adanya gerakan undulasi
(bergelombang).
2.3 Gerakan melalui kontraksi otot
 Struktur halus otot :
 sitoplasma otot lurik mengand miofibril longitudinal. Tiap
miofibril tersusun oleh protein miofilamen yaitu filamen
tipis (aktin) dan tebal (Miosin).
 Flm tipis tersusun oleh monomer aktin globular berasosiasi
dgn tropomiosin dan troponin. Tiap flm tebal dikelilingi
enam flm tipis. Flm tebal membentuk pita A
(anisotropik/pita gelap), sedangkan flm tipis membentuk
pita I (isotropik/pita terang)., di tengah pita I terdapat garis
Z tempat bertautnya flm tipis. Bagian miofibril antara dua
garis Z disebut sarkomere.
Miofilamen Aktin dan Miosin. Aktin mengandung tropomiosin
dan troponin. Kompleks troponin terdiri atas troponin I, C, dan T
Miofilamen Aktin dan Miosin dan struktur-struktur
tambahannya
 Struktur serabut otot rangka diselaputi sarkolema dengan
sistem tubulus T yang menjulur ke bagian dalam miofibril
2.4 Proses Kontraksi Otot
1). Impuls saraf dari otak dan korda spinalis dibawa
oleh saraf motoris
2). Setiap neuron motoris melepaskan asetilkolin,
yang berdifusi melintasi sinaps neuromuskular
3). Asetilkolin menginisiasi gelombang depolarisasi
baru yang menyebar pada sarkolema kemudian
ke tubulus-T di dalam serabut otot. Tubulus-T
kontak dengan retikulum sarkoplasma (RS),
sehingga dari sisterna RS dilepaskan ion (Ca2+)
ke dalam miofilamen
4). Sebelum ada ion (Ca2+) dalam serabut otot,
troponin dan tropomiosin mencegah pengga-
bungan aktin dengan miosin
Masuknya ion (Ca2+) akan berikatan dg troponin
dalam miofilamen aktin. Hal ini menyebabkan
kompleks troponin berubah posisinya, sehingga
tempat aktif (active site/AS) terdedah pada untai
aktin. AS, merupakan tempat melekatkan diri
jembatan silang miosin dengan bebas pada
miofilamen aktin sehingga terbentuk aktomiosin.
5). Pada saat bersamaan, miosin diaktivasi oleh ion
(Ca2+) untuk berperan sebagai enzim (sbg miosin
ATP-ase) yang berperan menguraikan ATP
menjadi ADP + fosfat anorganik (Pi) dengan
melepaskan energi
6). Energi yang lepas dari pemecahan ATP, disimpan
(“stored”) dalam struktur kepala miosin dan
digunakan untuk menggerakkan kepala miosin
 ke arah miofilamen aktin. Kepala tsb
membentuk jembatan silang (cross bridges) yang
mengikatkan diri ke AS pada miofilamen aktin
sehingga terbentuk aktomiosin. Kepala miosin
mengalami perubahan bentuk dan miring
(perubahan konformasi) sehingga menarik
miofilamen aktin. Karena jembatan silang lepas
dari satu AS lalu berikatan dengan AS
berikutnya, demikian berulang-ulang maka
miofilamen aktin dan miosin saling tergelincir
satu sama lain. Jembatan silang miosin melekat
dan lepas ke AS pada miofilamen aktin
sebanyak 100 kali setiap menit.
7). Ketika miofilamen aktin dan miosin saling
tergelincir satu sama lain, miofilamen aktin dari
ujung berlawanan pada sarkomere bergerak saling
mendekat, sehingga terjadilah pemendekan
sarkomere  kontraksi otot. Ukuran lebar pita A
tidak berubah, tetapi pita I memendek dan garis Z
bergerak saling mendekat.

2.5. Relaksasi Otot


1). Asetilkolin diuraikan oleh enzim asetilkolinesterase
yang dilepaskan dari otot. Penguraian ini mencegah
stimulasi lebih lanjut otot oleh ujung saraf.
2). Tanpa adanya stimulasi impuls saraf, ion Ca++
 keluar dari miofilamen dan masuk/disimpan
kembali di dlm sisterna RS melalui transpor aktif
primer Ca-ATPase.
3). Tidak adanya ion (Ca2+), troponin dan
tropomiosin mencegah aktin bergabung dengan
miosin dengan menghalangi (blocking) AS pada
miofilamen aktin. Jadi, jembatan silang miosin tak
mampu melekat kepada miofilamen aktin.
4). Akibatnya miofilamen aktin dan miosin kembali
ke posisi asal dalam sarkomere, pita I menjadi
lebih lebar dan garis Z bergerak saling menjauh.
Akhirnya sarkomere kembali ke ukuran panjang
asal (orisinal)  otot berelaksasi.
Pelepasan dan pengambilan ion Ca++ oleh RS selama
kontraksi dan relaksasi serabut otot rangka
Bagan Sarkomere saat posisi istirahat,
kontraksi, dan relaksasi
• Peta urutan kontraksi otot
FENOMENA HUTANG OKSIGEN

 Jika aktivitas otot sangat meningkat maka


oksidasi asam laktat dan perubahannya
menjadi glikogen tidak seimbang dengan
pembentukan asam laktat. Setelah otot
berhenti berkontraksi oksidasi asam laktat
yang banyak tertimbun masih terus
berlangsung meskipun kontraksi telah
selesai. Jadi, selama otot bekerja meningkat
seolah-olah berhutang oksigen, dan hutang
oksigen tersebut dikembalikan pada saat
pemulihan
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai