Anda di halaman 1dari 9

PERSEDIAAN BARANG

DAGANGAN (INVENTORY)

Disusun Oleh Kelompok 1 :


 Cintiawati
 Ajiarius
 Novyanti
 Syahdar Ahda Haq
Apakah Persediaan itu??
Persediaan barang dagangan adalah Barang – barang yang dimiliki oleh
perusahaan pada suatu saat tertentu dengan maksud dijual kembali.

Persediaan terdiri dari 3 jenis, yaitu :


Persediaan bahan mentah (Raw Material)
Persediaan barang setengah jadi (Intermediated Good)
Persediaan barang jadi (Finnished Good)

Penentuan kuantitas nilai persediaan barang dagangan mempunyai


peranan penting dalam penyusunan laporan keuangan perusahaan.
Prinsip – prinsip akuntansi menetapkan bahwa persediaan harus dicatat
dan dilaporkan sebesar harga perolehannya.

Sistem pencatatan persediaan barang dagangan ada 2, yaitu :


1) Sistem Fisik (Periodik)
2) Sistem Perpetual
PENCATATAN BARANG DAGANGAN DENGAN
SISTEM FISIK (PERIODIK)
Dalam sistem fisik, nilai persediaan tidak dicatat setiap hari, bahkan
praktis dalam 1 periode akuntansi (bulan/tahun) baru ditentukan berapa
nilai persediaan akhirnya.
Pada akhir periode akuntansi, persediaan yang ada dihitung jumlah
kuantitasnya (stock opname) dan ditentukan nilainya berdasarkan harga
belinya.

Pada sistem fisik, nilai persediaan yang dijual (HPP) tidak dicatat /
dijurnal langsung ketika ada penjualan, namun dicatat/dijurnal pada
akhir periode yaitu dibuat di jurnal penyesuaian.

Untuk menentukan nilai persediaan yang terjual (HPP), dengan cara


menghitung persediaan awal ditambah dengan pembelian selama satu
periode dikurangi dengan persediaan akhir pada periode tersebut.
ILUSTRASI JURNAL PENCATATAN PERSEDIAAN
BARANG DAGANGAN SISTEM FISIK
NO. TRANSAKSI JURNAL YANG DIBUAT

1. Pembelian Pembelian Rp xxxx


Hutang Dagang/Kas Rp xxxx
2. Retur Pembelian Hutang Dagang/Ka Rp xxxx
Pembelian Rp xxxx
3. Penjualan Kas /Piutang Dagang Rp xxxx
Penjualan Rp xxxx
4. Tutup buku pada akhir Harus dilakukan inventarisasi / penghitungan barang dagang
periode akuntansi yang tersedia (Stock Opname) untuk mengetahui nilai persediaan
yang tersisa
5. Penyesuaian a. Metode Ikhtisar Rugi Laba (Income Summary)
Ikhtisar Rugi Laba Rp xxxx
Persediaan Barang Dagang (Awal) Rp xxxx
Persediaan Barang Dagang (Akhir) Rp xxxx
Ikhtisar Rugi Laba Rp xxxx
b. Metode HPP (Cost Of Good Sold)
Persediaan Barang Dagang (Akhir) Rp xxxx
HPP Rp xxxx
Disc. Pembelian Rp xxxx
Retur Pembelian Rp xxxx
Persediaan Barang Dagang (Awal) Rp xxxx
Pembelian Rp xxxx
Beban Angkut Rp xxxx
METODE – METODE PENCATATAN
PENENTUAN PERSEDIAAN AKHIR
 Metode FIFO (First In First Out)
Yaitu metode penentuan persediaan yang didasarkan pada anggapan bahwa barang
yang paling dulu dibeli (masuk) adalah yang paling dulu dijual (dikeluarkan)
Sisa persediaan : dihitung berdasarkan harga barang yang dibeli terakhir.
 Metode LIFO (Last In First Out)
Yaitu metode penentuan persediaan yang didasarkan pada anggapan bahwa barang
yang dibeli paling akhir, dianggap dijual paling dahulu.
Sisa persediaan : dihitung berdasarkan harga barang yang dibeli pertama.
 Metode Average (Rata – Rata)
Yaitu metode penentuan persediaan berdasarkan ketentuan dari perhitungan:
“Harga Pokok Rata – Rata X Jumlah Unit Persediaan”
Sisa persediaan : dihitung berdasarkan harga rata – rata selama periode
tertentu.

Dalam sistem fisik (periodik) ada 2 metode rata – rata :


a) Rata – rata sederhana
b) Rata – rata tertimbang
CONTOH SOAL
PD Abadi Jaya mencatat persediaan barang dagang dengan
metode fisik (periodik). Berikut adalah data yang diperoleh
selama bulan Januari 2015 : 
1 Jan ‘15 Persediaan awal 200 unit @ Rp 900,-
10 Jan ‘15 Pembelian 300 unit@ Rp 1.000,-
21 Jan ’15 Pembelian 400 unit@ Rp 1.100,-
29 Jan ’15 Pembelian 100 unit@ Rp 1.200,-
Pada tanggal 31 Januari 2015 Persediaan Akhir sebanyak
300 unit.
Diminta :
 Berapakah Nilai Akhir 31 Januari 2015?
 Berapakah Nilai HPP?
Jawab :
1 Jan ’15 Persediaan awal 200 unit@ Rp 900,- = Rp 180.000,-
10 Jan ’15 Pembelian 300 unit@ Rp 1.000,- = Rp 300.000,-
21 Jan ’15 Pembelian 400 unit@ Rp 1.100,- = Rp 440.000,-
29 Jan ’15 Pembelian 100 unit@ Rp 1.200,- = Rp 120.000,-
Total 1.000 unit @Rp 4.200,- = Rp 1.040.000,-

Persediaan yang terjual akhir periode :


1.000 unit – 300 unit = 700 unit
a) Metode FIFO
Persediaan akhir : 300 unit
200 unit @ Rp 1.100,- = Rp 220.000,-
100 unit @ Rp 1.200,- = Rp 120.000,-
Nilai Persediaan Akhir Rp 340.000,-

HPP = BTUD – Persediaan Akhir


= Rp 1.040.000,- – Rp 340.000,-
= Rp 700.000,-

b) Metode LIFO
Persediaan akhir : 300 unit
200 unit @ Rp 900,- = Rp 180.000,-
100 unit @ Rp 1.000,- = Rp 100.000,-
Nilai Persediaan Akhir Rp 280.000,-

HPP = BTUD – Persediaan Akhir


= Rp 1.040.000,- – Rp 280.000,-
= Rp 760.000,-
c) Metode Average
 Rata – Rata Tertimbang
Persediaan Akhir = 300 unit X (Rp 1.040.000,- / 1.000 unit)
= 300 unit X Rp 1.040,-
Nilai Persediaan Akhir = Rp 312.000,-

HPP = BTUD – Persediaan Akhir


= Rp 1.040.000,- – Rp 312.000,-
= Rp 728.000,-

 Rata – Rata Sederhana


Persediaan Akhir = 300 unit X (Rp 4.200,- / 4)
= 300 unit X Rp 1.050,-
Nilai Persediaan Akhir = Rp 315.000,-

HPP = BTUD – Persediaan Akhir


= Rp 1.040.000,- – Rp 315.000,-
= Rp 725.000,-

Anda mungkin juga menyukai