PERTEMUAN I
MODUL 1
Kewajiban Subjektif Wajib Pajak: Subjek Pajak Badan Dalam Negeri menjadi Wajib Pajak saat didirikan
atau bertempat kedudukan di Indonesia.
Kewajiban Objektif Wajib Pajak: Subjek Pajak Luar Negeri baik OP/Badan, menjadi Wajib Pajak karena
menerima atau memperoleh penghasilan yang bersumber di Indonesia melalui BUT di Indonesia.
Wajib Pajak adalah OP/Badan yang telah memenuhi kewajiban Subjektif dan Objektif
Perbedaan Wajib Pajak Dalam Negeri (WPDN) dan Wajib Pajak Luar Negeri (WPLN)
WPDN WPLN
• Dikenakan pajak atas penghasilan baik • Dikenakan pajak atas penghasilan yang berasal dari
diterima/diperoleh dari Indonesia dan luar Indonesia sumber penghasilan di Indonesia
• Dikenakan pajak berdasarkan penghasilan netto • Dikenakan pajak berdasarkan penghasilan bruto
• Tarif pajak umum (UU PPh Pasal 17) • Tarif pajak berdasarkan UU PPh Pasal 26
• Wajib menyampaikan SPT • Tidak wajib menyampaikan SPT
II. Kewajiban Pajak Subjektif
Jenis Subjek Pajak Kewajiban Pajak Subjektif Dimulai Kewajiban Pajak Subjektif Berakhir
Dalam Negeri – Badan • Saat didirikan atau bertempat • Saat dibubarkan atau tidak lagi
kedudukan di Indonesia bertempat kedudukan di Indonesia
• Saat menjalankan usaha/melakukan • Saat tidak lagi menjalankan
Luar Negeri – BUT kegiatan melalui BUT di Indonesia usaha/melakukan kegiatan melalui BUT
di Indonesia
Luar Negeri – Tidak BUT • Saat menerima/memperoleh • Saat tidak lagi menerima/memperoleh
penghasilan dari Indonesia penghasilan dari Indonesia
Warisan Belum Terbagi • Saat timbulnya warisan yang berlum • Saat warisan selesai dibagikan
terbagi
5. keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan, tanda turut serta dalam
pembiayaan, atau permodalan dalam perusahaan pertambangan;
e. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian
pajak;
f. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang;
g. dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan
pembagian sisa hasil usaha koperasi;
h. royalti atau imbalan atas penggunaan hak;
i. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
j. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
k. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah;
l. keuntungan selisih kurs mata uang asing;
m. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
n. premi asuransi;
o. iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha
atau pekerjaan bebas;
p. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak;
q. penghasilan dari usaha berbasis syariah;
r. imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara
perpajakan; dan
s. surplus Bank Indonesia.
III. Objek PPh Wajib Pajak Badan
Suatu bentuk BUT mengandung pengertian adanya suatu tempat usaha (Place of Business)
Suatu tempat usaha adalah fasilitas yang dapat berupa tanah dan gedung, mesin, peralatan, gudang, komputer,
serta agen elektronik atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa, atau digunakan oleh penyelenggara
transaksi elektronik untuk menjalankan aktivitas usaha meallui internet
Tempat usaha tersebut bersifat permanen dan digunakan untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
dari OP yang tidak bertempat tinggal/Badan yang tidak didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia
Pengertian BUT termasuk OP/Badan selaku agen yang kedudukannya tidak bebas serta yang bertindak
untuk dan atas nama OP/Badan yang tidak bertempat tinggal atau berkedudukan di Indonesia.
IV. Objek PPh BUT
Atas PKP sesudah dikurangi pajak dari BUT, dikenakan pajak Pasal 26 ayat (4)
UU No. 36 Tahun 2008 sebesar 20%
Apabila atas PKP sesudah dikurangi PPh Pasal 26 (4) tersebut ditanamkan kembali di Indonesia, atas
penghasilan tersebut dipotong pajak dengan syarat:
a. Penanaman kembali dilakukan atas seluruh PKP setelah dikurangi PPh dalam bentuk penyertaan
modal pada perusahaan yang baru didirikan dan berkedudukan di Indonesia sebagai pendiri
b. Penanaman kembali dilakukan dalam tahun pajak berjalan/selambat-lambatnya tahun pajak
berikutnya dari tahun pajak diperolehnya penghasilan tersebut
c. Tidak melakukan pengalihan atas penanaman kembali tersebut paling sedikit dalam jangka waktu dua
tahun sesudah perusahaan tempat penanaman dilakukan berproduksi secara komersial.
Contoh:
Penghasilan Kena Pajak (PKP) BUT di Indonesia Tahun 2009 Rp 17.500.000.000
PPh : 28% x Rp 17.500.000.000 Rp 4.900.000.000 (-)
PKP setelah dikurangi PPh Rp 12.600.000.000
PPh yang dipotong : 20% x Rp 12.600.000.000 Rp 2.520.000.000
a. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara,
serta bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi OP
b. Penghasilan berupa hadiah undian
c. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivative yang diperdagangkan
di bursa, serta transaksi penjualan saham/pengalihan penyertaan modal pada perusahaan
pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura
d. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah/bangunan, usaha jas akonstruksi, usaha
real estate dan persewaan tanah/bangunan
e. Penghasilan tertentu lainnya yang diatur dengan peraturan pemerintahan
VIII. Dikecualikan dari Objek Pajak