Anda di halaman 1dari 45

GANGGUAN SISTEM URINARIA

DAN PERADANGAN PADA


URINARIA
KELOMPOK 3
PADILLA ERWIN
RESTI
IIN FATMALA
MAYA
ATUS MEIDOGDA
Gangguan System Urinaria
Kelainan konginital pada system urinaria
o Williems Tumor

 Definisi
Tumor wilms adalah tumor ginjal campuran ganas yang
tumbuh dengan cepat, terbentuk dari unsur embrional,
biasanya mengenai anak-anak sebelum usia lima tahun
(kamus kedokteran dorland). Tumor Wilms
(Nefroblastoma) adalah tumor ginjal yang tumbuh dari sel
embrional primitive diginjal.Tumor Wilms biasanya
ditemukan pada anak-anak yang berumur kurang dari 5
tahun, tetapi kadang ditemukan pada anak yang lebih
besar atau orang dewasa. Tumor Wilms merupakan tumor
ganas intraabdomen yang tersering pada anak-anak.
 Penyebab
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor
genetik. Tumor wilms berhubungan dengan kelainan bawaan
tertentu, seperti :
 Kelainan saluran kemih.
 Aniridia (tidak memiliki iris).
 Hemihipertrofi ( pembesaran separuh bagian tubuh ).

 Manifestasi Klinik
 Adanya massa dalam perut (tumor abdomen).
 Hematuri akibat infiltrasi tumor ke dalam sistem kaliks.
 Hipertensi diduga karena penekanan tumor atau hematom
pada pembuluh - pembuluh darah yang mensuplai darah ke
ginjal, sehingga terjadi iskemi jaringan yang akan merangsang
pelepasan renin atau tumor sendiri mengeluarkan rennin.
 Anemia.
 Penurunan berat badan.
 Infeksi saluran kencing.
 Demam.
 Malaise.
 Anoreksia.
 Nyeri perut yang bersifat kolik, akibat adanya gumpalan darah dalam saluran
kencing.
 Tumor Wilms tidak jarang dijumpai bersama kelainan kongenital lainnya,
seperti aniridia, hemihiperttofi, anomali saluran kemih atau genitalia dan
retardasi mental.

 Patofisiologi

Tumor Wilms (Nefroblastoma) merupakan tumor ginjal yang


tumbuh dari sel embrional primitif diginjal, makroskapis ginjal
akan tampak membesar dan keras sedangkan gambaran histo-
patologisnya menunjukan gabungan dari pembentukan abortif
glomerulus dan gambaran otot polos, otot serat lintang, tulang
rawan dan tulang. Biasanya unilateral dan hanya 3-10%
ditemukan bilateral. Tumor bermetastase ke paru, hati, ginjal,
dan jarang sekali ke tulang.
 Pathway
 Penatalaksanaan

 Keperawatan
1. Kemoterapi
2. Aktinomisin D
3. Vinkristin
4. Adriamisin
5. Cisplatin
6. Siklofosfamid

 Medis
1. Pembedahan Keperawatan perioperatif
2. Radioterapi
Peradangan Pada Urinaria
Nefritic Syndrome
 Definisi
Nefrotik sindrom merupakan gangguan klinis ditandai oleh (1)
peningkatan protein dalam urin secara bermakna (proteinuria) (2)
penurunan albumin dalam darah (3) edema, dan (4) serum kolesterol
yang tinggi dan lipoprotein densitas rendah (hiperlipidemia). Tanda-
tanda tersebut dijumpai di setiap kondisi yang sangat merusak
membran kapiler glomerulus dan menyebabkan peningkatan
permeabilitas glomerulus (Brunner & Suddarth, 2001.

 Penyebab
Penyebab sindrom nefrotik dibagi menjadi dua menurut Muttaqin,
2012 adalah:
 Primer, yaitu berkaitan dengan berbagai penyakit ginjal, seperti
glomerulonefritis, dan nefrotik sindrom perubahan minimal
 Sekunder, yaitu yang diakibatkan infeksi, penggunaan obat, dan
penyakit sistemik lain, seperti diabetes mellitus, sistema lupus
eritematosus, dan amyloidosis
 Manifestasi Klinik
Adapun manifestasi klinis menurut Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol. 2
(2001), manifestasi utama sindrom nefrotik adalah edema. Edema
biasanya lunak dan cekung bila ditekan (pitting), dan umumnya
ditemukan di sekitar mata (periorbital), pada area ekstremitas
(sekrum, tumit, dan tangan), dan pada abdomen (asites). Gejala lain
seperti malese, sakit kepala, iritabilitas dan keletihan umumnya
terjadi.

 Patofisiologi
Kelainan yang terjadi pada sindrom nefrotik yang paling utama
adalah proteinuria sedangkan yang lain dianggap sebagai
manifestasi sekunder. Kelainan ini disebabkan oleh karena kenaikan
permeabilitas dinding kapiler glomerulus yang sebabnya belum
diketahui yang terkait dengan hilangnya muatan negative gliko
protein dalam dinding kapiler. Pada sindrom nefrotik keluarnya
protein terdiri atas campuran albumin dan protein yang sebelumnya
terjadi filtrasi protein didalam tubulus terlalu banyak akibat dari
kebocoran glomerolus dan akhirnya diekskresikan dalam urin. (Latas,
2002 : 383).
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan
berakibat pada hilangnya protein plasma dan kemudian akan
terjadinya proteinuria. Kelanjutan dari proteinuria
menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan menurunya
albumin, tekanan osmotic plasma menurun sehingga cairan
intravascular berpindah ke dalam intertisial. Perpindahan
cairan tersebut menjadikan volume cairan intravascular
berkurang, sehingga menurunkan jumlah aliran darah ke
renal karena hipovolemi. Menurunya aliran darah ke renal,
ginjal akan melakukan kompensasi dengan merangsang
produksi renin angiotensin dan peningkatan sekresi
antideuretik hormone (ADH) dan sekresi aldosteron yang
kemudian menjadi retensi natrium dan air. Dengan retensi
natrium dan air, akan menyebabkan edema (Wati, 2012).
 Pathway
 Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mempertahankan


fungsi ginjal. Menjaga pasien dalam keadaan tirah baring
selama beberapa hari mungkin diperlukan untuk
meningkatkan diuresis guna mengurangi edema. Masukan
protein ditingkatkan untuk menggantikan protein yang
hilang dalam urin dan untuk membentuk cadangan protein
di tubuh. Jika edema berat, pasien diberikan diet rendah
natrium. Diuretik diresepkan untuk pasien dengan edema
berat, dan adrenokortikosteroid (prednison) digunakan
untuk mengurangi proteinuria (Brunner & Suddarth, 2001).
Medikasi lain yang digunakan dalam penanganan sindrom
nefrotik mencakup agens antineoplastik (Cytoxan) atau
agens imunosupresif (Imuran, Leukeran, atau siklosporin),
jika terjadi kambuh, penanganan kortikosteroid ulang
diperlukan (Brunner & Suddarth, 2001).
Glomerulo Nefritis Cronic
 Definisi

Glomerulonefritis adalah nefritis akut atau kronik yang berkaitan dengan


inflamasi pada pembuluh darah glomeruli ginjal. Penyakit ini bisa
disebabkan oleh bermacam hal seperti infeksi, autoimun, vaskulitis, dan
idiopatik.

 Penyebab

Secara garis besar, etiologi glomerulonefritis adalah segala hal yang dapat
mencetuskan respons imun pada glomerulus. Beberapa penyakit sistemik
juga dapat mencetuskan terjadinya glomerulonefritis. Berikut ini merupakan
beberapa penyakit sistemik dan obat yang dapat menyebabkan
glomerulonefritis:
 Penyakit imunologi: lupus eritematosus sistemik, granulomatosis dengan

poliangitis, penyakit jaringan ikat campuran, Henoch-Schonlein purpura


 Penyakit metabolik-genetik: diabetes mellitus, amiloidosis, penyakit sel sabit
 Penyakit hematoonkologi: multipel myeloma, macroglobulinemia,

krioglobulinemia, trombositopenia trombotik purpura, sindroma hemolitik-


uremik, limfoma, leukemia, dan karsinoma
 Obat-obatan: obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), captopril, siklosporin, 
tacrolimus, bifosfonat, penicillamine[6-8]
 Manifestasi klinis
Gejala yang muncul pada penderita glomerulonefritis tergantung pada
jenis penyakitnya, apakah akut atau kronis. Gejala yang umumnya muncul
antara lain:
 Urin berwarna kemerahan (hematuria)
 Urine yang berbuih
 Tekanan darah tinggi atau hipertensi
 Wajah, tangan, kaki, dan perut yang bengkak
 Mudah lelah
 Frekuensi buang air kecil berkurang

 Patofisiologi
Patofisiologi dasar dari glomerulonefritis adalah deposisi kompleks
antigen-antibodi pada membran basal glomerular. Secara kasat mata,
ginjal akan tampak membesar hingga 50%. Secara histopatologi, akan
terlihat infiltrasi sel polimorfonuklear dan edema pada sel ginjal.
Pada post streptococcal glomerulonephritis  (PSGN), neuraminidase
Streptokokus dapat menyebabkan terbentuknya kompleks antigen-
antibodi yang akan menumpuk di glomeruli. Hal ini akan memicu respon
imun lebih lanjut dan pelepasan sitokin proinflamasi.
 Pathway
 Penatalaksanaan

 Prinsip penatalaksanaan glomerulonefritis sekunder adalah


menangani penyakit sistemik yang  mendasari. Pada
glomerulonefritis primer, tata laksana umumnya bersifat
suportif yang disertai dengan terapi imunosupresif.

 Medikamentosa
Beberapa golongan obat yang dapat diberikan antara lain
antibiotik, antihipertensi, kortikosteroid, imunosupresan, dan
penurun lipid.
ASUHAN KEPERAWATAN
Williems Tumor
Pengkajian
1. Identitas : Menanyakan nama, jenis kelamin ,alamat, nomor
telepon yang bisa dihubungi
2. Riwayat kesehatan sekarang Klien mengeluh kencing berwarna
seperti cucian daging, bengkak sekitar perut. Tidak nafsu makan,
mual , muntah dan diare. Badan panas hanya sutu hari pertama
sakit.
3. Riwayat kesehatan dahulu Apakah klien pernah mengeluh
kelainan pada ginjal sebelumnya, atau gejalagejala tumor wilms
4. Riwayat kesehatan keluarga Apakah ada riwayata keluarga klien
pernah mengidap kanker atau tumor sebelumnya
5. Pemeriksaan fisik Melakukan pemeriksaan TTV klien, dan
mengobservasi head to too dan yang harus di perhatikan adalah
palpasi abdomen yang cermat dan pengukuran tekanan darah
pada keempat ektremitas. Tumor dapat memproduksi renin atau
menyebabkan kompresi vaskuler sehingga mengakibatkan
hipertensi. Deskripsi yang rinci mengenai kelainan traktus
urinarius dan adanya aniridia atau hemihipertrofi juga perlu dicari.
6. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium tidak banyak membantu, hanya dapat
ditemukan laju endap darah yang meninggi dan kadang kadang
ditemukan hematuria. Bila kedua kelainan labolatorium ini
ditemukan, maka prognosis diagnosa buruk
b.Pada foto polos abdomen akan tampak masa jaringan lunak dan
jarang ditemukan klasifikasi didalamnya
c. Pemeriksaan pielografi intravena dapat memperlihatkan gambaran
distori, penekanan dan pemanjangan susunan pelvis dan kalises.
d. Dari pemeriksaan renoarteriogram didaptkan gambaran arteri
yang memasuki masa tumor. Foto thoraks dibuat untuk mencari
metastasi kedalam paru-paru.
7. Pola aktivitas
a. Pola nutrisi dan metabolic
Suhu badan normal hanya panas hari pertama sakit. Dapat terjadi
kelebihan beban sirkulasi karena adanya retensi natrium dan air,
edema pada sekitar mata dan seluruh tubuh. Klien mudah
mengalami infeksi karena adanya depresi sistem imun. Adanya mual
, muntah dan anoreksia menyebabkan intake nutrisi yang tidak
adekuat. BB meningkat karena adanya edema. Perlukaan pada kulit
dapat terjadi karena uremia.
b. Pola eliminasi
Eliminasi alvi tidak ada gangguan, eliminasi uri : gangguan pada
glumerulus menyebakan sisa-sisa metabolisme tidak dapat
diekskresi dan terjadi penyerapan kembali air dan natrium pada
tubulus yang tidak mengalami gangguan yang menyebabkan oliguria
sampai anuria ,proteinuri, hematuria.

c. Aktifitas dan latihan : Pada Klien dengan kelemahan malaise,


kelemahan otot dan kehilangan tonus karena adanya hiperkalemia.
Dalam perawatan klien perlu istirahat karena adanya kelainan
jantung dan dan tekanan darah mutlak selama 2 minggu dan
mobilisasi duduk dimulai bila tekanan ddarah sudah normal selama
1 minggu. Adanya edema paru maka pada inspeksi terlihat retraksi
dada, pengggunaan otot bantu napas, teraba , auskultasi terdengar
rales dan krekels , pasien,mengeluh,sesak,,frekuensi
napas.Kelebihan beban sirkulasi dapat menyebabkan pemmbesaran
jantung (Dispnea, ortopnea dan pasien terlihat lemah), anemia dan
hipertensi yang juga disebabkan oleh spasme pembuluh darah.
Hipertensi yang menetap dapat menyebabkan gagal jantung.
Hipertensi ensefalopati merupakan gejala serebrum karena
hipertensi dengan gejala penglihatan kabur, pusing, muntah, dan
kejang-kejang.
d. Pola tidur dan istirahat Klien tidak dapat tidur terlentang
karena sesak dan gatal karena adanya uremia. keletihan,
kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus
e. Kognitif & perseptual Peningkatan ureum darah
menyebabkan kulit bersisik kasar dan rasa gatal. Gangguan
penglihatan dapat terjadi apabila terjadi ensefalopati
hipertensi. Hipertemi terjadi pada hari pertama sakit dan
ditemukan bila ada infeksi karena inumnitas yang menurun.
f. Persepsi diri
Klien cemas dan takut karena urinenya berwarna merah dan
edema dan perawatan yang lama. Anak berharap dapat
sembuh kembali seperti semula
g. Hubungan peran Anak tidak dibesuk oleh teman –
temannya karena jauh dan lingkungan perawatan yang baru
serta kondisi kritis menyebabkan anak banyak diam
 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang bisa muncul adalah


1. Nyeri berhubungan dengan efek fisiologis dari
neoplasia
2. Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan
berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolime, kehilangan protein dan penurunan intake.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan
4. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan
mempunyai anak yang menderita penyakit yang
mengancam kehidupan
5. Resiko tinggi kekurangan volume cairan (intravaskuler)
berhubungan dengan kehilangan protein dan cairan
6. Ansietas berhubungan dengan defisit pengetahuan 7.
Resiko Infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan
 Rencana Keperawatan
`Diagnosa 1 Nyeri berhubungan dengan efek fisiologis dari
neoplasia
Tujuan : Pacien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun
sampai tingkat yang dapat diterima anak.
Intervensi 1. Kaji tingkat nyeri

Rasional
1. Menentukan tindakan selanjutnya
2. Lakukan tehnik pengurangan nyeri sebagai analgesik
tambahan nonfarmakologis.
3. Berikan analgesik sesuai ketentuan untuk mengurangi rasa
sakit
4. Berikan obat dengan jadwal preventif untuk mencegah
kambuhnya nyeri
5. Hindari aspirin atau senyawanya karena aspirin
meningkatkan kecenderungan pendarahan
Diagnosa 2 Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan
berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolime,
kehilangan protein dan penurunan intake
Tujuan : Kebutuhan Nutrisi tubuh terpenuhi
Intervensi : Kaji adanya tanda-tanda perubahan nutrisi

Rasional

1.Monitoring asupan nutrisi bagi tubuh yang akurat


2. Gangguan nutrisi dapat terjadi secara Anoreksi, Letargi,
hipoproteinemia.
3. Beri diet yang bergizi. Diare sebagai reaksi oedema intestine
dapat memperburuk status nutrisi
4. Beri makanan dalam porsi kecil tapi sering untk mencegah
status nutrisi menjadi lebih buruk
5. Beri suplemen vitamin dan besi sesuai untuk membantu
dalam proses metabolisme.
Diagnosa 3 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelelahan
Tujuan : Pasien mendapat istrahat yang adekut
Intervensi : Pertahangkan tirah baring

Rasional

1.Mengurangi pengeluaran energi


2. Seimbangkan istrahat dan aktivitas bila terjadi edema bera.
3. Mengurangi kelelahan pada pasien ambulasi
4. Intrusikan pada anak untuk istrahat bila ia merasa lelah
untuk mmenghemat energi
Diagnosa 4 Perubahan proses keluarga berhubungan dengan
mempunyai anak yang menderita penyakit yang mengancam
kehidupan
Tujuan : Pasien (keluarga) menunjukan pengetahuan tentang
prosedur diagnostik/terapi.
Intervensi : Menjelaskan pengetahuan tentang prosedur
Rasional

1. Jelaskan alasan setiap tes dan prosedur.


2. Jelaskan prosedur operatif dengan jujur
3. Jelaskan tentang proses penyakit.
Nefritic Syndrome
 Pengkajian

 Identitas Klien
1. Umur: Lebih banyak pada anak-anak terutama pada usia pra-sekolah (3-6
th). Ini dikarenakan adanya gangguan pada sistem imunitas tubuh dan
kelainan genetik sejak lahir.
2. Jenis kelamin: Anak laki-laki lebih sering terjadi dibandingkan anak
perempuan dengan rasio 2:1. Ini dikarenakan pada fase umur anak 3-6 tahun
terjadi perkembangan psikoseksual : dimana anak berada pada fase
oedipal/falik dengan ciri meraba-raba dan merasakan kenikmatan dari
beberapa daerah genitalnya. Kebiasaan ini dapat mempengaruhi kebersihan
diri terutama daerah genital. Karena anak-anak pada masa ini juga sering
bermain dan kebersihan tangan kurang terjaga. Hal ini nantinya juga dapat
memicu terjadinya infeksi.
3. Agama
4. Suku/bangsa
5. Status
6. Pendidikan
7. Pekerjaan
 Identitas penanggung jawab
Hal yang perlu dikaji meliputi nama, umur, pendidikan,
agama, dan hubungannya dengan klien.
 Riwayat Kesehatan
 Keluhan utama: Kaki edema, wajah sembab,
kelemahan fisik, perut membesar (adanya acites)

 Riwayat Kesehatan Sekarang


Untuk pengkajian riwayat kesehatan sekarang, perawatan
perlu menanyakan hal berikut:
 Kaji berapa lama keluhan adanya perubahan urine
output
 Kaji onset keluhan bengkak pada wajah atau kaki
apakah disertai dengan adanya keluhan pusing dan
cepat lelah
 Kaji adanya anoreksia pada klien
 Kaji adanya keluhan sakit kepala dan malaise
 Riwayat Kesehatan Dahulu
Perawat perlu mengkaji:
 Apakah klien pernah menderita penyakit edema?
 Apakah ada riwayat dirawat dengan penyakit diabetes melitus dan
penyakit hipertensi pada masa sebelumnya?
 Penting juga dikaji tentang riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu
dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adanya penyakit keturunan dalam keluarga seperti DM yang
memicu timbulnya manifestasi klinis sindrom nefrotik

 Kebutuhan bio-psiko-sosio-spiritual :
 Pola nutrisi dan metabolisme: Anoreksia, mual, muntah.
 Pola eliminasi: Diare, oliguria.
 Pola aktivitas dan latihan: Mudah lelah, malaise
 Pola istirahat tidur: Susah tidur
 Pola mekanisme koping :  Cemas, maladaptif
 Pola persepsi diri dan konsep diri : Putus asa, rendah diri
 Diagnosa keperawatan
 Kelebihan volume cairan berhubungan
dengan gangguan mekanisme regulasi
Batasan Karakteristik :
 Edema
 Ansietas

 Anasarka

 Gangguan pola nafas

 Oliguria

 Penambahan berat badan dalam waktu singkat

 Perubahan berat jenis urine


 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan faktor biologis
(hipoproteinemia) dan kurang asupan makanan
(anoreksia)
Batasan Karakteristik :
 Cepat kenyang setelah makan
 Gangguan sensasi rasa
 Kurang minat pada makanan

 Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit


(edema)
Batasan Karakteristik :
 Berfokus pada penampilan masa lalu
 Menghindari melihat tubuh
 Menghindari menyentuh tubuh
 Menyembunyikan bagian tubuh
 Takut reaksi orang lain
 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan
dengan mokus dengan jumlah berlebihan (efusi pleura)
Batasan Karakteristik :
 Suara nafas tambahan
 Perubahan frekuensi dan irama napas
 Sianosis
 Dipsneu
 Gelisah

 Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan


dengan penekanan tubuh terlalu dalam akibat edema
Batasan Karakteristik :
 Perubahan karakteristik kulit (warna, elastisitas, rambut,
kelembapan, kuku, sensasi, suhu)
 Waktu pengisian kapiler > 3 detik
 Warna tidak kembali ke tungkai saat tungkai diturunkan
 Edema
 Paresresia
 Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
nafas tidak adekuat
 Batasan Karakteristik :
 Perubahan kedalaman pernapasan
 Penurunan tekanan ekspirasi
 Bradipnea
 Dipsnea
 Penurunan ventilasi semeniit

 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan


umum
 Batasan Karakteristik :
 Ketidaknyamanan setelah beraktivitas
 Dipsnea setelah beraktivitas
 Menyatakan merasa letih
 Menyatakan merasa lemah
 Penurunan curah jantung berhubungan dengan
perubahan frekuensi jantung
 Batasan Karakteristik :
 Bradikardia
 Palpitasi jantung
 Perubahan elektrokardiogram (EKG) (mis., aritmia,
abnormalitas konduksi, iskemia)
 Takikardia
Glomerulo Nefritis Cronic

 Pengkajian
1. Identitas pasien
Glomerulus nefritis kronik biasanya ditemukan pada anak
usia sekolah 2 – 15 tahun dan lebih sering terjadi pada
anak laki – laki dibanding anak perempuan.

2. Keluhan utama
pada anak dengan glomerulus nefritis kronik biasanya
memiliki keluhan seperti edema dan hipertensi.
3.Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Yang harus dikaji adalah adakah hematuria, gejalah
gangguan saluran kemih, penurunan berat badan, mual,
muntah, anoreksia, bengkak pada tungkai, mata, kencing
berwarna seperti cucian daging, peningkatan tekanan darah
dan peningkatan suhu badan.
2. Riwayat kesehatan dahulu
Yang harus dikaji antara lain penyakit anak sebelumnya,
apakah pernah dirawat di RS sebelumnya, obat – obatan
yang digunakan sebelumnya, riwayat alergi, riwayat operasi
sebelumnya atau kecelakaan dan imunisasi dasar.
3. Riwayat kesehatan keluarga (genogram)
Yang harus dikaji adanya riwayat penyakit ginjal dalam
keluarga dan penyakit turunan dalam keluarga seperti DM,
Hipertensi, dll
 Diagnosa keperawatan

1. Perfusi jaringan renal tidak efektif b/d hipervolemia yang ditandai


dengan tekanan sistole dan diastole tidak normal, ada distensi vena
leher, intake output tidak seimbang, ada edema perifer, ada asites,
hematokrit tidak normal, BUN tidak normal, kreatinin tidak normal.
2. Kelebihan volume cairan b/d gangguan mekanisme regulasi yang
ditandai dengan edema, intake dan output 24 jam tidak seimbang,
elektrolit urin dalam batas tidak normal, pengeluaran urin tidak
normal, tekanan darah tidak normal, berat jenis urin tidak normal.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
ketidakmampuan makan yang ditandai dengan nafsu makan
menurun, BB menurun, mual muntah, hematokrit tidak normal,
albumin tidak normal.
4. Gangguan eliminasi urine b.d. obstruksi anatomik yang ditandai
dengan terjadi hematuria, terjadi retensi urine, BUN tidak normal,
kreatinin tidak normal.
5. Hambatan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi – perfusi
yang ditandai dengan terjadi sianosis, pusing, dispnea, keletihan,
hipoksia
 Perencanaan keperawatan
1. Perfusi jaringan renal tidak efektif b/d hipervolemia
Intervensi :
1) Kaji adanya edema pada area tergantung pada pasien. R/ edema pada
area tergantung dapat mengindikasikan kurangnya fungsi ginjal.
2) Pantau dan dokumentasikan asupan dan haluaran pasien setiap 2
hingga 4 jam. R/ penurunan atau tidak adanya haluaran urine biasanya
mengindikasikan perfusi renal yang buruk .
3) Pantau dan dokumentasikan warna dan karakteristik urine pasien. R/
urine yang pekat dapat mengindikasikan fungsi ginjal yang buruk.
4) Pantau berat jenis urine, kadar elektrolit serum, BUN, dan kreatinin
pasien. R/ peningkatan kadar dapat mengindikasikan penurunan fungsi
ginjal.
5) Observasi pola berkemih pasien R/ untuk mencatat penyimpangan dari
normal.
6) Kolaborasi pemberian dopamin dosis rendah, sesuai program. R/ untuk
mendilatasikan arteri renal pasien dan meningkatkan perfusi jaringan.
7) Jelaskan kepada pasien, anggota keluarga atau pasangan tentang alasan
terapi dan efek yang diharapkan. R/ untuk mendorong pasien dan
keluarga berperan aktif dalam pemeliharaan kesehatan.
2. Kelebihan volume cairan b/d gangguan mekanisme regulasi

Intervensi :
1. Kaji masukan yang relatif terhadap keluaran serta Ukur dan catat masukan
keluaran dengan akurat. R/ mengetahui secara pasti masukan dan pengeluaran
cairan.
2. Timbang berat badan setiap hari ( atau lebih, bila diindikasikan) R/ untuk
mengkaji retensi air.
3. Kaji perubahan edema, ukur lingkar abdomen pada umbilikus R/ mengkaji
akumulasi cairan dan mengkaji asites.
4. Observasi edema disekitar mata dan area dependen. R/ bagian ini merupakan sisi
umum edema, sehingga membantu mengetahui akumulasi cairan.
5. Atur masukan cairan dengan cermat. R/ pasien tidak mendapatkan lebih dari
jumlah yang ditentukan.
6. Pantau infus intravena R/ untuk mempertahankan masukan yang diresepkan.
7. Kolaborasi pemberian kortikosteroid sesuai ketentuan R/ untuk menurunkan
ekskresi protein urin.
8. Kolaborasi pemberian diuretik bila di indikasikan R/ untuk memberikan
penghilangan sementara edema.
9. Jelaskan kondisi perkemihan pasien kepada pasien dan anggota keluarga atau
pasangan termasuk petunjuk tindakan pencegahan. R/ pengetahuan kesehatan
yang akurat akan meningkatkan kemampuan pasien dalam mempertahankan
kesehatan.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
ketidakmampuan makan.

Intervensi :
1. Catat status nutrisi pasien, BB, integritas mukosa oral,
kemampuan menelan, tonus otot, mual muntah. R/ dapat
menentukan intervensi yang tepat.
2. Perhatikan diet R/ membantu mengidentifikasi
kebutuhan/kekuatan khusus.
3. Awasi masukan serta BB secara periodic. R/ mengukur
keefektifan nutrisi dan cairan.
4. Beri makanan dalam porsi sedikit pada awalnya 37 R/
merangsang nafsu makan.
5. Beri makanan dengan cara yang menarik R/ meningkatkan
keinginan untuk makan.
6. Kolaborasi dengan ahli gizi diet rendah garam R/ Untuk
mengurangi edema dan menjaga keseimbangan cairan tubuh
4. Gangguan eliminasi urine b.d. obstruksi anatomik

Intervensi :
1. Berikan perawatan yang tepat untuk kondisi perkemihan pasien
( contoh menyaring spesimen urine untuk melihat adanya batu atau
fragmen batu ) R/ umtuk membantu mendukung pemulihan.
2. Pantau status neuromuskular dan pola berkemih pasien:
dokumentasikan dan laporkan asupan dan haluaran. R/ pengukuran
asupan dan haluaran yang akurat sangat penting untuk pemberian
terapi penggantian cairan yang benar.
3. Observasi pola berkemih pasien. Dokumentasikan warna dan
karakteristik urine, asupan dan haluaran. Laporkan semua
perubahannya R/ karakteristik urine membantu penegakan diagnosis.
4. Kolaborasi pemberian obat nyeri yang diprogramkan dan pantau
keefektifannya. R/ kesadaran bahwa nyeri dapat diredakan akan
menurunkan intensitas nyeri.
5. Jelaskan kondisi perkemihan pasien kepada pasien dan anggota
keluarga atau pasangan termasuk petunjuk tindakan pencegahan. R/
pengetahuan kesehatan yang akurat akan meningkatkan kemampuan
pasien dalam mempertahankan kesehatan.
5. Hambatan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi –
perfusi

Intervensi :
1. Anjurkan pasien untuk menyelingi periode istirahat dan aktivitas.
38 R/ aktifitas meninkatkan kebutuhan oksigen jaringan, istirahat
meningkatkan perfusi oksigen jaringan
2. Rencanakan aktivitas pasien dalam tingkatan yang masih dapat
ditoleransi R/ untuk menghindari keletihan
3. Observasi pemeriksaan laboratorium urine dan feses R/ untuk
mendekteksi perdarahan internal.
4. Pantau tanda – tanda vital, irama jantung, GDA serta hemoglobin.
R/ perubahan pada satu atau semua parameter tersebut dapat
mengindikasikan awitan komplikasi serius.
5. Jelaskan kondisi pernapasan pasien, kepada pasien dan anggota
keluarga atau pasangan termasuk petunjuk tindakan pencegahan.
R/ pengetahuan kesehatan yang akurat akan meningkatkan
kemampuan pasien dalam mempertahankan kesehatan.
Tinjauan Pustaka
 http://
repository.poltekeskupang.ac.id/1866/1/RAMON%20ADYESA
%20TOBE.pdf
 https://
www.academia.edu/35381411/Asuhan_Keperawatan_pada_Kl
ien_dengan_Sindrom_Nefrotik
 https://lifepack.id/sindrom-nefrotik-gejala-penyebab-dan-c
ara-mengobati
/
 https://
pdfdokumen.com/download/askep-anak-dengan-tumor-will
_59dad8eb1723dde65a72bf0b_pdf
 https://
pdfcoffee.com/keperawatan-anak-ii-patofisiologi-kelainan-k
ongenital-pada-anak-dan-asuhan-keperawatan-pada-anak-
willems-tumor-pdf-free.html
SEKIAN DAN TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai