Anda di halaman 1dari 50

KELOMPOK 6

GANGGUAN SISTEM IMUN


AIDS (Acquired Immune Deficiency
Syndrome)
DHF (Dengue Haemoragic Fever)
SLE (systemic lupus erythematosus)
1.ALFIYYAH NURUL SHABIRAH (A1C219096)
2.NURMITA (A1C219081)
3.FEBRIANA UKAS (A1C219089)
4.FIRDA AZIZAH (A1C219076)
5.AYU RAHMA SAVITRI (A1C221060)
DEFINISI AIDS(Acquired
Immune Deficiency Syndrome)
 Menurut FKUI (1993 : 354)
AIDS adalah penyakit defisiensi imunitas seluler akibat
kehilangan kekebalan yang dapat mempermudah terkena
berbagai infeksi seperti bakteri, jamur, parasit dan virus
tertentu yang bersifat oportunistik.
 Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan AIDS
adalah kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya system
kekebalan tubuh secara bertahap yang disebabkan oleh
retrovirus (HIV) yang dapat mempermudah terkena
berbagai infeksi seperti bakteri, jamur, parasit dan virus.
ETIOLOGI

Penyebab penyakit AIDS adalah hiv yaitu virus yang masuk


dalam kelompok retrovirus yang biasanya menyerang organ
organ vital sistem kekebalan tubuh manusia.
Resiko HIV utama pada anak-anak yaitu:
1.Pemakaian obat oleh ibunya
2.Pasangan sexual dari ibunya yang memakai obat intravena
3.Ibu penderita HIV positif kepada bayinya ketika dalam
kandungan,saat melahirkan atau melalui air susu ibu (ASI)
MANIFESTASI KLINIK

1.Bayi
Beberapa gejala HIV pada anak usia balita yang akan
muncul, antara lain:Tumbuh kembang anak terhambat.
Misalnya, berat badan tidak kunjung naik.Perut membesar
karena adanya pembengkakan pada hati dan limpa
mereka.Mengalami diare dengan frekuensi yang tidak
menentu.Sariawan akibat infeksi jamur pada mulut anak
yang ditandai dengan bercak-bercak putih di rongga pipi
dan lidah.
2. Anak
Bagi anak yang berusia lebih dari dua tahun, gejala HIV mereka dapat dibagi
menjadi tiga kategori, dari ringan hingga parah.
 Gejala HIV ringan pada anak usia sekolah:Pembengkakan kelenjar getah
bening.Kelenjar parotis (kelenjar ludah yang terletak di dekat telinga)
membengkak.Sering mengalami infeksi sinus dan telinga.Mengalami gatal dan
terdapat ruam pada kulit.Pembengkakan perut akibat membengkaknya hati dan
limpa anak.
 Gejala HIV taraf sedang pada anak usia sekolahSariawan yang berlangsung lebih
dari dua bulan.Pneumonitis, yaitu pembengkakan dan peradangan jaringan paru-
paru.Diare.Demam tinggi yang tidak kunjung sembuh lebih dari satu
bulan.Hepatitis atau peradangan organ hati.Cacar air dengan
komplikasi.Gangguan atau penyakit ginjal.
 Gejala HIV parah pada anak usia sekolahMenderita dua infeksi bakteri yang
serius dalam dua tahun belakangan ini, seperti meningitis atau sepsis.Infeksi
jamur pada saluran pencernaan dan paru-paru.Peradangan otak atau
ensefalitis.Tumor atau lesi ganas.Pneumocytis jiroveci, jenis pneumonia yang
paling sering terjadi pada penderita HIV.
PATOFISIOLOGI

Virus AIDS menyerang sel darah putih ( limfosit T4 ) yang


merupakan sumberkekebalan tubuh untuk menangkal berbagai
penyakit infeksi. Dengan memasuki sel T4 , virusmemaksa limfosit
T4 untuk memperbanyak dirinya sehingga akhirnya menurun,
sehinggamenyebabkan tubuh mudah terserang infeksi dari luar (baik
virus lain, bakteri, jamur atauparasit). Hal ini menyebabkan
kematian pada orang yang terjangkit HIV / AIDS. Selainmenyerang
limfosit T4, virus AIDS juga memasuki sel tubuh yang lain, organ
yang seringterkena adalah otak dan susunan saraf lainnya. AIDS
diliputi oleh selaput pembungkus yangsifatnya toksik ( racun )
terhadap sel, khususnya sel otak dan susunan saraf pusat dan
tepilainnya yang dapat menyebabkan kematian sel otak. Masa
inkubasi dan virus ini berkisarantara 6 bulan sampai dengan 5 tahun,
ada yang mencapai 11 tahun, tetapi yang terbanyak kurang dari 11
tahun. (DEPKES 1997)
PATHWAY
PENATALAKSANAAN
 Keperawatan
Menurut hidayat (2008) perawatan pada anak yang terinfeksi HIV antara lain:
1.Suportif dengan cara mengusahakan agar gizi cukup,hidup sehat dan mencegah
kemungkinan terjadi infeksi
2.Menanggulangi infeksi opportunistic atau infeksi lain serta keganasan yang ada.
3.Menghambat replikasi HIV dengan obat antivirus seperti golongan dideosinukleotid
,yaitu azidomitidin (AZT) yang dapat menghambat enzim RT dengan berintegrasi ke
DNA virus,sehingga tidak terjadi transkripsi DNA HIV.
4.Mengatasi dampak psikososial.

 Medis
1.Pengendalian infeksi oportunistik
2.Terapi AZT (Azitomidin)
3.Terapi antiviral baru
4.Vaksin dan rekonstruksi virus
PENGKAJIAN SECARA
TEORI
A. PENGKAJIAN
Pada pengkajian anak HIV positif atau AIDS pada anak
rata-rata dimasa perinatalsekitar usia 9-17 tahun.
Keluhan utama dapat berupa :.
 Demam dan diare yang berkepanjangan.
 Tachipnae.
 Batuk.
 Sesak nafas
 Hipoksia
Kemudian diikuti dengan adanya perubahan :
 Berat badan dan tinggi badan yang tidak naik
 Diare lebih dan satu bulan.
 Demam lebih dan satu bulan.
 Mulut dan faring dijumpai bercak putih.
 Limfadenopati yang menyeluruh.
 infeksi yang berulang (otitis media, faringitis).
 Batuk yang menetap (> 1 bulan)
 Dermatitis yang mnyeluruh
Pada riwayat penyakit dahulu adanya riwayat transfusi darah (dari orang
yang terinfeksi HIV /AIDS)Pada ibu atau hubungan seksual.Kemudian pada
riwayat penyakit keluarga dapat dimungkinkan:
 Adanya orang tua yang terinfeksi HIV/AIDS atau penyalahgunaan obat.
Adanya riwayat ibu selama hamil terinfeksi HIV (50% TERTULAR)
 Adanya penularan terjadi pada minggu ke 9 hingga minggu ke 20 dari
kehamilan
 Adanya penularan pada proses melahirkan
 Terjadinya kontak darah dan bayi.
 Adanya penularan setelah lahir dapat terjadi melalui ASI
 Adanya kejanggalan pertumbuhan (failure to thrife)
Pada pengkajian faktor resiko anak dan bayi tertular HIV diantaranya :
Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan biseksual
 Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan yang berganti-ganti
 Bayi yang lahir dan ibu dengan penyalahgunaan obat melalui vena
 Bayi atau anak yang mendapat tranfusi darah atau produk darah yang
berulang
Bayi atau anak yang terpapar dengan alat suntik atau tusuk bekas yang tidak
steril Anak remaja yang berhubungan seksual yang berganti-ganti pasangan
Gambaran klinis pada anak nonspesifik seperti:
 Gagal tumbuh
 Berat badan menurun
 Anemia
 panas berulang
 Limpadenopati
 Hepatosplenomegali
 Adanya infeksi oportunitis yang merupakan infeksi oleh kuman, parasit,
jamur atau protozoa yang menurunkan fungsi immun pada immunitas selular
seperti adanya kandidiasis pada mulut yang dapat menyebar ke esofagus,
adanya keradangan paru.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa yang terjadi pada anak dengan HIV/AIDS antara lain:


1. Resiko infeksi
2. Kurangnya volume cairan
DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN
Tujuan dan Intervensi Rasional
Kriteria hasil
Resiko Tujuan:Setelah 1.Kaji perubahan tanda- 1.Untuk mengurangi resiko
terjadinya dilakukan tindakan tanda infeksi kontaminasi silang.
infeksi pada keperawatan selama (demam,peningkatan 2.Untuk mengidentifikasi
anak dengan 1x24 jam,diharapkan nadi,peningkatan proses infeksi dan untuk
HIV/AIDS dapat meminimalkan kecepatan menentukan metode
berhubungan resiko terhadap nafas,kelemahan tubuh perawatan.
dengan adanya infeksi pada anak. atau letargi). 3.Untuk menghambat
penurunan daya 2.Monitor tanda-tanda proses infeksi.
tahan tubuh Kriteria Hasil: vital setiap 4 jam
sekunder AIDS. -Tidak demam dan sekali,tanda vital
bebas dari merupakan indikator
pengeluaran/sekresi terjadinya infeksi.
purulen dan tanda- 3.Monitor sel darah putih
tanda lain dari dan hitung jenis setiap
infeksi. hari untuk monitor
terjadinya neutropenia.
DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN
Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
hasil
Kurangnya Tujuan:Setelah dilakukan 1.Berikan cairan sesuai 1.Indikasi dari volume
volume cairan tindakan keperawatan indikasi dan toleransi. cairan sirkulasi.
tubuh pada selama 1x24 2.Ukur masukan dan 2.Untuk meningkatkan
anak jam,diharapkan volume keluaran termasuk urin kebutuhan
berhubungan cairan tubuh dapat dan tinja. metabolisme dan
dengan adanya terpenuhi. 3.Monitor kadar diaforesis yang
infeksi elektrolit dalam tubuh. berlebihan.
oportunitis Kriteria Hasil: 4.Kaji tanda vital turgor 3.Untuk
saluran -Asupan dan keluaran kulit,mukosa membran mempertahankan
pencernaan seimbang. dan ubun-ubun tiap 4 keseimbangan
(Diare). -Kadar elektrolit tubuh jam. cairan,mengurangi rasa
dalam batas normal. haus dan melembabkan
-Nadi perifer teraba. membran mukosa.
DEFINISI DHF (Dengue
Haemoragic Fever)
 Menurut (Aziz Alimul, 2006: 123).
DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue,
sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke tubuh
penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina.
Penyakit ini lebih dikenal dengan sebutan Demam Berdarah
Dengue (DBD).
 Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa DHF
merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue
dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti,
biasanya menyerang anak di bawah usia 15 tahun dan dapat
menimbulkan kematian.
ETIOLOGI
Virus dengue, termasuk genus Flavivirus, keluarga flaviridae. Terdapat
4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4.
Keempatnya ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 serotipe
terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibody
terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibody yang
terbentuk terhadap serotype lain sangat kurang, sehingga tidak dapat
memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain
tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat
terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe
virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia
(Nurarif & Kusuma 2015).
MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinis pada penderita DHF antara lain adalah (Nurarif
& Kusuma 2015) :
a. Demam dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua
atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut:
1) Nyeri kepala
2) Nyeri retro-orbital3) Myalgia atau arthralgia
4) Ruam kulit
5) Manifestasi perdarahan seperti petekie atau uji bending positif
6) Leukopenia
7) Pemeriksaan serologi dengue positif atau ditemukan DD/DBD
yang sudah di konfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama
b. Demam berdarah dengue
Berdasarkan kriteria WHO 2016 diagnosis DHF ditegakkan bila semua
hal dibawah ini dipenuhi :
1) Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya bersifat
bifastik
2) Manifestasi perdarahan yang berupa :
a) Uji tourniquet positif
b) Petekie, ekimosis, atau purpura
c) Perdarahan mukosa (epistaksis, perdarahan gusi), saluran
cerna, tempat bekas suntikan
d) Hematemesis atau melena
3) Trombositopenia <100.00/ul
4) Kebocoran plasma yang ditandai dengan
a) Peningkatan nilai hematokrit > 20% dari nilai baku sesuai umur
dan jenis kelamin
b) Penurunan nilai hematokrit > 20% setelah pemberian cairan
yang adekuat
5) Tanda kebocoran plasma seperti : hipoproteinemi, asites, efusi
pleura
c. Sindrom syok dengue
Seluruh kriteria DHF diatas disertai dengan tanda kegagalan sirkulasi
yaitu:
1) Penurunan kesadaran, gelisah
2) Nadi cepat, lemah
3) Hipotensi
4) Tekanan darah turun < 20 mmHg
5) Perfusi perifer menurun
6) Kulit dingin lembab
PATOFISIOLOGI
Menurut Huda dan Kusuma 2015
Virus dengue maasuk ke dalaam tubuh manuusia akan menyebabkn klien mengalami
viremia. Beberpa tanda dan gejala yang muncul seeperti demam, sakit kepla, mual
nyeri otot, pegal seluruh tubuh, timbulny ruam dan kelainan yang mungkin terjadi pada
sistem vskuler. Pada penderita DBD, terdapat kerusakan yng umum pada sistem
vaskuler yang mengakibatkan terjadinya penngkatan permeabilitas dinding pembuluh
darah. Plsma dapat menembus dinding vaskuler selama pross perjalanan penyakit, dari
mulai demam hingga klieen mengalami renjatan berat. Volume plasma dapat meniurun
hingga 30%. Hal ini lah yang dapat mengakibatkan seseorang mengalami kegagalan
sirkulasi. Adanya kebcoran plasma ini jika tidak segera di tangani dapat menyebabkn
hipokisia jaringan, asidosis metabolik yang pada akhirny dapat berakibat fatal yaitu
kematian. Virmia jga menimbulkan agresi trombosit dalam darah sehingga
menyebabkan trombositopeni yang berpengaruh pada proses pembekuan 15 darah.
Pubahan fungsioner pembuluh darah akibat kebocoran plasma yng berakhir pada
perdarahan, baik pada jaringan kulit maupun saluran cerna biasanya menimbulkn tanda
seprti munculnya prpura, ptekie, hematemesis, atapun melena
PATHWAY
PENTALAKSANAAN

 Penatalaksanaan keperawatan
Masalah pasien yg perlu diperhatikan ialah bahaya kegagalan
sirkulasi darah, resiko terjadi pendrahan, gangguan suhu tubuh,
akibat infeksi virus dengue, ganggan rasa amman dan nyaman,
kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit.
 Penatalaksanaan medis
a) DHF tanpa rejatan
Pada klien dengan demam tinggi, anoreksia dan sering
muntah menyebabkan klien dehidrasi dan haus, beri klien
minum 1,5 sampai 2 liter dalam 24 jam. Dapat diberikan teh
manis, sirup, susu dan bila mau lebih baik diberikan oralit.
Apabila hiperpireksia diberikan obat anti piretik dan kompres
air biasa. Jika terjadi kejang, beri luminal atau anti konvulsan
lainnya.
b)DHF dengan renjatan
Klien yang mengalami rajatan(syok) harus segera
dipasang infus sebagai pengganti cairan yang hilang akibat
kebocoran plasma. Cairan yang diberikan biasanya Ringer
Laktat. Jika pemberian cairan tersebut tidak ada respon maka
dapat diberikan plasma atau plasma akspander, banyaknya
20 sampai 30 ml/kg BB.
PENGKAJIAN SECARA
TEORI
Konsep Asuhan Keperawatan Anak dengan DHF
1. Pengkajian Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian
merupakan dasar utama dan hal yang penting di lakukan baik saat
pasien pertama kali masuk rumah sakit maupun selama pasien dirawat
di rumah sakit (Widyorini et al. 2017).
a. Identitas pasien Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang
anak-anak dengan usia kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat,
pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua, dan pekerjaan
orang tua.
b. Keluhan utama Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF
untuk datang kerumah sakit adalah panas tinggi dan anak lemah
c. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan saat
demam kesadaran composmetis. Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 dan
ke-7 dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk pilek,
nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri
otot, dan persendian, nyeri ulu hati, dan pergerakan bola mata terasa pegal,
serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III. IV), melena
atau hematemesis.
d. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF anak biasanya mengalami
serangan ulangan DHF dengan tipe virus lain.
e. Riwayat Imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan
timbulnya koplikasi dapat dihindarkan
f. Riwayat Gizi
Status gizi anak DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik
maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat factor predisposisinya. Anak
yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah dan tidak
nafsu makan. Apabila kondisi berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan
nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan
sehingga status gizinya berkurang.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang muncul pada anak dengan penyakit infeksi


Demam Berdarah Dengue tergantung pada data yang ditemukan, diagnosa
keperawatan yang muncul antara lain:
a. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan infeksi virus.
b. Nyeri berhubungan dengan gangguan metabolisme pembuluh darah
perifer.
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada napsu makan.
d. Potensial terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia
e. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
permeabilitas kapiler, muntah dan demam.
f. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kelemahan tubuh.
DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN
Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
hasil
DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN
Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
hasil
EVALUASI
DEFINISI SLE(systemic lupus
erythematosus)

 Lupus eritematosus sistemik (SLE) adalah radang kronis


yang disebabkan oleh penyakit autoimun (kekebalan tubuh)
di mana sistem pertahanan tubuh yang tidak normal
melawan jaringan tubuh sendiri. Antara jaringan tubuh dan
organ yang dapat terkena adalah seperti kulit, jantung, paru-
paru, ginjal, sendi, dan sistem saraf.

 Systemic lupus erythematosus (SLE) adalah penyakit


radang yang menyerang banyak sistem dalam tubuh, dengan
perjalanan penyakit bisa akut atau kronis, dan disertai
adanya antibodi yang menyerang tubuhnya sendiri.
ETIOLOGI

1.Factor genetik
2.Factor humoral yaitu factor yang diangkut oleh peredaran
darah.
3.Factor lingkungan
4.Kontak dengan sinar matahari dalam waktu yang lama.
5.Infeksi virus/bakteri
6.Obat-obatan tertentu,misalnya obat anti kejang, obat tekanan
darah dan antibiotik.
7.Trauma psikis
MANIFESTASI KLINIK

 Manifestasi klinik penyakit lupus sulit untuk dikenali gejalanya karena


gejalanya yang beragam.
 Setiap anak dapat memiliki gejala yang berbeda dengan anak lainnya.Berikut
beberapa gejala,antara lain:
1. Demam lama tanpa penyebab yang jelas,seringkali pasien lupus datang ke
RS karena keluhan demam ringan,hilang timbul yang lama tanpa penyebab.
2. Anak tampak pucat dan memiliki riwayat transfusi darah berulang.
3. Mudah letih,anak yang biasanya aktif kemudian menjadi tidak aktif,malas
beraktivitas,harus waspada akan penyakit lupus.
4. Ruam pada kulit. Ruam dapat muncul di wajah berbentuk seperti sayap
kupu-kupu atau yang disebut dengan butterfly rash(bercak malar).Ruam
lainnya yang berbentuk bulat-bulat ,dapat muncul di bagian tubuh lain
selain di wajah,seperti leher,batang tubuh,lengan dan tungkai yang disebut
bercak diskoid.
5. Nyeri dan bengkak pada sendi.Anak sering mengeluh nyeri dan bengkak
pada persendian,umumnya di sendi-sendi besar seperti siku dan lutut.
6.Bengkak pada kelopak mata dan tungkai bawah.Salah satu gejala yang
timbul adalah bengkak pada kelopak mata dan tungkai bawah,disertai
buang air kecil yang lebih sedikit dari biasanya.
7.Rambut rontok,bila rambut pada anak rontok lebih dari 100 helai per
hari,maka harus waspada kemungkinan adanya penyakit lupus.
8.Kulit sensitif terhadap sinar matahari,kulit penderita lupus mudah
mengalami bercak kemerahan yang menetap bila terkena sianr matahari.
9.Luka di mulut dan lidah seperti sariawan(oral ulcers)
10.Penyakit lupus(SLE)dapat menyerang organ paru-paru dan
jantung,sehingga anak mungkin mengeluhkan adanya nyeri di daerah dada
dan sesak napas.
11.Gangguan pada ginjal yaitu terdapatnya protein di dalam urine.
12.Gangguan pada otak atau sistem saraf mulai dari depresi,kejang dan stroke.
PATOFISIOLOGI

 Patofisiologi lupus eritematosis sistemik atau systemic lupus


eritematosus (SLE) didasari oleh autoantibodi dan kompleks
imun yang berikatan ke jaringan dan menyebabkan inflamasi
multisistem. Penyebab spesifik SLE hingga saat ini belum
diketahui, namun berbagai faktor seperti faktor genetik, sistem
imun, hormonal serta lingkungan berhubungan dengan
perkembangan penyakit ini.Sistem imun bawaan maupun
didapat memberikan respon imun yang tidak seharusnya kepada
partikel sel tubuh. Salah satunya adalah pembentukan
autoantibodi terhadap asam nukleat yang disebut antinuclear
antibodies (ANA). Pada umumnya ANA dapat ditemukan pada
populasi umum, namun tidak seluruh orang yang memiliki ANA
mengalami SLE, oleh karena itu terdapat mekanisme lain yang
menyebabkan progresi kondisi autoimun ini menjadi penyakit.
PATHWAY
PENATALAKSANAAN
 Keperawatan
1.Pemantauan aktivitas penyakit dilakukan dengan menggunakan instrument yang
valid,seperti hitung nyeri tekan dan bengkak sendi dan kuesioner pengkajian
kesehatan.Hal ini memberi indikasi yang berguna mengenal pemburukan atau
kekambuhan gejala.
2.Edukasi sangat penting pada semua penyakit jangka panjang.Pasien yang menyadari
hubungan antara stres dan serangan aktivitas penyakit akan mampu
mengoptimalkan prospek kesehatan mereka.Advice tentang keseimbangan antara
aktivitas dan periode istirahat,pentingnya latihan,dan mengetahui tanda peringatan
serangan ,seperti peningkatan keletihan,nyeri,ruam,demam,sakit kepala,atau
pusing,penting dalam membantu pasien mengembangkan strategi koping dan
menjamin masalah diperhatikan dengan baik.
3.Dukungan psikologis merupakan kebutuhan utama bagi pasien SLE. Perawat dapat
memberi dukungan dan dorongan serta,setelah pelatihan,dapat menggunakan
keterampilan konseling ahli.Pemberdayaan pasien,keluarga dan pemberi asuhan
memungkinkan kepatuhan dan kendali perseonal yang baik terhadap gaya hidup
dan penatalaksanaan regimen bagi mereka.
 Medis
1. Preparat NSAID untuk mengatasi manifestasi klinis minor dan
dipakaibersama kortikosteroid, secara topikal untuk kutaneus.
2. Obat antimalaria untuk gejal kutaneus, muskuloskeletal dan sistemik
ringan SLE.
3. Preparat imunosupresan (pengkelat dan analog purion) untuk fungsi
imun.
4. Kortikosteroid (prednison 1-2 mg/kg/hr s/d 6 bulan postpartum)
(metilprednisolon 1000 mg/24jam dengan pulse steroid th/ selama 3 hari,
jika membaik dilakukan tapering off).
5. AINS (Aspirin 80 mg/hr sampai 2 minggu sebelum TP).
6. Imunosupresan (Azethiprine 2-3 mg kg per oral),
7. Siklofospamid, diberikan pada kasus yang mengancam jiwa 700-1000
mg/m luas permukaan tubuh, bersama dengan steroid selama 3 bulan
setiap 3 minggu.
PENGKAJIAN SECARA
TEORI
1.Pengkajian
a. Identitas
Meliputi nama, jenis kelamin (Lupus bisa menyerang pria maupun wanita, namun 10-
15 kali lebih sering ditemukan pada wanita), umur (Lupus bisa menyerang usia
berapapun, meningkatnya gejala penyakit ini pada masa sebelum menstruasi dan/atau
selama kehamilan anatara usia 15-40 tahun), alamat (cahaya matahari, luka bakar
termal), agama, bahasa yang dipakai, status perkawinan (untuk mengetahui penularan
melalui cairan tubuh atau cairan vagina). pendidikan Tingkat pendidikan
mempengaruhi persepsi terhadap penggunaan terapi komplementer bagi penderita
yang memiliki pendidikan tinggi maka terapi komplementer dianggap sebagai
pelengkap terapi medis bahkan ada penderita yang tidak mau menggunakan terapi
komlementer sebagai terapi yang didapat menyembuhkan atau mengganti terapi
medis), pekerjaan (lebih berisiko pada pekerjaan yang banyak terkena cahaya
matahari, luka bakar termal), ras, suku/bangsa(Lupus biasanya terdapat pada RAS
afrika, Hispanics dan Asia), no register, tanggal masuk rumah sakit, alasan berobat ke
fasilitas kesehatan serta harapan pasien.
b. Riwayat Kesehatan
 a) Keluhan Utama
Biasanya kilen yang mempunyai penyakit SLE ini megeluh
mudah lelah, lemah, nyeri, kaku, demam/panas, anoreksia dan
efek gejala tersebut terhadap gaya hidup serta citra diri pasien.
 b) Riwayat Penyakit SekarangPasien biasanya mengeluh mudah
lelah, nyeri dan kaku, tetapi respon tiap orang berbeda terhadap
tanda dan gejala SLE tergantung imunitas masing masing.
 c) Riwayat Penyakit DahuluRiwayat penyakit dahulu walaupun
tidak terlalu spesifik biasanya akan didapatkan adanya keluhan
mudah lelah, nyeri, kaku, anorksia dan penurunan berat badan
secara signifikan.
 d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien yang mempunyai keluarga yang pernah terkena penyakit
Lupus ini dicurigai berkecenderungan untuk terkena penyakit
ini, kurang lebih 5-12% lebih besar dibanding orang normal.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

 1) Nyeri Akut berhubungan dengan inflamasi dan kerusakan


jaringan.
 2) Gangguan integritas Kulit berhubungan dengan
perubahan fungsi barier kulit, penumpukan kompleks imun.
DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN
Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
hasil
Nyeri Akut Tujuan:Setelah 1.Berikan tindakan 1.Untuk mengalihkan
berhubungan dilakukan tindakan nyaman,misalnya pijatan rasa nyeri.
dengan keperawatan selama punggung,ciptakan 2.Untuk mengurangi rasa
inflamasi dan 1x24 jam diharapkan lingkungan yang tenang. nyeri klien.
kerusakan nyeri bisa teratasi. 2.Ajarkan teknik 3.Untuk membantu
jaringan. relaksasi,distraksi. meringankan kecemasan
Kriteria Hasil: 3.Kontrol lingkungan yang klien.
-Klien tampak rileks. dapat mempengaruhi nyeri 4.Untuk meningkatkan
-Klien mampu seperti suhu,pencahayaan kesehatan tubuh.
tidur/istirahat dengan dan kebisingan.
tenang.
-Klien tidak
gelisah,tidak
merintih.
DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN

Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


hasil

Gangguan Tujuan:Setelah 1.Monitor warna kulit. 1.Untuk mengetahui


integritas Kulit dilakukan tindakan 2.Monitor adanya infeksi. perubahan warna
berhubungan keperawatan selama 3.Monitor tempratur kulit. kulit.
dengan perubahan 1x24 jam,integritas 4.Jaga kebersihan kulit 2.Untuk mengetahui
fungsi barier kulit klien membaik. agar tetap bersih dan infeksi yang terjadi.
kulit, kering. 3.Untuk mengetahui
penumpukan Kriteria Hasil: 5.Anjurkan klien untuk kelembaban kulit.
kompleks imun. -Membran tempratur menggunakan pakaian 4.Untuk
baik longgar. mempermudah proses
-Sensasi baik penyembuhan.
-Hidrasi baik 5.Agar kulit
-Tidak ada lesi dan mendapatkan udara
luka yang cukup.
EVALUASI

 Nyeri akut teratasi dengan klien tampak rileks,klien mampu


tidur/istirahat dengan tenang,klien tidak gelisah,tidak
merintih.
 Integritas kulit klien membaik dengan menunjukkan
membran tempratur yang baik,sensasi baik,hidrasi baik dan
tidak ada lesi atau luka.
TINJAUAN PUSTAKA

 https://id.scribd.com/document/320618710/Makalah-LUPU
S-Pada-Anak
 https://id.scribd.com/doc/115711911/Asuhan-Keperawatan-
Anak-Dengan-Hiv
 https://id.scribd.com/document/391009813/Konsep-Askep-
Sle-Lupus
 https://id.scribd.com/doc/115711911/Asuhan-Keperawatan-
Anak-Dengan-Hiv
 https://id.scribd.com/presentation/249767330/Ppt-HIV-AID
S-Pada-Anak
SEKIAN DAN TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai