Anda di halaman 1dari 11

Entropion

agif
Definisi

• Merupakan membaliknya margo palpebra


kedalam yang juga disertai trikiasis, dengan
segala akibatnya dikkornea.
Klasifikasi
• Entropion kongenital
– umunya terjadi di kelopak mata bawah. Keadaan ini disebabkan oleh
gangguan insersi otot retractor palpebral inferior (ligamentum capsule
palpebral) sehingga margo palpebral dan bulu mata berputar kearah bola
mata.
– Disertai hipertrofi kulit dan muskulus orbicularis pada bagian medial
kelopak.
– Tipe entropion ini harus dibedakan dengan epiblefaron.

• Entropion Sikatrik
Sering mengenai palpebra superior. Disebabkan jaringan parut pada
konjungtiva dan tarsus, akibat trauma kecelakaan, operatif, bahan
kimia, atau trakoma.
Klasifikasi
• Infeksi (65% dari total kasus)
– Trakhoma
– Blepharokonjungtivitis kronik
– Herper Zoster Ophthalmika
• Trauma (19% dari total kasus)
– Cedera bahan kimia/radiasi
– Iatrogenik
– Mekanik
– Soket Anoftalmia
• Imunologi (17% dari total kasus)
– Eritema multiformis
– Pemfigoid sikatrik okular
– Konjungtivitis vernal sikatriks
– Distroid
Klasifikasi
• Menurut Kemp dan Collins, Entropion sikatriks dapat
dibagi ke dalam derajat ringan, sedang dan berat

– Ringan: Apabila bulu ata menyentuh kornea pada saat mata


melirik ke atas dan tarsus masih pada posisi normal. Keadaan
ini dapat menyebabkan konjuntivalisasi palpebral.
– Sedang: Apabila bulu mata menyentuh kornea pada posisi
Primer.Bisa dijupai trikiasis dan konjungtivalisasi palpebral.
– Berat: apabila bulu mata menyentuh kornea pada posisi
primer serta telah terjadi penebalan tarsus. Dapat ditemukan
juga konjungtivalisasi palpebral dan trikiasis.
Klasifikasi
• Entropion Involusional / Spastik
– Sering mengenai palpebra inferior, disebabkan spasme
dari M. Orbikularis okuli.
– Sering didapatkan pada orangtua (entropion senilis)
dimana terdapat relaksasi dari otot palpebra dan letak
bola mata yang lebih dalam, berhubung berkurangnya
jaringan lemak.
– Selain itu spasme dari M. Orbikularis okuli dapat dijumpai
pula pada peradangan konjungtiva, palpebra, kornea.
– Pemakaian perban mata yang terlalu lama pada orang
lanjut usia, dapat juga menyebabkan entropion spastika.
Klasifikasi
Patofisiologi :
• Overriding musculus orbicularis presseptal ke
pretarsal
• Disensersi muskulus retractor palpebral inferior
• Atrofi tarsus
• Kekenduran kelopak mata horizontal dan
enoflatmos akibat atrofi lemak orbita
• Prolapse lemak orbita ke anterior terutama pada
Etnik oriental
Diagnosis
Anamnesis:
• Keluhan mata berair
• Mata tidak nyaman seperti rasa kelilipan
• Mata merah akibat injeksi konjungtiva karena bulu mata menggesek
permukaan kornea sehingga terjadi iritasi terus menerus.
• Penglihatan kabur
 
Pemeriksaan fisik :
1. Snap back test :
• Pemeriksaan dilakukan dengan cara menarik palpebral inferior
menjauhi bola mata dan di lepaskan kembali. Normal adalah bila
palpebral inferior segera kembali ke posisi normal.
Diagnosis
2.Pinch test/distraction test :
Pemeriksaan dilakukan dengan cara menarik palpebral inferior menjauhi bola mata,
kemudian diukur jarak antara bola mata dan margo palpebral.
• Normal : 5mm
• Minimal : 5-7mm
• Ringan : 8-9mm
• Sedang : 10-12mm
• Berat : >12mm

3.Lateral distraction test (lateral canthal laxity test)


• Pemeriksaan dilakukan dengan cara menarik palpebra inferios kearah medial.
Dilihat perubahan yang terjadi pada kantus lateral. Normal kantus lateral
berbentuk lancip; hasil postif kantus lateral adalah bila bentuk kantus lateral
membulat (rounded).
Diagnosis
• Blink test
Pemeriksaan dilakukan dengan cara meminta
pasien memejamkan mata secara kuat.Dikatakan
positif bila terjadi entropion.
Tatalaksana
• Medikamentosa
Berupa obat tetes mata yang bersifat lubrikasi
yang bertujuan melindungi kornea sebelum
tindakan definitif (Operasi)
• Operatif
– Baik dilakukan pada stadium dini
– Tarsotomi dari Wheeler
– Blefaroplasti

Anda mungkin juga menyukai