Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DENGAN PERILAKU


KEKERASAN
STIKes Banten
Fransiska Haryati
PENGERTIAN
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan hilangnya kendali perilaku
seseorang yang diarahkan pada diri sendiri, orang lain, atau lingkungan
Perilaku kekerasan pada diri sendiri dpt berbentuk melukai diri untuk
bunuh diri atau membiarkan diri dalam bentuk penelantaran diri
Perilaku kekerasan pada orang adalah tindakan agresif yang ditujukan
untuk melukai atau membunuh orang lain
Perilaku kekerasan pada lingkungan dapat berupa perilaku merusak
lingkungan, melempar kaca, genting, dan semua yang ada di lingkungan
Pasien yang dibawa ke rumah sakit jiwa sebagian besar akibat melakukan
kekerasan di rumah (AH.Yusuf, 2015)
PENGERTIAN
 Perilaku kekerasan merupakan bagian dari rentang
respons marah yang paling maladaptif, yaitu amuk.
Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul
sebagai respons terhadap kecemasan (kebutuhan yang
tidak terpenuhi) yang dirasakan sebagai ancaman.
(Stuart & Sundeen, 1991 dalam Yusuf, 2015).
 Amuk merupakan respons kemarahan yang paling
maladaptif yang ditandai dengan perasaan marah dan
bermusuhan yang kuat disertai hilangnya kontrol,
yang individu dapat merusak diri sendiri, orang lain,
atau lingkungan (Keliat, 1991 dlm Yusuf, 2015)
PERBANDINGAN PERILAKIU PASIF,
ASERTIF DAN AMUK
Karakteristik Pasif Asertif Amuk

Nada bicara • Negatif • Positif • Berlebihan


• Menghina diri • Menghargai diri • Menghina orang
• Dapatkah saya sendiri lain
lakukan? • Saya dapat/akan • Anda selalu/tidak,
• Dapatkah ia lakukan Pernah?
lakukan?

Nada suara • Orang lain dapat • Menjaga jarak yg • Memiliki teritorial


masuk pd teritorial menyenangkan orang lain
pribadinya Mempertahankan hak
tempat/teritorial

Gerakan • Minimal • Memperlihatkan • Mengancam, ekspansi


• Lemah gerakan yang sesuai gerakan
• Resah
Kontak mata • Sedikit/tidak ada • Sekali-sekali • Melotot
(intermitten) sesuai
dengan kebutuhan
RENTANG RESPON WAHAM
Adaptif Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk


Keterangan :
 Asertif : Kemarahan yg diungkapkan tanpa menyakiti org
lain
 Frustasi : Kegagalan mencapai tujuan, tidk
realitas/terhambat
 Pasif : Respons lanjutan yg pasien tdk mampu
mengungkapkan perasaan
 Agresif : Perilaku destruktif tapi masih terkontrol
 Amuk : Perilaku destruktif yang tidak terkontrol
PROSES TERJADINYA MARAH
Ancaman atau kebutuhan

Stres

Cemas

Marah

Merasa kuat Mengungkapkan secara vertikal Merasa tidak adekuat

Menantang Menjaga keutuhan Menantang orang lain

 Masalah tidak selesai Lega Mengingkari marah

Marah berkepanjangan Ketegangan menurun Marah tidak terungkap

Rasa marah teratasi

Muncul rasa bermusuhan

Rasa bermusuhan menahun

Marah pada diri sendiri Marah pada orang lain/lingkungan

Depresi psikosomati Agresif/mengamuk

Konsep Marah (Beck, Rawlins, Williams, 1986, Keliat dan Sinaga, 1991 dlm Yusuf, 201
 Amuk merupakan respons kemarahan yg paling maladaptif, ditandai dg
perasaan marah dan bermusuhan yg kuat disertai hilangnya kontrol dan
individu dapat merusak diri sendiri, orang lain, atau lingkungan
 Amuk adalah respons marah terhadap adanya stres, rasa cemas, harga diri
rendah, rasa bersalah, putus asa, dan ketidakberdayaan.
 Respons marah  diekspresikan secara internal atau eksternal. Secara
internal  berupa perilaku yg tidak asertif dan merusak diri, sedangkan
secara eksternal dapat berupa perilaku destruktif agresif. Respons marah
dapat diungkapkan melalui tiga cara yaitu (1) mengungkapkan secara
verbal, (2) menekan, dan (3) menantang.
 Mengekspresikan rasa marah dg perilaku konstruktif dg menggunakan kata2
yg dapat dimengerti dan diterima tanpa menyakiti orang lain akan
memberikan kelegaan pada individu. Apabila perasaan marah diekspresikan
dengan perilaku agresif dan menentang, biasanya dilakukan karena ia
merasa kuat. Cara ini menimbulkan masalah yang berkepanjangan dan
dapat menimbulkan tingkah laku yang destruktif dan amuk.
 (Keliat, 1991 dlm Yusuf 2015)
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Faktor Predisposisi
1. Psikoanalisis
Teori ini menyatakan bahwa perilaku agresif adalah merupakan hasil dari dorongan insting
(instinctual drives).
2. Psikologis
Berdasarkan teori frustasi-agresif, agresivitas timbul sebagai hasil dari peningkatan frustasi. Tujuan
yang tidak tercapai dapat menyebabkan frustasi berkepanjangan.
3. Biologis
Bagian otak yang berhubungan dengan terjadinya agresivitas sebagai berikut.
a. Sistem limbik
Merupakan organ yang mengatur dorongan dasar dan ekspresi emosi serta perilaku seperti makan,
agresif, dan respons seksual. Selain itu, mengatur sistem informasi dan memori.
b. Lobus temporal
Organ yang berfungsi sebagai penyimpan memori dan melakukan interpretasi pendengaran.
c. Lobus frontal
Organ Yg berfungsi sebagai bagian pemikiran logis, serta pengelolaan emosi dan alasan berpikir.
d. Neurotransmiter
 Beberapa neurotransmiter yg berdampak pada agresivitas adalah serotonin (5-HT), Dopamin,
Norepineprin, Acetylcholine, dan GABA.
4. Perilaku (behavioral)
a. Kerusakan organ otak, retardasi mental, dan gangguan belajar mengakibatkan
kegagalan kemampuan dalam berespons positif terhadap frustasi.
b. Penekanan emosi berlebihan (over rejection) pada anak-anak atau godaan
(seduction)
orang tua memengaruhi kepercayaan (trust) & percaya diri (self esteem)
individu.
c. Perikaku kekerasan di usia muda, baik korban kekerasan pd anak (child abuse)
atau mengobservasi kekerasan dalam keluarga memengaruhi penggunaan
kekerasan sebagai koping.
Teori belajar sosial mengatakan bahwa perilaku kekerasan adalah hasil belajar dari
proses sosialisasi dari internal dan eksternal, yaitu :
a. Internal : penguatan yang diterima ketika melakukan kekerasan.
b. Eksternal : observasi panutan (role model), seperti orang tua,
kelompok, saudara, figur olahragawan atau artis, serta media elektronik
(berita kekerasan, perang, olahraga keras).
5. Sosial kultural
a. Norma
Norma merupakan kontrol masyarakat pd kekerasan. Hal ini mendefinisikan
ekspresi perilaku kekerasan yang diterima atau tidak diterima akan
menimbulkan sanksi. Kontrol sosial yg sangat ketat (strict) dapat menghambat
ekspresi marah yang sehat dan menyebabkan individu memilih cara yang
maladaptif lainnya.
b. Budaya asertif di masyarakat membantu individu untuk berespons terhadap
marah yang sehat.
Faktor sosial yang dapat menyebabkan timbulnya agresivitas atau perilaku
kekerasan yang maladaptif antara lain :
a. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan hidup.
b. Status dalam perkawinan.
c. Hasil dari orang tua tunggal (single parent).
d. Pengangguran.
e. Ketidakmampuan mempertahankan hubungan interpersonal dan struktur
keluarga dalam sosial kultural.
Faktor Presipitasi
Semua faktor yang dianggap ancaman yaitu :
1. Internal
a. Kelemahan.
b. Rasa percaya menurun.
c. Takut sakit.
d. Hilang kontrol.

2. Eksternal
a. Penganiayaan fisik.
b. Kehilangan orang yang dicintai.
c. Kritik.
 
MEKANISME KOPING
 Displacement
 Sublimasi
 Proyeksi
 Represi
 Denial dan reaksi formasi
TANDA DAN GEJALA
1. Emosi f. Penyalahgunaan zat
a. Tidak adekuat g. Tekanan darah meningkat
b. Tidak aman
c. Rasa terganggu 4. Spiritual
d. Marah (dendam) a. Kemahakuasaan
b. Kebijakan/kebenaran diri
e. Jengkel
c. Keraguan
2. Intelektual
d. Tidak bermoral
a. Mendominasi
e. Kebejatan
b. Bawel
f. Kreativitas terlambat
c. Sarkasme
d. Berdebat 5. Sosial
e. Meremehkan a. Menarik diri
3. Fisik b. Pengasingan
a. Muka merah c. Penolakan
b. Pandangan tajam d. Kekerasan
c. Napas pendek e. Ejekan
d. Keringat f. Humor
e. Sakit fisik  
Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.

DIAGNOSIS KEPERAWATAN
POHON MASALAH
Resiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan

Perilaku Kekerasan

Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah

Diagnosis Keperawatan
1. Risiko mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan
berhubungan dengan perilaku kekerasan.
2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah
RENCANA KEPERAWATAN
Tindakan Keperawatan untuk Pasien
1. Tujuan
a. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilakukekerasan.
b. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku
kekerasan.
c. Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang
pernah dilakukannya.
d. Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan
yang dilakukannya.
e. Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol
perilaku kekerasannya.
f. Pasien dpt mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya
secara fisik,spiritual,sosial dan dg terapi psikofarmaka
2. Tindakan
a. Bina hubungan saling percaya.
1) Mengucapkan salam terapeutik.
2) Berjabat tangan.
3) Menjelaskan tujuan interaksi.
4) Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu
pasien.
b. Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan
masa lalu.
c. Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan.
1) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik.
2) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis.
3) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial.
4) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual.
5) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual.
d. Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada
saat
marah secara:
1) verbal,
2) terhadap orang lain
3) terhadap diri sendiri
4) terhadap lingkungan
e. Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya.
f. Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara:
1) fisik, misalnya pukul kasur dan batal, tarik napas dalam
2) obat
3) sosial/verbal, misalnya menyatakan secara asertif rasa marahnya
4) spiritual, misalnya sholat atau berdoa sesuai keyakinan pasien.
g. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik, yaitu latihan
napas dalam dan pukul kasur/bantal, secara sosial/verbal, secara spiritual,
dan patuh minum obat.
h. Ikut sertakan pasien dalam terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi
mengontrol perilaku kekerasan
Tindakan Keperawatan untuk Keluarga
1. Tujuan
Keluarga dapat merawat pasien di rumah.
2. Tindakan
a. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam
merawat pasien.
b. Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku
kekerasan (penyebab, tanda dan gejala, serta perilaku
yang muncul dan akibat dari perilaku tersebut).
c. Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien
yang perlu segera dilaporkan kepada perawat, seperti
melempar atau memukul benda/orang lain.
d. Latih keluarga merawat pasien dengan perilaku
kekerasan.
1) Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien
melakukan tindakan yang telah diajarkan oleh
perawat.
2) Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada
pasien bila pasien dapat melakukan kegiatan
tersebut secara tepat.
3) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus
dilakukan bila pasien menunjukkan gejala-gejala
perilaku kekerasan.
e. Buat perencanaan pulang bersama keluarga.
Strategi Penahanan

Stategi Preventif Strategi Antisipasi Strategi Penahanan

Komunikasi Manajemen krisis


Kesadaran diri Perubahan lingkungan Pengasingan
Pendidikan pasien Perilaku Pengendalian/
Latihan asertif Psikofarmakologi pengekangan

Gambar Rangkaian Intervensi Keperawatan dalam Manajemen Perilaku Kekerasan


Manajemen Krisis
1. Identifikasi pemimpin tim krisis
2. Susun atau kumpulkan tim krisis.
3. Beritahu petugas keamanan yang diperlukan.
4. Pindahkan semua pasien dari area tersebut.
5. Siapkan atau dapatkan alat pengekang (restrains).
6. Susun strategi dan beritahu anggota lain.
7. Tugas penanganan pasien secara fisik.
8. Jelaskan semua tindakan pada pasien
9. Ikat/kekang pasien sesuai instruksi pemimpin (posisi yang nyaman).
10. Berikan obat psikofarmaka sesuai instruksi.
11. Jaga tetap kalem dan konsisten.
12. Evaluasi tindakan dengan tim.
13. Jelaskan kejadian pada pasien lain dan staf seperlunya.
14. Secara bertahap integrasikan pasien pada lingkungan.
Pengasingan
Pengasingan dilakukan untuk memisahkan pasien dari orang lain di
tempat yg aman & cocok untuk tindakan keperawatan.
Tujuannya adalah melindungi pasien, orang lain, dan staf dari bahaya.
Hal ini legal jika dilakukan secara terapeutik dan etis. Prinsip
pengasingan antara lain sebagai berikut (Stuart dan Sundeen, 199):
1. Pembatasan gerak
a. Aman dari mencederai diri.
b. Lingkungan aman dari perilaku pasien.
2. Isolasi
a. Pasien butuh untuk jauh dari orang lain, contohnya paranoid.
b. Area terbatas untuk adaptasi, ditingkatkan secara bertahap.
3. Pembatasan input sensoris
Ruangan yang sepi akan mengurangi stimulus.
 
Pengekangan
Tujuan dari pengekangan adalah mengurangi gerakan fisik pasien, serta
melindungi pasien dan orang lain dari cedera.
Indikasi :
1. Ketidakmampuan mengontrol perilaku.
2. Perilaku tidak dapat dikontrol oleh obat atau teknik psikososial.
3. Hiperaktif dan agitasi.
Prosedur pelaksanaan pengekangan adalah sebagai berikut:
1. Jelaskan pada pasien alasan pengekangan.
2. Lakukan dengan hati-hati dan tidak melukai.
3. Ada perawat yang ditugaskan untuk mengontrol tanda vital, sirkulasi,
dan membuka ikatan untuk latihan gerak.
4. Penuhi kebutuhan fisik,yaitu makan,minum,eliminasi & perawatan
diri.
 
EVALUASI
1. Pada pasien
a. Pasien mampu menyebutkan penyebab, tanda & gejala perilaku kekerasan,
perilaku kekerasan yang biasa dilakukan, serta akibat dari perilaku kekerasan yang
dilakukan.
b. Pasien mampu menggunakan cara mengontrol perilaku kekerasan secara teratur
sesuai jadwal, yang meliputi:
1) secara fisik,
2) secara sosial/verbal,
3) secara spiritual,
4) terapi psikofarmaka.
2. Pada keluarga
a. Keluarga mampu mencegah terjadinya perilaku kekerasan.
b. Keluarga mampu menunjukkan sikap yang mendukung dan menghargai pasien.
c. Keluarga mampu memotivasi pasien dalam melakukan cara mengontrol
perilaku kekerasan.
d. Keluarga mampu mengidentifikasi perilaku pasien yang harus dilaporkan pada
perawat
.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai