Askep Klien Dengan Perilaku Kekerasan
Askep Klien Dengan Perilaku Kekerasan
Stres
Cemas
Marah
Konsep Marah (Beck, Rawlins, Williams, 1986, Keliat dan Sinaga, 1991 dlm Yusuf, 201
Amuk merupakan respons kemarahan yg paling maladaptif, ditandai dg
perasaan marah dan bermusuhan yg kuat disertai hilangnya kontrol dan
individu dapat merusak diri sendiri, orang lain, atau lingkungan
Amuk adalah respons marah terhadap adanya stres, rasa cemas, harga diri
rendah, rasa bersalah, putus asa, dan ketidakberdayaan.
Respons marah diekspresikan secara internal atau eksternal. Secara
internal berupa perilaku yg tidak asertif dan merusak diri, sedangkan
secara eksternal dapat berupa perilaku destruktif agresif. Respons marah
dapat diungkapkan melalui tiga cara yaitu (1) mengungkapkan secara
verbal, (2) menekan, dan (3) menantang.
Mengekspresikan rasa marah dg perilaku konstruktif dg menggunakan kata2
yg dapat dimengerti dan diterima tanpa menyakiti orang lain akan
memberikan kelegaan pada individu. Apabila perasaan marah diekspresikan
dengan perilaku agresif dan menentang, biasanya dilakukan karena ia
merasa kuat. Cara ini menimbulkan masalah yang berkepanjangan dan
dapat menimbulkan tingkah laku yang destruktif dan amuk.
(Keliat, 1991 dlm Yusuf 2015)
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Faktor Predisposisi
1. Psikoanalisis
Teori ini menyatakan bahwa perilaku agresif adalah merupakan hasil dari dorongan insting
(instinctual drives).
2. Psikologis
Berdasarkan teori frustasi-agresif, agresivitas timbul sebagai hasil dari peningkatan frustasi. Tujuan
yang tidak tercapai dapat menyebabkan frustasi berkepanjangan.
3. Biologis
Bagian otak yang berhubungan dengan terjadinya agresivitas sebagai berikut.
a. Sistem limbik
Merupakan organ yang mengatur dorongan dasar dan ekspresi emosi serta perilaku seperti makan,
agresif, dan respons seksual. Selain itu, mengatur sistem informasi dan memori.
b. Lobus temporal
Organ yang berfungsi sebagai penyimpan memori dan melakukan interpretasi pendengaran.
c. Lobus frontal
Organ Yg berfungsi sebagai bagian pemikiran logis, serta pengelolaan emosi dan alasan berpikir.
d. Neurotransmiter
Beberapa neurotransmiter yg berdampak pada agresivitas adalah serotonin (5-HT), Dopamin,
Norepineprin, Acetylcholine, dan GABA.
4. Perilaku (behavioral)
a. Kerusakan organ otak, retardasi mental, dan gangguan belajar mengakibatkan
kegagalan kemampuan dalam berespons positif terhadap frustasi.
b. Penekanan emosi berlebihan (over rejection) pada anak-anak atau godaan
(seduction)
orang tua memengaruhi kepercayaan (trust) & percaya diri (self esteem)
individu.
c. Perikaku kekerasan di usia muda, baik korban kekerasan pd anak (child abuse)
atau mengobservasi kekerasan dalam keluarga memengaruhi penggunaan
kekerasan sebagai koping.
Teori belajar sosial mengatakan bahwa perilaku kekerasan adalah hasil belajar dari
proses sosialisasi dari internal dan eksternal, yaitu :
a. Internal : penguatan yang diterima ketika melakukan kekerasan.
b. Eksternal : observasi panutan (role model), seperti orang tua,
kelompok, saudara, figur olahragawan atau artis, serta media elektronik
(berita kekerasan, perang, olahraga keras).
5. Sosial kultural
a. Norma
Norma merupakan kontrol masyarakat pd kekerasan. Hal ini mendefinisikan
ekspresi perilaku kekerasan yang diterima atau tidak diterima akan
menimbulkan sanksi. Kontrol sosial yg sangat ketat (strict) dapat menghambat
ekspresi marah yang sehat dan menyebabkan individu memilih cara yang
maladaptif lainnya.
b. Budaya asertif di masyarakat membantu individu untuk berespons terhadap
marah yang sehat.
Faktor sosial yang dapat menyebabkan timbulnya agresivitas atau perilaku
kekerasan yang maladaptif antara lain :
a. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan hidup.
b. Status dalam perkawinan.
c. Hasil dari orang tua tunggal (single parent).
d. Pengangguran.
e. Ketidakmampuan mempertahankan hubungan interpersonal dan struktur
keluarga dalam sosial kultural.
Faktor Presipitasi
Semua faktor yang dianggap ancaman yaitu :
1. Internal
a. Kelemahan.
b. Rasa percaya menurun.
c. Takut sakit.
d. Hilang kontrol.
2. Eksternal
a. Penganiayaan fisik.
b. Kehilangan orang yang dicintai.
c. Kritik.
MEKANISME KOPING
Displacement
Sublimasi
Proyeksi
Represi
Denial dan reaksi formasi
TANDA DAN GEJALA
1. Emosi f. Penyalahgunaan zat
a. Tidak adekuat g. Tekanan darah meningkat
b. Tidak aman
c. Rasa terganggu 4. Spiritual
d. Marah (dendam) a. Kemahakuasaan
b. Kebijakan/kebenaran diri
e. Jengkel
c. Keraguan
2. Intelektual
d. Tidak bermoral
a. Mendominasi
e. Kebejatan
b. Bawel
f. Kreativitas terlambat
c. Sarkasme
d. Berdebat 5. Sosial
e. Meremehkan a. Menarik diri
3. Fisik b. Pengasingan
a. Muka merah c. Penolakan
b. Pandangan tajam d. Kekerasan
c. Napas pendek e. Ejekan
d. Keringat f. Humor
e. Sakit fisik
Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
POHON MASALAH
Resiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan
Perilaku Kekerasan
Diagnosis Keperawatan
1. Risiko mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan
berhubungan dengan perilaku kekerasan.
2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah
RENCANA KEPERAWATAN
Tindakan Keperawatan untuk Pasien
1. Tujuan
a. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilakukekerasan.
b. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku
kekerasan.
c. Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang
pernah dilakukannya.
d. Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan
yang dilakukannya.
e. Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol
perilaku kekerasannya.
f. Pasien dpt mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya
secara fisik,spiritual,sosial dan dg terapi psikofarmaka
2. Tindakan
a. Bina hubungan saling percaya.
1) Mengucapkan salam terapeutik.
2) Berjabat tangan.
3) Menjelaskan tujuan interaksi.
4) Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu
pasien.
b. Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan
masa lalu.
c. Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan.
1) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik.
2) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis.
3) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial.
4) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual.
5) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual.
d. Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada
saat
marah secara:
1) verbal,
2) terhadap orang lain
3) terhadap diri sendiri
4) terhadap lingkungan
e. Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya.
f. Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara:
1) fisik, misalnya pukul kasur dan batal, tarik napas dalam
2) obat
3) sosial/verbal, misalnya menyatakan secara asertif rasa marahnya
4) spiritual, misalnya sholat atau berdoa sesuai keyakinan pasien.
g. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik, yaitu latihan
napas dalam dan pukul kasur/bantal, secara sosial/verbal, secara spiritual,
dan patuh minum obat.
h. Ikut sertakan pasien dalam terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi
mengontrol perilaku kekerasan
Tindakan Keperawatan untuk Keluarga
1. Tujuan
Keluarga dapat merawat pasien di rumah.
2. Tindakan
a. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam
merawat pasien.
b. Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku
kekerasan (penyebab, tanda dan gejala, serta perilaku
yang muncul dan akibat dari perilaku tersebut).
c. Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien
yang perlu segera dilaporkan kepada perawat, seperti
melempar atau memukul benda/orang lain.
d. Latih keluarga merawat pasien dengan perilaku
kekerasan.
1) Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien
melakukan tindakan yang telah diajarkan oleh
perawat.
2) Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada
pasien bila pasien dapat melakukan kegiatan
tersebut secara tepat.
3) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus
dilakukan bila pasien menunjukkan gejala-gejala
perilaku kekerasan.
e. Buat perencanaan pulang bersama keluarga.
Strategi Penahanan
TERIMA KASIH