Anda di halaman 1dari 37

STIKes Banten

Fransiska Haryati
STIKES BANTEN
Fransiska Haryati
 Ketakutan/kekuatiran pada sesuatu yang
tdk jelas dan berhubungan dengan
perasaan tidak menentu dan tak berdaya
(helplessness).
 Perasaan isolasi, terasing, dan terancam
mungkin dialami.
 Individu mempersepsikan kepribadiannya
terancam.
 Manusia muali merasakan sejak bayi
 Berhenti kalau mati.
 Mpk emosi dan bersifat subyektif.
 Sumber tdk jelas (takut ~ sumber jelas).
 Bisa ditularkan
 Terjadi akibat adanya ancaman pada harga
diri, identitas diri.
 Perlu adanya keseimbangan antara
keberanian dan kecemasan
1. Ansietas ringan: pd kehidupan sehari-
hari. Individu sadar. Lahan persepsi
meningkat (mendengar, melihat,
meraba lebih dari sebelumnya). Perlu
untuk memotivasi belajar,
pertumbuhan, dan kreativitas.
2. Ansietas sedang: lahan persepsi
menyempit (melihat, mendengar,
meraba menurun dpd sblmnya). Fokus
pd perhatian segera.
3. Ansietas berat: lahan persepsi sangat
sempit, hanya bisa memusatkan perhatian
pd yg detil, tdk yg lain. Semua perilaku
ditujukan untuk menurunkan ansietas.
4. Panik: hilang kontrol, hanya bisa menurut
perintah
 Hilang kontrol
 Tak bisa melakukan sesuatu tanpa perintah atau
arahan.
 Disorganisasi kepribadian.
 Meningkatnya aktivitas motorik
 Menurunnya kemampuan menghubung-
hubungkan.
 Distrosi persepsi
 Hilangnya pikiran rasional
 Hilangnya komunikasi dan fungsi efektif.
 Bila berlangsung berkepanjangan menyebabkan
exhaustion ~ kematian
Adaptif Maladap
tif

Antisi Ringan Sedang Berat Panik


pasi
 Faktor Predisposisi
 Faktor Presipitasi
 Mekanisme Koping
 Perilaku
1. Teori Psikoanalisa: ansietas mpk konflik
elemen kepribadian id dan super ego
(dorongan insting dan hati nurani).
Ansietas mengingatkan ego akan adanya
bahaya yg perlu diatasi.
2. Teori interpersonal: ansietas terjadi krn
ketakutan penolakan dlm hub
interpersonal. Dihubungkan dg trauma
masa pertumbuhan (kehilangan,
perpisahan) yg menyebabkan
ketdkberdayaan). Idv yg harga diri
rendah mudah mengalami ansietas.
 Teori perilaku; ansitas timbul sbg akibat
frustrasi yg disebabkan oleh sesutu yg
mengganggu pencapaian tujuan. Mrpk
dorongan yg dipelajari utk menghindari
rasa sakit/nyeri. Ansietas meningkat jika
ada konflik (konflik ~ ansietas ~
helplessness)
 Kondisi keluarga: ansietas dpt timbul
secara nyata dlm keluarga. Ada overlaps
gg ansietas dan depresi.
 Keadaan biologis: dpt dipengaruhi dan
mempengaruhi ansietas. Ansietas terjadi
akibat GABA >>. Ansietas dpt memperburuk
penyakit (hipertensi, jantung, peptic ulcers).
Kelelahan mengakibatkan idv mudah
terangsang dan merasa ansietas.
 Ancaman integritas fisik:
ketidakmampuan fisiologis dan
menurunnya kemampuan melaksanakan
ADL.
 Ancaman thd sistem “diri”; mengancam
identitas, harga diri, integrasi sosial. Mis:
phk, kesulitan peran baru.
 Gabungan: penyebab timbulnya ansietas
gabungan dr genetik, perkembangan,
stresor fisik, stresor psikososial.
 Ansietas dpt diekspresikan lgs melalui
perubahan fisiologis dan perilaku scr tdk
lgs melalui timbulnya gejala/mekanisme
koping utk mempertahankan diri dari
ansietas.
 Respon fisiologis dpt terjadi pd sistem
kardiovaskuler, pernafasan,
meuromuskuler, GI, perkemihan, dan kulit
 Perilaku: motorik, afektif, kognitif
 Kardiovaskuler: palpitasi, berdebar-
debar, TD, pinsan, TD, N .
 Pernafasan: P, nafas pendek, dada
sesak, nafas dangkal, rasa tercekik,
terengah-engah.
 Neuromuskuler:  refeks, terkejut, mata
berkedip-kedip, insomnia, tremor, kaku-
kaku, gelisah, wajah tegang, kelemahan
umum, gerakan lambat, kaki goyah.
 Gastrointestinal: hilang nafsu makan,
menolak makan, abdomen tdk nyaman, nyeri
abdomen, mual, perih, diare.
 Sistem perkemihan: tekanan utk b.a.k.,
sering b.a.k.
 Kulit: wajah kemerahan, keringat lokal,
gatal-gatal, rasa panas dingin, wajah pucat,
berkeringat seluruh tubuh.
 Motorik: gelisah, ketegangan fisik,
tremor, sering kaget, bicara cepat,
kurang koordinasi, cenderung celaka,
menarik diri, menghindar, menahan diri,
hiperventilasi.
 Kognitif: gg perhatian, tak bisa
konsentrasi, pelupa, salah tafsir, pikiran
blocking, menurunnya lahan persepsi,
bingung, kesadaran diri berlebihan,
waspada berlebihan, hilangnya
obyektivitas, takut hilang kontrol, takut
luka/mati.
 Afektif: tdk sabar, tegang, nervous, takut
berlebihan, teror, gugup, sangat gelisah.
1. Task Oriented (orientasi pd tugas)
 Dipirkan utk memecahkan masalah, konflik,
memenuhi kebutuhan.
 Realistis memenuhi tuntutan situasi stres
 Disadari dan berorientasi pd tindakan
 Berupa reaksi: melawan (mengatasi
rintangan utk memuaskan kebutuhan),
menarik diri (menghilangkan sumber
ancaman fisik atau psikologis), kompromi
(mengubah cara, tujuan utk memuaskan
kebutuhan)
2. Ego oriented:
 Task oriented tdk selalu berhasil
 Melindungi “self”
 Berguna pd ansietas ringan ~ sedang
 Melindungi dr perasaan inadequacy dan buruk
 Berupa penggunaan mekanisme pertahanan
diri (defens mechanism)
 Kompensasi  Proyeksi
 Denial  Rasionalisasi
 Displacement  Reaksi formasi
 Disosiasi  Regresi
 Identifikasi
 Intelektualisasi
 Introyeksi
 Isolasi
2. Diagnosa Keperawatan : Ansietas
Pohon Masalah

Harga Diri Rendah (Efek)

Gangguan Citra Tubuh

Ansietas (Core problem)

Koping Individu Tak Efektif

Kurang Pengetahuan  perubahan fisik/Operasi/


Stressor Fisik ( Causa)
Gambar . Pohon Masalah pada Pasien Ansietas
Menurut NANDA:
 Ansietas
 Koping individu tidak efektif
 Takut

Contoh:
 Ansietas berat b.d. konflik seksual ditandai dg mencuci
tangan berulang-ulang, pikiran kotor dan adanya kuman yg
sering timbul.
 Ansietas sedang b.d. prestasi sekolah yg buruk
dimanifestasikan dg denial dan rasionalisasi yg berlebihan.
 Koping individu tak efektif b.d. kematian anak,
dimanifestasikan dg ketdkmampuan mengingat kembali
peristiwa kecelakaan.
 Menurunkan tingkat
kecemasan klien.
 Mendukung dan
melindungi klien
Tujuan: memberi dukungan, melindungi, dan
menurunkan tingkat ansietas pada tkt sedang
atau ringan.
 Bina hubungan saling percaya dan terbuka:
dengarkan keluhan, dukung utk menceritakan
perasaan, jawab pertanyaan scr langsung,
menerima tanpa pamrih, hargai pribadi
klien.
 Sadari dan kontrol perasaan diri perawat:
bersikap terbuka sesuai perasaan, terima
perasaan positif maupun negatif termasuk
perkembangan ansietas, menggali penyebab
ansietas, pahami perasaan diri secara
terapeutik.
 Yakinkan klien ttg manfaat mekanisme
koping yg bersifat melindungi dan tdk
memfokuskan diri pd perilaku
maladaptif: terima dan dukung klien; tdk
menentang klien; nyatakan perawat bisa
memahami rasa sakit tetapi tdk
memfokuskan pada rasa tersebut; beri
umpan balik thd perilaku, stresor,
dampak stresor dan sumber koping;
dukung ide keh fisik berhub dg kesehatan
mental; batasi perilaku maladaptif dg
cara suportif.
 Identifikasi dan mencoba menurunkan
situasi yg menimbulkan ansietas: sikap
tenang; lingkungan tenang; batasi kontak
dg klien lain; identifikasi dan modifikasi
hal yg menimbulkan cemas; terapi fisik:
mandi air hangat, pijat
 Anjurkan melakukan aktivitas di luar yg
menarik; share aktivitas yg sering
dilakukan; latihan fisik; buat rencana
harian; libatkan keluarga dan support
system.
 Tingkatkan kesehatan fisik: beri obat-obatan
yg meningkatkan rasa nyaman; observasi
efek samping obat dan beri pendidikan
kesehatan yang sesuai.
1. Bina hubungan saling percaya:
 Dengar dengan hangat dan responsif
 Beri waktu kepada klien untuk berespon
 Beri dukungan utk ekspresi diri.
2. Perawat menyadari dan mengenal
ansietasnya sendiri:
 Kenali perasaan diri
 Kenali sikap dan perilaku perawat yg berdampak
negatif pd klien
 Bersama klien menggali perilaku dan respon shg
dapt belajar dan berkembang
3. Bantu klien mengenal ansietasnya:
 Bantu klien mengekspresikan perasaan.
 Bantu klien menghubungkan perilaku dg perasaan klien.
 Memvalidasi kesimpulan dan asumsi.
 Pertanyaan terbuka.
4. Perluas kesadaran berkembangnya ansietas :
 Bantu klien menhubungkan situasi dan interaksi yg
menimbulkan ansietas.
 Bantu klien meninjau kembali penilaian klien thd stresor
yg dirasa mengancam dan menimbulkan konflik.
 Mengaitkan pengalaman saat ini dg pengalaman masa lalu
5. Bantu klien mempelajari koping yg baru
 Menggali pengalaman klien menghadapi ansietas
sebelumnya.
 Tunjukkan akibat negatif koping yg saat ini.
 Dorong klien untuk mencoba koping adaptif yg lalu
 Memusatkan tanggung jawab perubahan pada klien
 Terima peran aktif klien.
 Mengaitkan hubungan sebab-akibat keadaan
ansietasnya.
 Bantu klien menyusun kembali tujuan memodifikasi
perilaku
 Anjurkan penggunaan koping yg baru
 Didik klien untuk memakai ansietas ringan untuk
pertumbuhan diri.
 Dorong aktivitas fisik untuk menyalurkan energi
 Mengerahkan dukungan sosial ~ koping adaptif
diterapkan oleh klien.
1. Membina hubungan saling percaya
2. Mengenali kondisi ansietas diri sebelum
perawat berinteraksi dengan klien
3. Membantu Klien mengenali ansietasnya
4. Memperluas kesadaran klien akan
berkembangnya ansietas
5. Membantu klien mempelajari koping yg baru
Evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan pd
klien ansietas dpt dilihat dari kemampuan :
1. Pasien dapat mengenal ansietas
2. Pasien dapat mengatasi ansietas melalui
koping yang baru
3. Pasien dapat memperagakan dan
menggunakan koping yang baru untuk
mengatasi ansietas.
4. Keluarga ikut terlibat dalam latihan yang
telah disusun
 Dokumentasi dilakukan pada setiap tahap
proses keperawatan yang meliputi
dokumentasi pengkajian, diagnosis
keperawatan, perencanaan, implementasi/
tindakan keperawatan, dan evaluasi

Anda mungkin juga menyukai