Anda di halaman 1dari 12

KASUS GIZI KLINIK

“Bioetika”
Kelompok 3 :
1. Nola Vita Sari 1911221003
2. Sentia Nengsih 1911221004
3. Resti 1911221005
4. Putri Ayu.A 1911221010
5. Yuliani Asri Assafa 1911221018
6. Ridho Wibowo 1911221022
7. Muthia Cahyani Putri 1911222006
8. Anggun Dwi Syakirah 1911222009
9. Atri Novembela Sari 1911223008
10. Nadya Poetry Salsa 1911223009
11. Salsabilla Melandhini 1911223017
‘KASUS’
Pada tanggal 28 Februari 2021 di suatu rumah sakit terdapat pasien remaja perempuan dengan
usia 14 tahun, BB 38 kg dan TB 147 cm. Agama Islam, pasien merupakan anak pertama dari
dua bersaudara. Pasien merupakan siswi kelas 2 SMP dan tinggal bersama kedua orang tuanya
di daerah kawasan padat penduduk yang mana terdapat banyak pedagang kaki lima. Bapaknya
bekerja sebagai buruh dan ibunya sebagai Ibu Rumah Tangga.
Pasien masuk dengan keluhan gejala demam tinggi di malam hari, pusing, diare, tidak nafsu makan, dan mual
muntah. Sebelumnya pasien sudah didiagonis dengan penyakit demam tifoid/tifus. Pasien sebelumnya
mengonsumsi obat paracetamol dan diapet. Pasien kemudian menjalani Proses Asuhan Gizi Terstandar akibat
malnutrisi yang dideritanya. Pada tahap awal, Ia diperiksa dan melakukan pengukuran antropometri dan
laboratorium. Ahli gizi hanya menanyakan makanan yang terakhir kali dikonsumsi oleh pasien yaitu bakso.
Setelah itu, ahli gizinya kemudian langsung memberikan diagnosis gizi berdasarkan hasil pemeriksaan
tersebut dan mengelompokkannya sesuai domain yang sesuai. Setelah memberikan diagnosis, ahli gizi
kemudian melakukan intervensi terhadap diagnosis yang telah ditentukan sebelumnya tanpa melibatkan
pasien untuk
berdisksusi lebih lanjut.
Dalam batas waktu tertentu, pasien kembali ke rumah sakit tersebut dan bertemu dengan ahli gizi yang
sama. Pada saat itu ahli gizi hanya melakukan pengukuran dan pengecekan berdasarkan perbandingan data
sebelumnya dengan yang sekarang tanpa adanya pengecekan lebih lanjut. Pasien datang dalam keadaan
tidak sembuh, setelah dicek ternyata terdapat kesalahan pada ahli gizi yang menyarankan makanan kepada
pasien, namun tidak menanyakan terlebih dahulu atau berdiskusi terlebih dahulu dengan pasien terkait
riwayat alergi yang dimilikinya.
Data Antropometri
a. Umur : 14 tahun
b. BB : 38 kg
C. TB : 147 cm

Riwayat Medis
A. Riwayat Penyakit : Tifus
B. Gejala : Demam tinggi pada malam hari, pusing, tidak nafsu makan, mual muntah
C. Metabolisme : Malnutrisi
D. Obat-obatan : paracetamol, diapet
Riwayat Makanan Terakhir
Mengkonsumsi Makanan Bakso

Sosial Ekonomi
a. Ekonomi Lemah
b. Pasien tinggal di lingkungan yang banyak pedagang kaki lima
PELANGGARAN KASUS
1. Pelanggaran yang dilakukan Ahli Gizi
Ahli gizi tidak melakukan langkah
01 asesmen dengan lengkap, ahli gizi
tidak menanyakan lebih lanjut
02 Ahli gizi mengambil tindakan
lanjut tanpa berdiskusi terlebih
mengenai asupan makanan pasien dahulu dengan pasien.
selama 24 jam, riwayat alergi pasien,
aktifitas, dan juga pola makan
pasien.

2. Bentuk Pelanggaran
a. Pelanggaran terkait UU No.36 Tahun 2014 Pasal 58 Ayat 1 Poin A dan B

Poin A, Ahli Gizi tidak memberikan


pelayanan kesehatan sesuai dengan Poin B, memperoleh persetujuan
01 Standar Profesi, Standar Pelayanan
Profesi, Standar Prosedur Operasional,
02 dari Penerima Pelayanan
Kesehatan atau keluarganya atas
dan etika profesi serta kebutuhan tindakan yang akan diberikan;
kesehatan Penerima Pelayanan
Kesehatan.
PELANGGARAN KASUS
b. Pelanggaran Hak Komunikasi dan Persetujuan pasien
Pasien harus paham dengan jelas
Hak pasien untuk mengambil apa tujuan dari suatu tes atau
01 keputusan mengenai perawatan 03 pengobatan , hasil apa yang akan
diperoleh , dan apa dampaknya
kesehatan (menentukan sendiri,
bebas dalam membuat keputusan jika menunda keputusan.
yang menyangkut dirinya).

Dokter atau petugas kesehatan tidak


boleh menawarkan kepada pasiennya
Pasien mempunyai hak untuk
04 tindakan sia -sia atau hal yang tidak
02 mendapatkan informasi yang
menguntungkan.
diperlukan untuk mengambil
keputusannya.

Pasien harus tetap dilibatkan dalam


05 pengambilan keputusan sejauh
kapasitas pasien masih
memungkinkan.
PELANGGARAN KASUS
c. Pelanggaran Kode Etik

Ahli Gizi melakukan pelanggaran terkait kewajiban terhadap klien, yaitu Ahli
Gizi berkewajibab memberikan informasi kepada klien dengan tepat dan jelas,
sehingga memungkinkan klien mengerti dan mau memutuskan sendiri
berdasarkan informasi tersebut.

3. Sanksi Pelanggaran Kode Etik

01 Sanksi moral, dapat berupa


pernyataan tertutup atau terbuka Sanksi berupa skorsing hingga pencabutan
tentang kesalahan kode etik yang 02 izin praktik gizi.
dilakukan.

03 Sanksi pengeluaran dari organsiasi.


PENYELESAIAN KASUS
A. Ahli Gizi Seharusnya Melakukan Langkah Asesmen Dengan Lengkap.
Langkah Asesmen, Antara Lain:
01 Riwayat penyakit dan diagnosis klinis

02 Antropometri & Pengukuran komposisi tubuh

03 Pemeriksaan Fisik
04 Laboratorium

05 Asesmen diet

06 Kapasitas fungsional
06 pasien tindakan apa yang
b. Ahli Gizi harus mengkomunikasikan dengan
akan diambil selanjutnya.
Langkah Asesmen
Laboratorium Riwayat Pasien
Keseimbangan asam basa, profil • Riwayat personal yaitu menggali
elektrolit dan ginjal, profil asam informasi umum seperti usia, jenis
lemak esensial, profil kelamin, etnis, pekerjaan, merokok,
cacat fisik, food recall 24 jam, aktifitas
gastrointestinal,
fisik, pola makan, dsb.
profilglukosa/endokrin, dsb • Riwayat medis/kesehatan pasien yaitu
Pemeriksaan Fisik Terkait Gizi menggali penyakit atau kondisi pada
Evaluasi sistem tubuh, wasting otot dan klien, alergi terhadap obat atau makanan
• Riwayat sosial yaitu menggali mengenai
lemak subkutan, kesehatan mulut,
faktor sosioekonomi klien, situasi
kemampuan menghisap, menelan dan tempat tinggal, kejadian bencana yang
bernafas serta nafsu makan. dialami, agama, dukungan kesehatan
dan lain-lain.
Antropometri
Kapasitas Fungsional
Pengukuran tinggi badan, berat badan,
Kemampuan seseorang dlm perubahan berat badan, indeks masa tubuh,
memanfaatkan fisik dalam aktifitas Asesmen diet pertumbuhan dan komposisi tubuh.
sehari-hari dan proses interaksi yang tepat bagi
HIKMAH
Berdasarkan tinjauan kasus dan pembahasan diatas maka
dapat diambil hikmah sebagai berikut:

Sebagai calon seorang ahli gizi kita harus


memperhatikan Kode etik yg melekat pada
ahli gizi saat melakukan PAGT pada pasien
mulai dari assesment sampai dengan
monitoring dan evaluasi agar tidak terjadi
kesalahan dalam mengambil keputusan
intervensi.
Dapat menjadi seorang Ahli Gizi yang
memperhatikan tiap kegiatan yang
Dapat menjadi seorang ahli gizi yang dilakukan serta sesuai dengan standar.
memberikan memberikan pelayanan
gizi prima, cepat, dan akurat.
REFERENSI
2014. “Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2014 Tentang Tenaga Kesehatan”.
https://www.hukumonline.com/. Diakses tanggal 28
Februari 2021.
2014. “Pedoman Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)”.
Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. http://
repo.stikesperintis.ac.id/1094/1/10%20Pedoman%20As
uhan%20Gizi%20Terstandar.pdf
. Diakses tanggal 28 Februari 2021.
Saflii, Lutfi Insan. 2012. “Asuhan Keperawatan Pada Tn.S
Dengan Demam Typhoid Di Bangsal Sofa Rs Pku
Muhammadiyah Surakarta”. http://
eprints.ums.ac.id/21070/1/PERSEMBAHAN.pdf.
Diakses tanggal 28 Februari 2021.
Tjaronosari dan Edith Herianandita. 2018. Etika Profesi.
Jakarta. Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia
Kesehatan.
Thank you
KELOMPOK 3

Anda mungkin juga menyukai