PERTEMUAN 3
firmanuniska99@gmail.com ( 081349354898)
Pada penampang X – X :
Fn = F
Fn – F = 0
2
Tegangan tarik =
Fn F
t = ≤ t
A A
Apabila tegangan tarik yang diizinkan = maka tegangan tarik harus lebih kecil
daripada tegangan tarik yang diizinkan. Dengan demikian dapat ditentukan
ukuran-ukuran untuk perencanaannya.
F
Aminimum = (bila F sudah ditentukan)
t
F G
mak = ≤ t
A
3
Pada rantai yang harus menerima beban tarik adalah dua bagian
penampang kiri dan kanan.
A = 2 ( D2)
4
1
A = D2
2
4
DETAIL PROFIL UJI TARIK DAN SIFAT
MEKANIK LOGAM
6
Deformasi plastis (plastic deformation)
Yaitu perubahan bentuk yang tidak kembali ke keadaan semula. Pada Gbr.5
yaitu bila bahan ditarik sampai melewati batas proporsional dan mencapai
daerah landing.
Tegangan luluh atas σuy (upper yield stress)
Tegangan maksimum sebelum bahan memasuki fase daerah landing peralihan
deformasi elastis ke plastis.
Tegangan luluh bawah σly (lower yield stress)
Tegangan rata-rata daerah landing sebelum benar-benar memasuki fase
deformasi plastis. Bila hanya disebutkan tegangan luluh (yield stress), maka
yang dimaksud adalah tegangan ini.
Regangan luluh εy (yield strain)
Regangan permanen saat bahan akan memasuki fase deformasi plastis.
Regangan elastis εe (elastic strain)
Regangan yang diakibatkan perubahan elastis bahan. Pada saat beban
dilepaskan regangan ini akan kembali ke posisi semula.
Regangan plastis εp (plastic strain)
Regangan yang diakibatkan perubahan plastis. Pada saat beban dilepaskan
regangan ini tetap tinggal sebagai perubahan permanen bahan.
7
Regangan total (total strain)
Merupakan gabungan regangan plastis dan regangan elastis, εT = εe+εp. Perhatikan beban
dengan arah OABE. Pada titik B, regangan yang ada adalah regangan total. Ketika beban
dilepaskan, posisi regangan ada pada titik E dan besar regangan yang tinggal (OE) adalah
regangan plastis.
Tegangan tarik maksimum TTM (UTS, ultimate tensile strength)
Pada Gbr ditunjukkan dengan titik C (σβ), merupakan besar tegangan maksimum yang
didapatkan dalam uji tarik.
Kekuatan patah (breaking strength)
Pada Gbr.5 ditunjukkan dengan titik D, merupakan besar tegangan di mana bahan yang
diuji putus atau patah.
Tegangan luluh pada data tanpa batas jelas antara perubahan elastis dan plastis
Untuk hasil uji tarik yang tidak memiliki daerah linier dan landing yang jelas, tegangan luluh
biasanya didefinisikan sebagai tegangan yang menghasilkan regangan permanen sebesar
0.2%, regangan ini disebut offset-strain (gambar dibawah).
8
Gbr. Diagram Uji Tarik
9
Gbr. Penentuan tegangan luluh (yield stress) untuk kurva
tanpa daerah linier
10
SELANJUTNYA AKAN KITA BAHAS BEBERAPA ISTILAH LAIN YANG
PENTING SEPUTAR INTERPRETASI HASIL UJI TARIK
Kelenturan (ductility)
Merupakan sifat mekanik bahan yang menunjukkan derajat deformasi plastis yang
terjadi sebelum suatu bahan putus atau gagal pada uji tarik. Bahan disebut lentur
(ductile) bila regangan plastis yang terjadi sebelum putus lebih dari 5%, bila kurang
dari itu suatu bahan disebut getas (brittle).
Derajat kelentingan (resilience)
Derajat kelentingan didefinisikan sebagai kapasitas suatu bahan menyerap energi
dalam fase perubahan elastis. Sering disebut dengan Modulus Kelentingan (Modulus
of Resilience), dengan satuan strain energy per unit volume (Joule/m3 atau Pa).
Dalam Gbr.1, modulus kelentingan ditunjukkan oleh luas daerah yang diarsir.
Derajat ketangguhan (toughness)
Kapasitas suatu bahan menyerap energi dalam fase plastis sampai bahan tersebut
putus. Sering disebut dengan Modulus Ketangguhan (modulus of toughness). Dalam
Gbr.5, modulus ketangguhan sama dengan luas daerah dibawah kurva OABCD.
11
Pengerasan regang (strain hardening)
Sifat kebanyakan logam yang ditandai dengan naiknya nilai
tegangan berbanding regangan setelah memasuki fase plastis.
Tegangan sejati , regangan sejati (true stress, true strain)
Dalam beberapa kasus definisi tegangan dan regangan seperti
yang telah dibahas di atas tidak dapat dipakai. Untuk itu dipakai
definisi tegangan dan regangan sejati, yaitu tegangan dan
regangan berdasarkan luas penampang bahan secara real time.
Detail definisi tegangan dan regangan sejati ini dapat dilihat
pada Gbr.
12
Gbr. Tegangan dan regangan berdasarkan panjang bahan
sebenarnya
13
SIFAT ELASTISITAS BAHAN
14
Regangan adalah perbandingan antara pertambahan panjang
setelah patah dengan panjang semula yang dinyatakan dalam
persen atau tidak dengan persen. Regangan ini menunjukkan
apakah bahan itu cukup elastis artinya bila regangannya besar
bahan tersebut mampu menahan perubahan bentuk sebelum
patah. Makin besar regangan suatu bahan maka bahan itu
makin mudah dibentuk.
Pertambahan panjang L = Lu – Lo
pertambahan panjang
Regangan =
panjang semula
L Lu Lo
= ; (baca: epsilon)
Lo Lo
15
Selain mengalami pertambahan panjang jika suatu batang ditarik
maka juga akan mengalami perubahan penampang. Batang akan
menjadi lebih kecil. Pengurangan luas penampang yang terjadi sampai
batas kekuatan tariknya atau sebatas kekenyalannya disebut
kontraksi. Adapun pengurangan luas penampang terbesar terjadi
setelah batang putus yang disebut penggentingan. Penggentingan
juga disebut regangan pada arah tegak lurus poros (lateral strain)
disingkat q.
pengurangan luas penampang terbesar setelah putus
Penggentingan = 100%
luas penampang semula
Ao Au
q = 100%
Ao
16
Perbandingan antara penggentingan dengan regangan dikenal
dengan nama konstanta Poisson disingkat dengan μ (baca: mu).
q
=
baja = 0,3
besi tuang = 0,25
karet = 0,5
17
HUKUM HOOKE PADA
PERHITUNGAN TEGANGAN TARIK
Hukum Hooke itu masih tetap berlaku apabila beban tidak
melampaui batas perbandingan (proporsionalitas). Apabila
tegangan dalam batang terletak di atas batas proporsionalitasnya
maka hukum Hooke sudah tidak berlaku lagi.
Pada batas proporsionalitas akan berlaku hubungan antara
tegangan dan regangan:
tegangan
= konstan
regangan
18
Modulus kenyal atau modulus elastisitas adalah ukuran
kekakuan suatu bahan. Suatu bahan dengan modulus kenyal
yang lebih besar disebut lebih kaku, sedangkan suatu bahan
dengan modulus kenyal yang lebih kecil disebut lebih lemah.
=E
= E (hukum Hooke)
Lu Lo F
= dan = maka
Lo A
F Lu Lo
= E
A Lo
F Lo
Lu – Lo =
A E
N kg f dyne
= tegangan ( 2
, 2
, atau )
m m cm 2
N kg f dyne
E = modulus elastisitas ( 2
, 2
, atau )
m m cm 2
Lu Lo L t
v = E= o E
Lo Lo
v = t E
N kg f dyne
v = tegangan tekan ( 2
, 2
, atau 2
)
m m cm
N kg f dyne
E = modulus elastisitas ( 2
, 2
, atau 2
)
m m cm
(baca: lamda) 20
CONTOH SOAL:
1.Sebuah batang bulat yang dibuat dari baja tuang panjangnya 4 meter
dengan diameter 40 mm. Batang bulat itu ditarik dengan beban tarik
sebesar 4000 kgf. Berat jenis baja tuang = 7,8. kgf/ dan modulus kenyal
baja tuang 2,1. kgf/m2. Berapakah perpan¬jangan dan regangannya?
Diketahui : Lo = 4 m
D = 40 mm = 4 . m
F = 4000 kgf
Bj = 7,8. kgf/
E = 2,1. kgf/
Ditanyakan : Lu – Lo = …?
ε = …?
Penyelesaian
Beratnya sendiri (G):
G = . . Lo . Bj
21
Perpanjangannya (Lu – Lo):
F G Lo 2
Lu – Lo = adapun A = D
A E 4
Regangannya ():
Lu Lo
= 100%
Lo
22
TUGAS 2:
1. Sebuah batang bulat yang dibuat dari baja tuang panjangnya
6 meter dengan diameter 50 mm. Batang bulat itu ditarik
dengan beban tarik sebesar 5000 kgf. Berat jenis baja tuang =
7,8.kgf/ dan modulus kenyal baja tuang 2,1. kgf/. Berapakah
perpanjangan dan regangannya?
23