Anda di halaman 1dari 15

Poissons Ratio

Poissons Ratio adalah sebuah konstanta elastik yang merepresentasikan sifat fisis batuan.
Pengertian fisis Poissons Ratio dapat dijelaskan dengan contoh sbb:
Bayangkan sebuah sampel batuan yang berbentuk selinder dengan panjang L dan jari-jari R.
Sampel tersebut ditekan dengan gaya berkekuatan F. Karena tekanan tersebut maka panjang
sample akan memendek dan jari-jarinya akan melebar. Jika perubahan panjangnya adalah dL dan
perubahan jari-jarinya adalah dR, maka besaran Poissons Ratio adalah dR/dL.
Poissons Ratio dapat dituliskan sebagai fungsi dari kecepatan gelombang kompresi dan geser:

Berdasarkan hasil uji laboratorium, setiap


batuan memiliki nilai Poissons Ratio yang spesifik, misalnya: Sedimen laut dangkal (Hamilton,
1976) memiliki kisaran Poissons Ration antara 0.45-0.50; Batupasir tersaturasi air garam
(Domenico, 1976): 0.41; Batupasir tersaturasi gas (Domenico, 1976): 0.10
Dari hasill uji lab Domenico (1976) kita melihat bahwa batupasir yang tersaturasi gas memiliki
Poissons Ratio 25% lebih rendah dibandingkan batupasir yang tersaturasi air garam. Adanya
kontras Poissons Ratio yang tajam pada lapisan batuan akibat kehadiran gas, seringkali sifat fisis
ini digunakan untuk mendeterminasi zona akumulasi gas.
Gambar dibawah ini menunjukkan hubungan antara besaran Poissons Ratio sebagai fungsi dari
prosentase kehadiran gas dalam batuan bersamaan dengan sifat kecepatan gelombang.

Persamaan diatas diturunkan sbb. (click gambar untuk memperbesar).

Posted by Agus Abdullah, PhD at 6:24 PM


Labels: Sifat Fisis

Mata mekanika kekuatan material with bapak Imam Basyori ST.MT


Gambar 1: Gambaran singkat uji tarik dan datanya
Biasanya yang menjadi fokus perhatian adalah kemampuan maksimum bahan tersebut dalam
menahan beban. Kemampuan ini umumnya disebut Ultimate Tensile Strength disingkat
dengan UTS, dalam bahasa Indonesia disebut tegangan tarik maksimum.
Hukum Hooke (Hookes Law)
Untuk hampir semua logam, pada tahap sangat awal dari uji tarik, hubungan antara beban atau
gaya yang diberikan berbanding lurus dengan perubahan panjang bahan tersebut. Ini disebut
daerah linier atau linear zone. Di daerah ini, kurva pertambahan panjang vs beban mengikuti
aturan Hooke sebagai berikut:
rasio tegangan (stress) dan regangan (strain) adalah konstan
Tujuan uji tarik :
1.Mengetahui titik luluh
2.Mengetahui titik tarik maksimum
3.Mengetahui titik putus
4.Mengetahui karakter bahan (ulet, getas)
-download materi dalam bentuk word
-download materi dalam bentuk ppt
-refernsi yang lain
poisson ratio
Poisson Ratio=- regangan lateral/regangan aksial
Regangan lateral = penyusutan luasan/luasan mula
Regangan aksial= pertambahan panjang/panjang mula
Penyusutan luasan=luasan akhir luasan mula
Pertambahan panjang= panjang akhir- panjang mula
Stress adalah beban dibagi luas penampang bahan dan strain adalah pertambahan panjang
dibagi panjang awal bahan.
Stress: = F/A

F: gaya tarikan, A: luas penampang

Strain: = L/L

L: pertambahan panjang, L: panjang awal

Hubungan antara stress dan strain dirumuskan:


E=/
Untuk memudahkan pembahasan, gambar 1 kita modifikasi sedikit dari hubungan antara gaya
tarikan dan pertambahan panjang menjadi hubungan antara tegangan dan regangan (stress vs
strain). Selanjutnya kita dapatkan gambar 2, yang merupakan kurva standar ketika melakukan
eksperimen uji tarik. E adalah gradien kurva dalam daerah linier, dimana perbandingan tegangan
() dan regangan () selalu tetap. E diberi nama Modulus Elastisitas atau Young Modulus.
Kurva yang menyatakan hubungan antara strain dan stress seperti ini kerap disingkat kurvaSS
(SS curve).

Gambar 2 : Kurva tegangan-regangan


Bentuk bahan yang diuji, untuk logam biasanya dibuat spesimen dengan dimensi seperti pada
Gambar 3 berikut.

Gambar 3 : Dimensi spesimen uji tarik (JIS Z2201).

Gambar 4 : Ilustrasi pengukur regangan pada spesimen


Perubahan panjang dari spesimen dideteksi lewat pengukur regangan (strain gage) yang
ditempelkan pada spesimen seperti diilustrasikan pada gambar 4. Bila pengukur regangan ini
mengalami perubahan panjang dan penampang, terjadi perubahan nilai hambatan listrik yang
dibaca oleh detektor dan kemudian dikonversi menjadi perubahan regangan.

Gambar 5 : Profil data hasil uji tarik


Batas elastic E ( elastic limit)
Dalam gambar 5 dinyatakan dengan titik A. Bila sebuah bahan diberi beban sampai pada titik A,
kemudian bebannya dihilangkan, maka bahan tersebut akan kembali ke kondisi semula (tepatnya
hampir kembali ke kondisi semula) yaitu regangan nol pada titik O (lihat inset dalam gambar
5). Tetapi bila beban ditarik sampai melewati titik A, hukum Hooke tidak lagi berlaku dan
terdapat perubahan permanen dari bahan. Terdapat konvensi batas regangan permamen
(permanent strain) sehingga masih disebut perubahan elastis yaitu kurang dari 0.03%, tetapi
sebagian referensi menyebutkan 0.005%. Tidak ada standarisasi yang universal mengenai nilai
ini.
Batas proporsional p (proportional limit)
Titik sampai di mana penerapan hukum Hooke masih bisa ditolerir. Tidak ada standarisasi
tentang nilai ini. Dalam praktek, biasanya batas proporsional sama dengan batas elastis.
Deformasi plastis (plastic deformation)

Yaitu perubahan bentuk yang tidak kembali ke keadaan semula. Pada Gambar5 yaitu bila bahan
ditarik sampai melewati batas proporsional dan mencapai daerah landing.
Tegangan luluh atas uy (upper yield stress)
Tegangan maksimum sebelum bahan memasuki fase daerah landing peralihan deformasi elastis
ke plastis.
Tegangan luluh bawah ly (lower yield stress)
Tegangan rata-rata daerah landing sebelum benar-benar memasuki fase deformasi plastis. Bila
hanya disebutkan tegangan luluh (yield stress), maka yang dimaksud adalah tegangan ini.
Regangan luluh y(yield strain)
Regangan permanen saat bahan akan memasuki fase deformasi plastis.
Regangan elastis e(elastic strain)
Regangan yang diakibatkan perubahan elastis bahan. Pada saat beban dilepaskan regangan ini
akan kembali ke posisi semula.
Regangan plastis p (plastic strain)
Regangan yang diakibatkan perubahan plastis. Pada saat beban dilepaskan regangan ini tetap
tinggal sebagai perubahan permanen bahan.
Regangan total (total strain)
Merupakan gabungan regangan plastis dan regangan elastis, T = e+p. Perhatikan beban dengan
arah OABE. Pada titik B, regangan yang ada adalah regangan total. Ketika beban dilepaskan,
posisi regangan ada pada titik E dan besar regangan yang tinggal (OE) adalah regangan plastis.
Tegangan tarik maksimum TTM (UTS, ultimate tensile strength)
Pada gambar 5 ditunjukkan dengan titik C (), merupakan besar tegangan maksimum yang
didapatkan dalam uji tarik.
Kekuatan patah (breaking strength)
Pada gambar 5 ditunjukkan dengan titik D, merupakan besar tegangan di mana bahan yang diuji
putus atau patah.
Tegangan luluh pada data tanpa batas jelas antara perubahan elastis dan plastis

Untuk hasil uji tarik yang tidak memiliki daerah linier dan landing yang jelas, tegangan luluh
biasanya didefinisikan sebagai tegangan yang menghasilkan regangan permanen sebesar 0.2%,
regangan ini disebut offset-strain (gambar 6).

Gambar 6 Penentuan tegangan luluh (yield stress) untuk kurva tanpa daerah linier
Perlu untuk diingat bahwa satuan SI untuk tegangan (stress) adalah Pa (Pascal, N/m2) dan strain
adalah besaran tanpa satuan.
3. Istilah lain
Selanjutnya akan kita bahas beberapa istilah lain yang penting seputar interpretasi hasil uji tarik.
Kelenturan (ductility)
Merupakan sifat mekanik bahan yang menunjukkan derajat deformasi plastis yang terjadi
sebelum suatu bahan putus atau gagal pada uji tarik. Bahan disebut lentur (ductile) bila regangan
plastis yang terjadi sebelum putus lebih dari 5%, bila kurang dari itu suatu bahan disebut getas
(brittle).
Derajat kelentingan (resilience)
Derajat kelentingan didefinisikan sebagai kapasitas suatu bahan menyerap energi dalam fase
perubahan elastis. Sering disebut dengan Modulus Kelentingan (Modulus of Resilience), dengan
satuan strain energy per unit volume (Joule/m3 atau Pa). Dalam Gambar1, modulus kelentingan
ditunjukkan oleh luas daerah yang diarsir.
Derajat ketangguhan (toughness)
Kapasitas suatu bahan menyerap energi dalam fase plastis sampai bahan tersebut putus. Sering
disebut dengan Modulus Ketangguhan (modulus of toughness). Dalam gambar 5, modulus
ketangguhan sama dengan luas daerah dibawah kurva OABCD.

Pengerasan regang (strain hardening)


Sifat kebanyakan logam yang ditandai dengan naiknya nilai tegangan berbanding regangan
setelah memasuki fase plastis.
Tegangan sejati , regangan sejati (true stress, true strain)
Dalam beberapa kasus definisi tegangan dan regangan seperti yang telah dibahas di atas tidak
dapat dipakai. Untuk itu dipakai definisi tegangan dan regangan sejati, yaitu tegangan dan
regangan berdasarkan luas penampang bahan secara real time. Detail definisi tegangan dan
regangan sejati ini dapat dilihat pada gambar 7.

Gambar 7 Tegangan dan regangan berdasarkan panjang bahan sebenarnya


Hubungan Tegangan dan Regangan
Hubungan tegangan dan regangan dapat diketahui dengan jelas pada diagram tegangan dan
regangan yang didasarkan dari data yang diperoleh dari pengujian tarik. Ini juga berlaku hukum
hooke yang menyatakan tegangan sebanding dengan regangan. Dan tegangan (stress) adalah
beban dibagi dengan luas penampang bahan dan regangan (strain) adalah pertambahan panjang
dibagi panjang awal bahan. Persamaannya sebagai berikut :
Stress = = F/A ; F = gaya tarikan ; A = luas penampang
Strain = =L/L ; L = pertambahan panjang ; L = panjang awal

Gambar 8: Diagram tegangan regangan


Sumber : BJM Beumer, Ilmu Bahan Logam, Jilid 1, Bharata Karya Aksara, Jakarta 1985.
hal 12
Keterangan :
P = Proporsional stress = pertambahan tegangan sebanding dengan pertambahan regangan
E = Elasticity stress = titik dimana terjadi deformasi elastis
Y = Yield stress = tempat terjadinya penambahan regangan tanpa penambahan beban
U = Ultimate stress = tegangan maksimum yang dapat dicapai bahan
B = Breaking stress = titik dimana material tersebut patah
Pada titik nol sampai batas proporsional, tegangan berbanding lurus dengan regangan dan
membentuk garis lurus yang curam (semakin curam garis tersebut maka semakin kaku
materialnya). Pada titk nol sampai yield point merupakan daerah elastis. Pada titik yield material
akan mengalami pertambahan regangan tanpa disertai penambahan beban.
Untuk material tertentu umumnya tidak memperlihatkan batas yield yang jelas. Maka untuk
menentukannya digunakan metode offset. Dengan metode ini, kekuatan ditentukan sebagai
tegangan dimana bahan memperlihatkan batas penyimpangan/deviasi tertentu dari keadaan
proporsional tegangan dan regangan.

Gambar 9 : Penentuan tegangan luluh dengan metode offset


Sumber : Timoshenko dan Gere, Mekanika Bahan, Erlangga, Jakarta 1987, hal 13

Cara metode offset adalah dengan menarik garis lurus sejajar dengan kurva tegangan dan
regangan (pada daerah proporsional) dan berjarak 0,002 atau 0,2% dari 0. Garis tersebut akan
memotong kurva tegangan dan regangan. Titik hasil perpotongan tersebut adalah titik yield
offset. Titik yield/luluh tersebut bukan dari hasil pengujian sifat fisik bahan maka dinamakan
titik luluh offset.
Pada kurva/diagram tegangan regangan terdapat 2 daerah yaitu daerah elastis (dari 0 sampai
yield point) dan daerah plastis (dari yield sampai breaking point). Adapun sifat mekanik dalam
setiap daerah tersebut, yaitu :
Sifat Mekanik Pada Daerah Elastis
a. Kekuatan elastisitas = kemapuan untuk menerima beban tanpa terjadi deformasi plastis.
b. Modulus Young (Modulus elastisitas) = didefinisikan sebagai ukuran kekakuan suatu material,
semakin kecil regangan elastis yang terjadi, maka semakin kaku material itu.
c. Modulus Resilience (Modulus kelentingan) = didefinisikan sebagai kemampuan material
untuk menyerap energi dari luar tanpa terdeformasi plastis. Energi yang diserap untuk meregang
satu satuan volume sampai batas elastisnya.
d. Kekerasan = kemapuan material untuk menerima penetrasi dan gesekan. Kekerasan
berbanding dengan elasttisitas sehingga benda yang punya elastisitas tinggi maka kekerasannya
rendah
Secara Umum Sifat Mekanik dari Logam Dibagi Menjadi :
a). Batas proposionalitas (Proportionality Limit)
Adalah daerah batas dimana tegangan dan regangan mempunyai hubungan proporsionalitas satu
dengan lainnya. Setiap penambahan tegangan akan diikuti dengan penambahan regangan secara
proporsional dalam hubungan linier : s = E e
b). Batas elastis (Elastic limit)
Adalah daerah dimana bahan akan kembali kepada panjang semula bila tegangan luar
dihilangkan. Daerah proporsionalitas merupakan bagian dari batas elastik. Bila beban terus
diberikan tegangan maka batas elastis pada akhimya akan terlampaui sehingga bahan tidak
kembali seperti ukuran semula. Maka batas elastis merupakan titik dimana tegangan yang
diberikan akan menyebabkan terjadinya deformasi plastis untuk pertama kalinya. Kebanyakan
material tenik mempunyai batas elastis yang hampir berhimpitan dengan batas
proporsionalitasnya.
c). Titik Luluh (Yield Point) dan Kekuatan Luluh (Yield Strength)

Adalah batas dimana material akan terus mengalami deformasi tanpa adanya penambahan beban.
Tegangan (stress) yang mengakibatkan bahan menunjukkan mekanisme luluh ini disebut
tegangan luluh (yield stress). Gejala luluh umumnya hanya ditunjukkan oleh logam-logam ulet
dengan struktur kristal BCC dan FCC yang membentuk interstitial solid solution dari atom-atom
karbon, boron, hidrogen dan oksigen. Interaksi antar dislokasi dan atom-atom tersebut
menyebabkan baja ulet seperti mild steel menunjukan titik luluh bawah (lower yield point) dan
titik luluh atas (upper yield point).
Untuk baja berkekuatan tinggi dan besi tuang yang getas pada umumnya tidak memperlihatkan
batas luluh yang jelas. Sehingga digunakan metode offset untuk menentukan kekuatan luluh
material. Dengan metode ini kekuatan luluh ditentukan sebagai tegangan dimana bahan
memperlihatkan batas penyimpangan/deviasi tertentu dari keadaan proporsionalitas tegangan dan
regangan.
Kekuatan luluh atau titik luluh merupakan suatu gambaran kemampuan bahan menahan
deformasi permanen bila digunakan dalam penggunaan struktural yang melibatkan pembebanan
mekanik seperti tarik, tekan, bending atau puntiran. Di sisi lain, batas luluh ini harus dicapai
ataupun dilewati bila bahan dipakai dalam proses manufaktur produk-produk logam seperti
proses rolling, drawing, stretching dan sebagainya. Dapat dikatakan titik luluh adalah suatu
tingkatan tegangan yang tidak boleh dilewati dalam penggunaan struktural (in service) dan harus
dilewati dalam proses manufaktur logam (forming process).
d). Kekuatan Tarik Maksimum (Ultimate Tensile Strength)
Adalah tegangan maksimum yang dapat ditanggung oleh material sebelum tejadinya perpatahan
(fracture). Nilai kekuatan tarik maksimum tarik ditentukan dari beban maksimum dibagi luas
penampang.
e). Kekuatan Putus (Breaking Strength)
Kekuatan putus ditentukan dengan membagi beban pada saat benda uji putus (Fbreaking) dengan
tuas penampang awal (A0). Untuk bahan yang bersifat ulet pada saat beban maksimum M
terlampaui dan bahan terus terdeformasi hingga titik putus B maka terjadi mekanisme penciutan
(necking) sebagai akibat adanya suatu deformasi yang terlokalisasi. Pada bahan ulet, kekuatan
putus lebih kecil dari kekuatan maksimum, dan pada bahan getas kekuatan putus sama dengan
kekuatan maksimumnya.
f). Keuletan (Ductility)
Adalah sifat yang menggambarkan kemampuan logam menahan deformasi hingga tejadinya
perpatahan. Pengujian tarik memberikan dua metode pengukuran keuletan bahan yaitu :

Persentase perpanjangan (Elongation) :

e (%) = [(Lf-L0)/L0] x 100%

dimana :

Lf = panjang akhir benda uji

L0 = panjang awal benda uji

Persentase reduksi penampang (Area Reduction) :

R (%) = [(A1 A0)/A0] x 100%


dimana :

Af = luas penampang akhir

A0 = luas penampang awal


g). Modulus Elastisitas (Modulus Young)
Adalah ukuran kekakuan suatu material, semakin besar harga modulus ini maka semakin kecil
regangan elastis yang terjadi, atau semakin kaku.
h). Modulus Kelentingan (Modulus of Resilience)
Adalah kemampuan material untuk menyerap energi dari luar tanpa terjadinya kerusakan. Nilai
modulus resilience (U) dapat diperoleh dari luas segitiga yang dibentuk oleh area elastik
diagram tegangan-regangan. Perumusannya : U = 0.5se atau U = 0.5se2/E.
i). Modulus Ketangguhan (Modulus of Toughness)
Adalah kemampuan material dalam mengabsorb energi hingga terjadinva perpatahan. Secara
kuantitatif dapat ditentukan dari luas area keseluruhan di bawah kurva tegangan-regangan hasil
pengujian tarik.
j). Kurva Tegangan-Regangan Rekayasa dan Sesungguhnya
Kurva tegangan-regangan rekayasa (engineering) didasarkan atas dimensi awal (luas area dan
panjang) dari benda uji, sementara untuk mendapatkan kurva tegangan-regangan sesungguhnya
(true) diperlukan luas area dan panjang aktual pada saat pembebanan setiap saat terukur. Pada
kurva tegangan-regangan rekayasa, dapat diketahui bahwa benda uji secara aktual mampu
menahan turunnya beban karena luas area awal Ao bernilai konstan pada saat perhitungan
tegangan = P/Ao. Sementara pada kurva tegangan-regangan sesungguhnya luas area aktual
adalah selalu turun hingga terjadinya perpatahan dan benda uji mampu menahan peningkatan
tegangan karena = P/A.
Safety faktor
SAFETY FAKTOR= TEGANGAN ULTIMAT/ TEGANGAN IJIN
SF > 1 ; KONSTRUKSI AMAN
SF = 1; KONSTRUKSI KRITISSF< 1; KONSTRUKSI GAGAL

modulus young,modulus elastis dan modulus deformasi


vsisurabaya
modulus young

Modulus yang berlaku dalam deformasi hanya


modulus Young (atau bisa disebut dengan modulus elastisitas), modulus geser, dan modulus
bulk. Semua modulus tersebut berperan dalam berbagai jenis deformasi yang terjadi terhadap
suatu benda. Modulus lainnya (meski tidak selalu disebut sebagai modulus) yang berperan dalam
deformasi benda yaitu Poisson Ratio, Lame's Parameter, dan modulus P-wave.
Yang umum digambarkan dalam deformasi diantaranya:

Modulus young, yaitu deskripsi matematis dari kecenderungan suatu benda untuk
berdeformasi secara elastis ketika suatu gaya dikenakan terhadap benda tersebut.
Modulus elastisitas adalah rasio dari tegangan dan regangan, atau jika digambarkan
dalam kurva tegangan-regangan, maka modulus elastisitas adalah kemiringannya.

Modulus geser (atau modulus rigiditas), yaitu rasio dari tegangan geser dan regangan
geser. Pemahamannya sama dengan modulus Young, hanya saja perbedaannya ada pada
arah gaya dan tegangan yang terjadi. Pada tegangan geser, gaya diaplikasikan secara
tangensial, sedangkan pada tegangan biasa, gaya diaplikasikan secara tegak lurus.
Sehingga arah regangannya pun berbeda. Mungkin akan cukup sulit untuk
memahaminya, tapi memang begitulah.

Poisson Ratio, yaitu rasio kontraksi terhadap ekstensi atau rasio dari tegangan yang
terjadi tegak lurus dengan beban terhadap tegangan aksial.

Modulus elastisitas adalah ukuran kekakuan suatu bahan. Jadi semakin tinggi nilainya
semakin sedikit perubahan bentuk pada suatu benda apabila diberi gaya.

Mendapatkan modulus elastisitas bukan cuma uji tarik. Uji tekuk (bending) lebih akurat dalam
penentuannya karena pada uji tersebut mesinnya lebih sedikit menerima gaya daripada uji tarik.
Modulus elastisitas atau disebut juga Modulus Young menyatakan tingkat kekakuan bahan.
Dirumuskan dalam perbandingan antara tegangan yang mampu ditahan suatu bahan sebelum
mengalami deformasi plastis terhadap regangan saat yield point terjadi. Modulus elastisitas
merupakan salah satu sifat bahan yang dapat diperoleh dari uji tarik.. Deformasi Elastis Besarnya
bahan mengalami deformasi atau regangan bergantung kepada besarnya tegangan. Pada sebagian
besar metal, tegangan dan regangan adalah proporsional dengan hubungan : E = modulus
elastistas atau modulus young Dikenal dengan HUKUM HOOKE Untuk logam harga E : 4,5 X
104 mpa S/D 40,7 X 104 Mpa. Bahan disebut mengalami DEFORMASI ELASTIS Jika tegangan
dan regangan besarnya proporsional. Deformasi elastis adalah tidak permanent, artinya jika
beban dilepaskan maka bahan kembali ke bentuk semula. Deformasi Elastis Non Linear Modulus
elastisitas dicari dengan modulus tangen atau modulus secant. dalam skala atom, deformasi
elastis adalah perubahan jarak antar atom. Jadi besar modulus elastisitas adalah besarnya tahanan
atom-atom yang berikatan Pada beban geser, tegangan dan regangan bisa dihubungkan dengan
persamaan: t = G . t = Tegangan = Regangan G = Modulus Geser Deformasi Plastis Pada
kebanyakan logam, deformasi elastis hanya terjadi sampai regangan 0.005. Jika bahan
berdeformasi melewati batas elastis, tegangan tidak lagi proporsional terhadap regangan. Daerah
ini disebut daerah plastis. Pada daerah plastis, bahan tidak bisa kembali ke bentuk semula jika
beban dilepaskan. Pada tinjauan mikro deformasi plastis mengakibatkan putusnya ikatan atom
dengan atom tetangganya dan membentuk ikatan yang baru dengan atom yang lainnya. Jika
beban di lepaskan, atom ini tidak kembali keikatan awalnya. Luluh dan Kekuatan Luluh Titik
luluh terjadi pada daerah dimana deformasi plastis mudah terjadi pada logam grafik - berbelok
secara bertahap sehingga titik luluh ditentukan dari awal perubahan kurva - dari linier ke
lengkung. Titik ini di sebut batas proporsional. Pada kenyataannya titik p ini tidak bisa
ditentukan secara pasti. Kesepakatan di buat dimana di tarik garis lurus paralel, dengan kurva -
dengan harga = 0.002. Perpotongan garis ini dengan kurva - didefinisikan sebagai kekuatan
luluh y. Kekuatan Tarik Setelah titik luluh, tegangan terus naik dengan berlanjutnya deformasi
plastis sampai titik maksimum dan kemudian menurun sampai akhirnya patah. Kekuatan tarik
adalah tegangan maksimum pada kurva - . Hal ini berhubungan dengan tegangan maksimum
yang bisa di tahan struktur pada kondisi tarik Keuletan Memgukur derajat deformasi plastis
pada saat patah. Bahan yang mengalami sedikit atau tidak sama sekali deformasi plastis di sebut
rapuh. Resilience Adalah kapasitas material untuk menyerap energi ketika mengalami deformasi
elastis dan ketika beban dilepaskan, energi ini juga dilepaskan. Modulus resilience, Ur : adalah
energi regang persatuan volume yang diperlukan sehingga material mendapat tegangan dari
kondisi tidak berbeban ketitik luluh. Material yang mempunyai sifat resilience adalah material
yang mempunyai tegangan luluh tinggi (y ) dan modulus elastisitas rendah. Contoh : alloy
untuk pegas. Ketangguhan ( Toughness ). Adalah kemampuan bahan untuk menyerap energi
sampai patah. Satuan ketangguhan = satuan resilience bahan ulet bahan tangguh bahan getas
bahan tidak tangguh Tegangan dan regangan sebenarnya diukur berdasarkan luas penampang
sebenarnya pada saat diberikan beban. Ada tiga jenis perubahan bentuk yaitu regangan,
mampatan, dan geseran. 1. Regangan. Renggangan merupakan perubahan bentuk yang dialami
sebuah benda jika dua buah gaya yang berlawanan arah (menjauhi pusat benda) dikenakan pada
ujung-ujung benda. 2. Mampatan. Mampatan adalah perubahan bentuk yang dialami sebuah
benda jika dua buah gaya yang berlawanan arah (menuju pusat benda) dikenakan pada ujung-

ujung benda. 3. Geseran Geseran adalah perubahan bentuk yang dialami sebuah benda jika dua
buah gaya yang berlawanan arah dikenakan pada sisi-sisi bidang benda.

Poisson Ratio adalah adalah sebuah konstanta elastik yang


merepresentasikan sifat fisis batuan, Dimana merupakan
regangan yang terjadi pada suatu benda berupa konstraksi
transversal dan regangan longitudinal. Apabila dinyatakan dalam
bentuk silinder maka kontraksi transversal terjadi pada Diameter
silinder (D) dan regangan longitudinal pada panjang silindur (L)
maka dapat di tuliskan sabagai berikut:
Poisson Ratio : (dD) / (dL)

Anda mungkin juga menyukai