Capaian pembelajaran:
Kurva tegangan regangan merupakan salah satu kurva terpenting pada bidang ilmu
mekanik karena dapat digunakan untuk mengetahui sifat mekanik material, terutama logam.
Kurva tegangan regangan diperoleh secara eksperimen dari hasil pengujian tarik. Gambar 1
menunjukkan specimen uji tarik sesuai standar ASTM -E8. Gaya yang bekerja pada benda akan
mengakibatkan tegangan pada benda. Tegangan yang terjadi pada benda kemudian menyebabkan
terjadinya regangan (Gambar 2).
Gambar 2. Regangan
Secara umum, bagian kurva tegangan regangan dibagi menjadi dua yaitu daerah elastis
dan daerah plastis. Batas antara kedua daerah tersebut merupakan titik luluh (lihat Gambar 3).
Daerah elastis:
– Pada daerah elastic, berdasarkan bentuk kurva maka pada daerah ini masih dibagi dua yaitu
elastic proporsional dan leastis non-proporsional.
Ditandai dengan garis lurus mulai dari nol sampai batas titik proporsional.
Ketika gaya yang bekerja pada benda dilepaskan maka benda akan kembali ke bentuk
semula. Pada uji tarik, benda akan kembali ke panjang semula ketika gaya tariknya
dilepaskan.
σ =Ee ,
Titik luluh:
– Titik luluh disebut sebagai Yield stress, yang merupakan batas antara daerah elastis dan
plastis.
– Jika perubahan kurva terlihat gradual maka titik luluh dapat ditentukan dengan menggunakan
aturan offset yield stress 0.2%, yaitu garis paralel dengan garis elastis (garis kemiringan
modulus Young).
– Titik luluh yang ditentukan dengan aturan offset disebut juga proof stress (lihat Gambar 4).
– Gambar 5 menjelaskan bagaimana menentukan titik luluh dengan aturan offset 0.2%, dimana
titik tersebut dihitung dari engineering stress-engineering strain.
Gambar 4. Proof stress
– Di luar daerah elastis, benda mengalami deformasi plastis. Ini berarti bahwa jika gaya yang
bekerja pada benda dilepaskan maka benda tidak kembali ke bentuk semula. Meskipun benda
tidak kembali ke panjang semula, panjang benda tetap berkurang dari panjang ketika gaya
belum dilepaskan. Hal tersebut disebabkan oleh sifat elastic yang masih dimiliki benda.
Seberapa panjang benda akan berkurang? Sulit dihitung karena belum ada teori yang saat ini
dirujuk. Banyak penelitian untuk memprediksi panjang benda setelah gaya dilepaskan yang
tergabung dalam prediksi springback.
– Pada daerah plastis, bentuk kurva tidak lurus tetapi melengkung. Kurva diawali dari titik
luluh, dan mencapai puncak tertinggi pada titik tagangan maksimum atau UTS, ultimate
tensile strength. Pada titik UTS ini merupakan awal dari ketidakstabilan plastis. Seiring
dengan kenaikan regangan maka terjadilah Necking, yaitu terjadinya penyempitan
penampang atau luasan benda kerja.
– Pada daerah plastis, kurva true stress-true strain untuk kebanyakan material mempunyai
bentuk kurva yang mempunyai persamaan Hollomon, seperti berikut:
σ =Kε n
Dimana:
n adalah strain hardening index, yang timbul akibat meningkatnya masa jenis dislokasi
Titik patah:
– Titik patah terjadi ketika benda sudah tdak mampu lagi menahan beban yang mengenainya.
Tegangan terakhir saat benda akan patah disebut sebagai rupture stress. Titik ini menjadi
tanda kemampuan benda untuk mengalami deformasi atau memanjang, yang selanjutnya
disebut dengan istilah elongation.
ℓ f −ℓο
ef =
– Elongation to failure: ℓο
– Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa deformasi hanya terjadi pada daerah plastis.
Kemampuan material untuk mengakomodasi deformasi plastis tanpa mengalami fracture
disebut dengan istilah ductility. Istilah ductility berasal dari kata ductile yang berarti lentur.
Formula yang digunakan untuk menghitung tegangan dan regangan nominal yaitu:
F
σ eng=
- Tegangan nominal (Engineering stress):
Ao
Dimana F adalah gaya atau beban tarik, sedangkan Ao adalah luas penampang mula-mula.
ℓ−ℓο Δℓ
ε eng= =
- Regangan nominal (Engineering strain): ℓο ℓο
ℓ
Dimana: ℓ adalah panjang akhir benda saat diukur, ο adalah panjang mula-mula, dan
Δℓ adalah pertambahan panjang.
A0 l o
A=
cukup ditulis l
F
σt=
maka, A
F .l F
σt=
A o l o , dimana A o adalah regangan nominal (engineering strain), ε eng .
Sehingga:
l
σ t =ε eng
lo
σ t =ε eng ( ε eng +1 )
l
dl l
ε t =∫ ln
lo l lo
=
l
ε t =ln
karena
l o , maka ε t =ln ( ε eng +1 )
n
σ =Kε
Dimana:
Untuk mengetahui persamaan kurva daerah plastis maka persamaan Holomon perlu
diturunkan dulu agar dapat digunakan untuk menghitung besaran konstanta kekuatannya (K) dan
strain hardening index (n), dengan cara berikut ini.
- Mengubah kurva lengkung menjadi kurva garis dengan cara menjadikan persamaan
logaritmik, seperti Gambar 7.
σ =Kε n
log σ =log Kε n
n
log σ =log K +log ε
log σ =n log ε
Persamaan ini mempunyai makna bahwa n merupakan gradien kemiringan dari kurva logaritmik
tegangan dan regangan.
log σ
n=
log ε
Karena sebuah garis hanya dapat diukur kemiringannya dari dua titik maka persamaan di atas
disesuaikan menjadi:
log σ 2 −log σ 1
n=
log ε 2 −log ε 1
Besaran σ 2 , σ 1 , ε2 dan ε 1 dapat diambil secara bebas dari dua titik selama masih di
daerah plastis antara titik luluh dan titik maksimum.
Jika strain hardening sudah dapat dihitung, maka selanjutnya digunakan untuk menghitung
konstanta K dengan cara memasukkan nilai n tersebut ke persamaan Holomon, dengan
mengambil satu titik di daerah plastis.
n
Dari rumus tegangan σ =Kε , maka konstanta K adalah:
σ
K=
εn
Gambar 7. Kurva logaritmik daerah plastis
Jawaban:
ϵ1=ln ( 1.75
1.5 )
=0.1541
2.0
ϵ2 =ln ( 1.75 )=0.1335
ϵ3 =ln ( 3.0
2.0 )
=0.4055
Jadi untuk engineering strain, nilai per tahap tidak sama dengan nilai keseluruhan.
Contoh soal 2:
Sebuah logam memiliki Ultimate Tensile Strength (UTS) sebesar 50.000 psi dan strain hardening
index, n = 0.25. Hitung strength coefficient (K) logam tersebut.
Jawaban:
Perlu diperhatikan bahwa nilai UTS sebenarnya dari logam ini dapat ditentukan dengan rumus:
Ao
UTStrue ¿ UTS ( )
A neck
=UTS ( e0.25 )
¿ 64.200 psi
Contoh soal 3:
Sebuah kabel terbuat dari empat macam material, yang masing-masing memiliki persamaan
n
σ =K ϵ , dimana n=0.3 . Jenis material, koefisien kekuatan (K) dan luas penampang tiap
material adalah sebagai berikut :
Jawaban:
a. Jika necking terjadi pada ϵ=n=0.3 , maka true stress pada setiap kabel (σ =K ϵn ) :
0.3
σ B=( 600 ) 0.3 =418 MPa
0.3
σ D =( 760 ) 0.3 =530 MPa
Luas penampang pada saat necking dapat dikalkulasi menggunakan rumus A neck −n
¿ Ao e :
−0.3
A A =( 7 ) e =5.18 mm2
−0.3
A B =( 2.5 ) e =1.85 mm2
−0.3
A C = (3 ) e =2.22 mm2
−0.3
A D=( 2 ) e =1.48 mm2
¿ 3650 N
Contoh soal 4:
Sebuah uji tarik material stainless steel mempunyai panjang mula-mula 10 mm, lebar 2.0 mm,
dan tebal 1.0 mm. Dari hasil uji tarik diketahui bahwa kurva daerah plastis mengikuti persamaan
Holomon dengan nilai konstanta kekuatan K = 150 MPa, dan strain hardening index n = 0.3.
Tentukan gaya tarik diperlukan untuk memperoleh panjang akhir dengan regangan plastis:
a) ε = 0.1
b) ε = 0.2
c) ε = 0.3
Jawaban:
F=σ.A
Dimana
A0 l o
A 0 lo = A F lF sehingga A=
l
0.3
σ B=( 150 ) 0.2 =… . MPa
0.3
σ C =( 150 ) 0.3 =… . MPa