Anda di halaman 1dari 14

KURVA TEGANGAN DAN REGANGAN

Capaian pembelajaran:

- Menjelaskan pengertian tegangan dan regangan.


- Menjelaskan bagian-bagian dari kurva tegangan regangan.
- Menurunkan rumus-rumus tegangan dan regangan engineering dan true.
- Menggambar diagram tegangan regangan dari data hasil uji tarik.

1. Pengertian tegangan regangan

Kurva tegangan regangan merupakan salah satu kurva terpenting pada bidang ilmu
mekanik karena dapat digunakan untuk mengetahui sifat mekanik material, terutama logam.
Kurva tegangan regangan diperoleh secara eksperimen dari hasil pengujian tarik. Gambar 1
menunjukkan specimen uji tarik sesuai standar ASTM -E8. Gaya yang bekerja pada benda akan
mengakibatkan tegangan pada benda. Tegangan yang terjadi pada benda kemudian menyebabkan
terjadinya regangan (Gambar 2).

Gambar 1. Dimensi spesimen uji tarik sesuai standar ASTM -E8

Gambar 2. Regangan
Secara umum, bagian kurva tegangan regangan dibagi menjadi dua yaitu daerah elastis
dan daerah plastis. Batas antara kedua daerah tersebut merupakan titik luluh (lihat Gambar 3).

Daerah elastis:

– Pada daerah elastic, berdasarkan bentuk kurva maka pada daerah ini masih dibagi dua yaitu
elastic proporsional dan leastis non-proporsional.

– Daerah elastic proporsional

 Terjadi ketika kenaikan tegangan berbanding lurus dengan regangan,

 Ditandai dengan garis lurus mulai dari nol sampai batas titik proporsional.

 Ketika gaya yang bekerja pada benda dilepaskan maka benda akan kembali ke bentuk
semula. Pada uji tarik, benda akan kembali ke panjang semula ketika gaya tariknya
dilepaskan.

 Pada daerah regangan rendah (elastis) ini berlaku hukum Hooke.

σ =Ee ,

dimana E adalah Modulus Young.

– Daerah elastic non-proporsional, yaitu daerah kedua dari zona elastic.


 Kondisi ini terjadi ketika kenaikan tegangan sudah tidak berbanding lurus dengan
regangan.
 Meskipun pertambahan panjang sudah tidak linier dengan gaya yang bekerja pada benda
tetapi ketika gaya tersebut dilepaskan maka benda akan tetap kembali ke panjang semula.
 Pada daerah ini hukum Hooke sudah tidak berlaku.
Gambar 3. Bagian-bagian kurva tegangan regangan

Titik luluh:

– Titik luluh disebut sebagai Yield stress, yang merupakan batas antara daerah elastis dan
plastis.
– Jika perubahan kurva terlihat gradual maka titik luluh dapat ditentukan dengan menggunakan
aturan offset yield stress 0.2%, yaitu garis paralel dengan garis elastis (garis kemiringan
modulus Young).
– Titik luluh yang ditentukan dengan aturan offset disebut juga proof stress (lihat Gambar 4).
– Gambar 5 menjelaskan bagaimana menentukan titik luluh dengan aturan offset 0.2%, dimana
titik tersebut dihitung dari engineering stress-engineering strain.
Gambar 4. Proof stress

Gambar 5. Penentuan titik luluh dengan aturan offset 0.2%


Daerah plastis:

– Di luar daerah elastis, benda mengalami deformasi plastis. Ini berarti bahwa jika gaya yang
bekerja pada benda dilepaskan maka benda tidak kembali ke bentuk semula. Meskipun benda
tidak kembali ke panjang semula, panjang benda tetap berkurang dari panjang ketika gaya
belum dilepaskan. Hal tersebut disebabkan oleh sifat elastic yang masih dimiliki benda.
Seberapa panjang benda akan berkurang? Sulit dihitung karena belum ada teori yang saat ini
dirujuk. Banyak penelitian untuk memprediksi panjang benda setelah gaya dilepaskan yang
tergabung dalam prediksi springback.
– Pada daerah plastis, bentuk kurva tidak lurus tetapi melengkung. Kurva diawali dari titik
luluh, dan mencapai puncak tertinggi pada titik tagangan maksimum atau UTS, ultimate
tensile strength. Pada titik UTS ini merupakan awal dari ketidakstabilan plastis. Seiring
dengan kenaikan regangan maka terjadilah Necking, yaitu terjadinya penyempitan
penampang atau luasan benda kerja.
– Pada daerah plastis, kurva true stress-true strain untuk kebanyakan material mempunyai
bentuk kurva yang mempunyai persamaan Hollomon, seperti berikut:
σ =Kε n

Dimana:

K adalah konstanta kekuatan material,

n adalah strain hardening index, yang timbul akibat meningkatnya masa jenis dislokasi

Titik patah:

– Titik patah terjadi ketika benda sudah tdak mampu lagi menahan beban yang mengenainya.
Tegangan terakhir saat benda akan patah disebut sebagai rupture stress. Titik ini menjadi
tanda kemampuan benda untuk mengalami deformasi atau memanjang, yang selanjutnya
disebut dengan istilah elongation.
ℓ f −ℓο
ef =
– Elongation to failure: ℓο
– Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa deformasi hanya terjadi pada daerah plastis.
Kemampuan material untuk mengakomodasi deformasi plastis tanpa mengalami fracture
disebut dengan istilah ductility. Istilah ductility berasal dari kata ductile yang berarti lentur.

2. Perhitungan tegangan-regangan nominal dan tegangan-regangan sebenarnya

Engineering stress – engineering strain:

Formula yang digunakan untuk menghitung tegangan dan regangan nominal yaitu:

F
σ eng=
- Tegangan nominal (Engineering stress):
Ao

Dimana F adalah gaya atau beban tarik, sedangkan Ao adalah luas penampang mula-mula.

ℓ−ℓο Δℓ
ε eng= =
- Regangan nominal (Engineering strain): ℓο ℓο


Dimana: ℓ adalah panjang akhir benda saat diukur, ο adalah panjang mula-mula, dan
Δℓ adalah pertambahan panjang.

True stress – true strain:

- Tegangan sebenarnya (true stress):


F
σt=
A
Dimana A adalah luas penampang saat mengalami tarikan. A selalu berubah mengecil
tergantung beban tarik yang diterima. Sesuai hukum ketetapan volume, maka ketika pelat uji
tarik memanjang maka luas penampang A akan mengecil.
dℓ
dε t =
- Regangan sebenarnya (true strain): ℓ
l
dl
ε t =∫
lo l
l
ln
εt =
lo

Hasil konversi rumus untuk menyerhanakan proses perhitungan:

Persamaan untuk tegangan sebenarnya:


F
σt=
A ,
A 0 lo
A F=
karena A tidak dapat diukur maka digunakan formula
A 0 lo = A F lF maka lF atau

A0 l o
A=
cukup ditulis l
F
σt=
maka, A
F .l F
σt=
A o l o , dimana A o adalah regangan nominal (engineering strain), ε eng .

Sehingga:
l
σ t =ε eng
lo
σ t =ε eng ( ε eng +1 )

Persamaan untuk regangan sebenarnya:

l
dl l
ε t =∫ ln
lo l lo
=
l
ε t =ln
karena
l o , maka ε t =ln ( ε eng +1 )

Persamaan tegangan regangan daerah plastis


Untuk kebanyakan material logam, bentuk kurva tegangan regangan daerah plastis
berbentuk melengkung (Gambar 6) yang mengikuti persamaan Hollomon, yaitu:

n
σ =Kε

Dimana:

K adalah konstanta kekuatan material.

n adalah strain hardening index.

Gambar 6. Kurva daerah plastis

Untuk mengetahui persamaan kurva daerah plastis maka persamaan Holomon perlu
diturunkan dulu agar dapat digunakan untuk menghitung besaran konstanta kekuatannya (K) dan
strain hardening index (n), dengan cara berikut ini.

- Mengubah kurva lengkung menjadi kurva garis dengan cara menjadikan persamaan
logaritmik, seperti Gambar 7.
σ =Kε n
log σ =log Kε n
n
log σ =log K +log ε

log σ =log K +n log ε


Karena konstanta K tidak mempengaruhi kelengkungan kurva maka dapat dihilangkan dari
persamaan, sehingga menjadi:

log σ =n log ε

Persamaan ini mempunyai makna bahwa n merupakan gradien kemiringan dari kurva logaritmik
tegangan dan regangan.

log σ
n=
log ε

Karena sebuah garis hanya dapat diukur kemiringannya dari dua titik maka persamaan di atas
disesuaikan menjadi:

log σ 2 −log σ 1
n=
log ε 2 −log ε 1

Besaran σ 2 , σ 1 , ε2 dan ε 1 dapat diambil secara bebas dari dua titik selama masih di
daerah plastis antara titik luluh dan titik maksimum.

Jika strain hardening sudah dapat dihitung, maka selanjutnya digunakan untuk menghitung
konstanta K dengan cara memasukkan nilai n tersebut ke persamaan Holomon, dengan
mengambil satu titik di daerah plastis.

n
Dari rumus tegangan σ =Kε , maka konstanta K adalah:

σ
K=
εn
Gambar 7. Kurva logaritmik daerah plastis

CONTOH SOAL DAN JAWABAN


Contoh soal 1:
Selembar pelat logam yang memiliki panjang 1.5 m diregangkan dalam tiga langkah:
pertama hingga panjang 1.75 m, kemudian ke 2.0 m, dan akhirnya ke 3.0 m. Tunjukkan bahwa
total strain yang benar adalah jumlah dari strain setiap langkah, sehingga strain tersebut bersifat
aditif. Tunjukkan dengan menggunakan regangan engineering, regangan untuk setiap langkah
tidak dapat ditambahkan untuk mendapatkan regangan total.

Jawaban:

Rumus true strain:


l
ϵ=ln ()
lo

Jika true strain dihitung pada tiap langkah:

ϵ1=ln ( 1.75
1.5 )
=0.1541

2.0
ϵ2 =ln ( 1.75 )=0.1335
ϵ3 =ln ( 3.0
2.0 )
=0.4055

Jumlah dari ketiga true strain tersebut ϵ=0.1541+0.1335+0.4055=0.6931

Jika true strain dihitung dari langkah 1 ke 3 adalah


3
ϵ=ln ( )
1.5
=0.6931
Dengan demikian maka true strains bersifat additive.

Dengan menggunakan pendekatan yang sama, untuk perhitungan engineering strain:


e 1=0.1667 ,
e 2=0.1429 ,
e 3=0.5 .
Jumlah keseluruhan dari engineering strain adalah: e 1+ e2 +e 3=0.8096 .
Jika engineering strain dihitung dari tahap 1 ke 3 maka diperoleh:
l−l o 3−1.5 1.5
e= = = =1
lo 1.5 1.5

Jadi untuk engineering strain, nilai per tahap tidak sama dengan nilai keseluruhan.

Contoh soal 2:

Sebuah logam memiliki Ultimate Tensile Strength (UTS) sebesar 50.000 psi dan strain hardening
index, n = 0.25. Hitung strength coefficient (K) logam tersebut.

Jawaban:

Perlu diperhatikan bahwa nilai UTS sebenarnya dari logam ini dapat ditentukan dengan rumus:

UTStrue ¿ K nn (dikarenakan saat terjadi necking ϵ=n ¿ .

Bila n = 0.25, maka kita dapat menulis:

Ao
UTStrue ¿ UTS ( )
A neck
=UTS ( e0.25 )

¿ UTS ( 50,000 ) ( 1.28 )

¿ 64.200 psi

Maka, bila UTStrue ¿ K nn ,


UTS 64,200
K= n
= 0.25
=90,800 psi
n 0.25

Contoh soal 3:
Sebuah kabel terbuat dari empat macam material, yang masing-masing memiliki persamaan
n
σ =K ϵ , dimana n=0.3 . Jenis material, koefisien kekuatan (K) dan luas penampang tiap
material adalah sebagai berikut :

- Material A ; K = 450 MPa ; Ao = 7 mm2

- Material B ; K = 600 MPa ; Ao = 2.5 mm2

- Material C ; K = 300 MPa ; Ao = 3 mm2

- Material D ; K = 760 MPa ; Ao = 2 mm2

Tentukan, beban tarik maksimum (maximum tensile load).

Jawaban:

a. Jika necking terjadi pada ϵ=n=0.3 , maka true stress pada setiap kabel (σ =K ϵn ) :

σ A =( 450 ) 0.30.3=314 MPa

0.3
σ B=( 600 ) 0.3 =418 MPa

σ C =( 300 ) 0.30.3=209 MPa

0.3
σ D =( 760 ) 0.3 =530 MPa

Luas penampang pada saat necking dapat dikalkulasi menggunakan rumus A neck −n
¿ Ao e :

−0.3
A A =( 7 ) e =5.18 mm2

−0.3
A B =( 2.5 ) e =1.85 mm2

−0.3
A C = (3 ) e =2.22 mm2
−0.3
A D=( 2 ) e =1.48 mm2

Maka total beban pada kabel diketahui:

P=( 314 ) (5.18 )+ ( 418 ) ( 1.85 ) + ( 209 ) ( 2.22 )+ ( 530 )( 1.48 )

¿ 3650 N

Contoh soal 4:
Sebuah uji tarik material stainless steel mempunyai panjang mula-mula 10 mm, lebar 2.0 mm,
dan tebal 1.0 mm. Dari hasil uji tarik diketahui bahwa kurva daerah plastis mengikuti persamaan
Holomon dengan nilai konstanta kekuatan K = 150 MPa, dan strain hardening index n = 0.3.

Tentukan gaya tarik diperlukan untuk memperoleh panjang akhir dengan regangan plastis:

a) ε = 0.1
b) ε = 0.2
c) ε = 0.3

Jawaban:

Gaya tarik dihitung berdasarkan rumus berikut:

F=σ.A

Dimana

σ =Kε n nilai K dan n diketahui.

A = luas penampang saat itu, dicari dengan rumus berikut

A0 l o
A 0 lo = A F lF sehingga A=
l

σ A =( 150 ) 0.10.3 =… . MPa

0.3
σ B=( 150 ) 0.2 =… . MPa
0.3
σ C =( 150 ) 0.3 =… . MPa

Anda mungkin juga menyukai