SISTEM GASTROINTESTINAL
Perdarahan saluran cerna adalah suatu perdarahan yang bisa terjadi dimana saja
disepanjang saluran pencernaan, mulai dari mulut sampai anus. Bisa berupa
ditemukannya darah dalam tinja atau muntah darah, tetapi gejala bisa juga tersembunyi
dan hanya bisa diketahui melalui pemeriksaan tertentu.
Perdarahan yang terjadi disaluran cerna bila disebabkan oleh adanya erosi arteri akan
mengeluarkan darah lebih banyak dan tidak dapat dihentikan dengan penatalaksanaan
medis saja (mansjoer, 2000).
Perdarahan saluran cerna dibagi menjadi dua: perdarahan saluran cerna bagian atas dan
perdarahan saluran cerna bagian bawah.
PERDARAHAN SALURAN PENCERNAAN BAGIAN ATAS
Klasifikasi Forrest perdarahan ulkus peptikum (Hadzibulic, 2007) Keterangan : Tipe 1a,
1b, 2a, 2b, pada terapi dengan endoskopi, risiko perdarahan ulang 43-55%. Tipe 2c, 3 tidak
perlu terapi endoskopi, risiko perdarahan ulang 5-10%.
2. Varises esophagus
Esophagitis dan gastropati adalah suatu peradangan esofagus dan lambung disebabkan
biasanya oleh asam lambung/refluxate lain misalnya pada GERD atau obat-obat tertentu
seperti OAIN/NSAIDs. Gastropati bisa juga terjadi pada pasien dengan sakit berat
misalnya pasien dengan ventilator, sepsis/multi organs failure (MOF).
5. Mallory-Weiss tear
Sindroma Mallory-Weiss merupakan bentuk perdarahan dari
lapisan lendir diantara lambung dan esophagus.
Adapun gejala utama yang sering ditimbulkan akibat
sindroma ini adalah suatu sensasi mual muntah yang hebat.
Robekan ini bisa disebabkan akibat batuk-batuk yang hebat,
kejang hebat pada epilepsi, gangguan pola makan, hernia
hiatal, dan kebiasaan mengkonsumsi alkohol dalam jumlah
yang banyak atau alkoholisme, atau pada beberapa kasus
sindroma morning sickness akibat frekuensi mual muntah
yang terlalu tinggi juga berpotensi menyebabkan robekan
Mallory-Weiss.
Sedangkan penyebab minor perdarahan saluran pencernaan bagian atas adalah (Cappell,
2008) :
1. Cameron lesion
Cameron lesion merupakan erosi pada lipatan mukosa pada kesan diafragma pada
pasien dengan hernia hiatus yang besar. Relevansi klinis dari Cameron lesion adalah
komplikasi potensial yang bisa berdampak pada perdarahan saluran pencernaan, dan
anemia. Diagnosis Cameron lesion biasanya ditegakkan dengan melakukan endoscopy
(Maganty, 2008).
2. Post kemoterapi atau radiasi
Terapi radiasi dapat menyebabkan perubahan lapisan mukosa pada usus. Ketika
terapi radiasi dilakukan pada pasien dengan kanker abdomen dan pelvis,
perdarahan karena kerusakan mukosa dinding kolon dapat terjadi. Komplikasi
dapat terjadi secara cepat maupun lambat. Dengan rentang waktu rata-rata 9-15
bulan.
PATOFISIOLOGI
Penyakit ulkus peptikum adalah penyebab yang paling utama dari perdarahan
gastrointestinal bagian atas. Ulkus ini ditandai oleh rusaknya mukosa sampai mencapai
mukosa muskularis. Ulkus ini biasanya dikelilingi oleh sel-sel yang meradang yang akan
menjadi granulasi dan akhirnya jaringan parut.
Sekresi asam yang berlebihan adalah penting untuk pathogenesis penyakit ulkus.
Kerusakan kemampuan mukosa untuk mensekresi mucus sebagai pelindung juga telah
diduga sebagai penyebab terjadinya ulkus. Faktor-faktor risiko untuk terjadinya penyakit
ulkus peptikum yang telah dikenal, termasuk aspirin dan obat anti-inflamasi nonsteroid,
keduanya dapat mengakibatkan kerusakan mukosa. Riwayat keluarga yang berhubungan
dengan ulkus juga diketahui sebagai salah satu faktor risiko.
Hemoragi gastrointestinal bagian atas mengakibatkan kehilangan volume darah tiba-tiba,
penurunan arus balik vena ke jantung, dan penurunan curah jantung. Jika perdarahan
menjadi berlebihan, maka akan mengakibatkan penurunan perfusi jaringan. Dalam
berespons terhadap penurunan curah jantung, tubuh melakukan mekanisme kompensasi
untuk mencoba mempertahankan perfusi.
Mekanisme ini menerangkan tanda-tanda dan gejala-gejala utama yang terlihat pada
pasien saat pengkajian awal. Jika volume darah tidak digantikan, penurunan perfusi
jaringan mengakibatkan disfungsi selular. Sel-sel akan berubah menjadi metabolisme
anaerobik, dan terbentuk asam laktat. Penurunan aliran darah akan memberikan efek pada
seluruh system tubuh, dan tanpa suplai oksigen yang mencukupi system tersebut akan
mengalami kegagalan (Hudak, 2010).
MANIFESTASI KLINIS
Dari seluruh kasus perdarahan saluran cerna sekitar 80% sumber perdarahannya berasal
dari esofagus, gaster, dan duodenum. Gejala klinis pasien dapat berupa :
1. Hematemesis : Muntah darah berwarna hitam seperti bubuk kopi.
2. Melena : Buang air besar berwarna hitam seperti teh atau aspal.
3. Hematoschizia : Buang air besar berwarna merah marun, biasanya dijumpai pada
pasien dengan perdarahan masive dimana transit time dalam usus yang pendek.
Penampilan klinis lainnya yang dapat terjadi adalah sinkope, instabilitas hemodinamik
karena hipovolemik, dan gambaran klinis dari komorbid seperti penyakit hati kronis,
penyakit paru, penyakit jantung, penyakit ginjal dsb.
PERDARAHAN SALURAN PENCERNAAN BAGIAN BAWAH
Perdarahan saluran cerna bagian bawah didefinisikan sebagai perdarahan yang berasal
dari organ traktus gastrointestinal yang terletak di bagian distal dari ligamentum
Treitz yang menyebabkan ketidakseimbangan hemodinamik dan anemia simptomatis.
Pada umumnya perdarahan ini (sekitar 85%) ditandai dengan keluarnya darah segar
per anal/per rektal yang bersifat akut, transient, berhenti sendiri (Edelman, 2007).
ETIOLOGI
1. Hemorrhoids
Penyakit perianal contohnya: hemorrhoid dan fisura ani biasanya menimbulkan
perdarahan dengan warna merah segar tetapi tidak bercampur dengan feces. Berbeda
dengan perdarahan dari varises rectum pada pasien dengan hipertensi portal kadang-
kadang bisa mengancam nyawa. Polip dan karsinoma kadang-kadang menimbulkan
perdarahan yang mirip dengan yang disebabkan oleh hemorrhoid, oleh karena itu pada
perdarahan yang diduga dari hemorrhoid perlu dilakukan pemeriksaan untuk
menyingkirkan kemungkinan polip dan karsinoma kolon.
2. Kanker
Tumor kolon yang jinak maupun ganas yang biasanya terdapat pada pasien usia lanjut
dan biasanya berhubungan dengan ditemukannya perdarahan berulang atau darah samar.
Kelainan neoplasma di usus halus relatif jarang namun meningkat pada pasien
inflammatory bowel disease seperti Crohn’s disease atau celiac sprue.
3. Inflammatory bowel disease
Penyebab infeksi meliputi Escherichia coli, tifus, sitomegalovirus, dan Clostridium
difficile. Cedera radiasi paling umum terjadi pada rectum setelah radioterapi panggul
untuk prostat atau keganasan ginekologi. Perdarahan biasanya terjadi 1 tahun setelah
pengobatan radiasi, tetapi dapat juga terjadi hingga 4 tahun kemudian.
MANIFESTASI KLINIS
Secara umum, manifestasi klinik perdarahan saluran cerna bagian bawah sama dengan
manifestasi klinis perdarahan saluran cerna bagian atas. Tetapi, ada beberapa perbedaan,
diantaranya:
1. Hematoschizia (darah segar keluar per anus) biasanya berasal dari perdarahan saluran
cerna bagian bawah (kolon).
2. Maroon stools (feses berwarna merah hati) dapat berasal dari perdarahan kolon bagian
proksimal (ileo-caecal).
KLASIFIKASI PERDARAHAN SALURAN CERNA
PENATALAKSANAAN
Pemeriksaan Fisik
Evaluasi status hemodinamik (denyut nadi dan tekanan darah), laju respirasi,
kesadaran, konjungtiva pucat, waktu pengisian kapiler melambat, dan stigmata sirosis
hepatis, merupakan tanda utama yang harus segera dikenali.
Takikardi saat istirahat dan hipotensi ortostatik menandakan banyaknya darah yang
hilang. Perhatikan adanya keluaran urin yang rendah, bibir kering, dan vena jugular
kolaps.
Pemeriksaan fisik harus menilai adanya defans muskuler, nyeri tekan lepas, skar bekas
operasi, dan stigmata penyakit hepar kronik. Pemeriksaan rektum dilakukan untuk
menilai warna feses. Spesimen feses perlu diambil untuk tes darah samar.
Pemeriksaan Lanjutan
Tes laboratorium yang perlu adalah hemoglobin, hematokrit, ureum darah, kreatinin,
hitung trombosit, prothrombin time (PT), partial thromboplastin time (PTT),
international normalized ratio (INR), tes fungsi hepar, serta tes golongan darah dan
crossmatch.