Zat Aktif
Zat aktif atau bahan obat yang digunakan dalam sediaan
suppositoria bermacam – macam sesuai efek yang diinginkan
apakah efek sistemik atau efek local. Contoh sediaan
suppositoria dengan zat aktif sebagai berikut.
Dalam suppositoria rectum : Suppositoria aminofilin,
Suppositoria aspirin, Suppositoria bisakodil, Suppositoria
klorpromazin, Ketoprofen, dll.
Dalam suppositoria vagina : sulfanilamide, mikonazol,
nistatin, dll.
Zat Pembawa (Basis)
Basis suppositoria mempunyai peranan penting dalam
pelepasan obat yang dikandungnya. Salah satu syarat utama
basis suppositoria adalah selalu padat dalam suhu ruangan
tetapi segera melunak, melebur atau melarut pada suhu
tubuh supaya melepaskan kandungan obatnya untuk
diabsorpsi (Ansel, 2008).
Menurut Farmakope Indonesia IV, basis suppositoria yang
umum digunakan adalah lemak coklat, gelatin tergliserinasi,
minyak nabati terhidrogenasi, campuran polietilenglikol (PEG)
dengan berbagai bobot molekul dan ester asam lemak
polietilen glikol (FI IV).
Pendekatan Formulasi Dalam Sediaan Farmasi
Uji homogenitas
Uji homogenitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah
bahan aktif dapat tercampur rata dengan bahan dasar suppo
atau tidak, jika tidak dapat tercampur maka akan
mempengaruhi proses absorbsi dalam tubuh. Obat yang
terlepas akan memberikan terapi yang berbeda. Cara menguji
homogenitas yaitu dengan cara mengambil 3 titik bagian
suppo (atas-tengah-bawah atau kanan-tengah-kiri) masing-
masing bagian diletakkan pada kaca objek kemudian diamati
dibawah mikroskop, cara selanjutnya dengan menguji
kadarnya dapat dilakukan dengan cara titrasi.
Bentuk
Bentuk suppositoria juga perlu diperhatikan karena jika dari
bentuknya tidak seperti sediaan suppositoria pada umunya,
maka seseorang yang tidak tahu akan mengira bahwa
sediaan tersebut bukanlah obat. Untuk itu, bentuk juga
sangat mendukung karena akan memberikan keyakinan pada
pasien bahwa sediaan tersebut adalah suppositoria. Selain
itu, suppositoria merupakan sediaan padat yang mempunyai
bentuk torpedo.
Uji waktu hancur
Uji waktu hancur ini dilakukan untuk mengetahui berapa lama
sediaan tersebut dapat hancur dalam tubuh. Cara uji waktu
hancur dengan dimasukkan dalam air yang di set sama
dengan suhu tubuh manusia, kemudian pada sediaan yang
berbahan dasar PEG 1000 waktu hancurnya ±15 menit,
sedangkan untuk oleum cacao dingin 3 menit. Jika melebihi
syarat diatas maka sediaan tersebut belum memenuhi syarat
untuk digunakan dalam tubuh. Mengapa menggunakan media
air? Dikarenakan sebagian besar tubuh manusia mengandung
cairan.
Keseragaman bobot
Keseragaman bobot dilakukan untuk mengetahui apakah bobot
tiap sediaan sudah sama atau belum, jika belum maka perlu
dicatat. Keseragaman bobot akan mempengaruhi terhadap
kemurnian suatu sediaan karena dikhawatirkan zat lain yang ikut
tercampur. Caranya dengan ditimbang saksama 10 suppositoria,
satu persatu kemudian dihitung berat rata-ratanya. Dari hasil
penetapan kadar , yang diperoleh dalam masing-masing
monografi, hitung jumlah zat aktif dari masing-masing 10
suppositoria dengan anggapan zat aktif terdistribusi homogen.
Jika terdapat sediaan yang beratnya melebihi rata-rata maka
suppositoria tersebut tidak memenuhi syarat dalam keseragaman
bobot. Karena keseragaman bobot dilakukan untuk mengetahui
kandungan yang terdapat dalam masing-masing suppositoria
tersebut sama dan dapat memberikan efek terapi yang sama pula.
Uji titik lebur
Uji ini dilakukan sebagai simulasi untuk mengetahui waktu
yang dibutuhkan sediaan supositoria yang dibuat melebur
dalam tubuh. Dilakukan dengan cara menyiapkan air dengan
suhu ±37°C. Kemudian dimasukkan supositoria ke dalam air
dan diamati waktu leburnya. Untuk basis oleum cacao dingin
persyaratan leburnya adalah 3 menit, sedangkan untuk PEG
1000 adalah 15 menit.
Kerapuhan
Supositoria sebaiknya jangan terlalu lembek maupun terlalu
keras yang menjadikannya sukar meleleh. Untuk uji
kerapuhan dapat digunakan uji elastisitas. Supositoria
dipotong horizontal. Kemudian ditandai kedua titik
pengukuran melalui bagian yang melebar, dengan jarak tidak
kurang dari 50% dari lebar bahan yang datar, kemudian diberi
beban seberat 20N (lebih kurang 2kg) dengan cara
menggerakkan jari atau batang yang dimasukkan ke dalam
tabung.
Volume Distribusi
Volume distribusi (V d ) merupakan parameter untuk untuk
menunjukkan volume penyebaran obat dalam tubuh dengan
kadar plasma atau serum. Volume distribusi ini hanyalah
perhitungan volume sementara yang menggambarkan luasnya
distribusi obat dalam tubuh.
Tubuh dianggap sebagai 1 kompartemen yang terdiri dari
plasma atau serum, dan Vd adalah jumlah obat dalam tubuh
dibagi dengan kadarnya dalam plasma atau serum.