Anda di halaman 1dari 112

Manajemen Obat, Imunisasi dan Alat Kesehatan

Puskesmas Pesantren 1 Kota Kediri


Pembimbing :
Oleh : dr. Djaka Handaja, M.PH
Uwais Al Qarany dr. Gita Sekar Prihanti, M.Pd.Ked
(201910401011083) drg. Raya Mulyasari
Ruru Indrawati dr. Iman Taufiq
(201910401011057)
Ditya Anggraini A.P
(201910401011051)
SMF ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan Kabupaten/Kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerj, dengan
lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif di wilayah kerjanya
(Permenkes No. 43, tahun 2019)

Puskesmas Pesantren 1 Kota Kediri ialah salah satu unit organisasi fungsional di bidang
Pelayanan Kesehatan Dasar( PKD) yang melaksanakan tugas pokok serta tugas sebagai pusat
pembangunan kesehatan serta pelayanan kesehatan secara merata serta terpadu dengan konsep
Puskesmas bertanggung jawab atas daerah kerja Puskesmas.
Visi : Misi :
mewujudkan warga sehat lewat menyelenggarakan upaya pelayanan
pelayanan kesehatan dasar yang kesehatan yang bermutu serta
maksimal di daerah kerja Puskesmas memaksimalkan sumber energi yang
Pesantren 1 Kota Kediri. dipunyai untuk memaksimalkan
kemandirian warga hidup sehat
Profil UPTD Puskesmas Pesantren 1, 2020
Pengaturan Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan
kefarmasian, menjamin kepastian hukum bagi tenaga
kefarmasian, dan melindungi pasien dan masyarakat dari
penggunaan Obat yang tidak rasional dalam rangka

LATAR keselamatan
PERMENKES No. 74 th pasien
2016 (patient safety).

BELAKANG Berdasarkan latarbelakang diatas, penyusunan makalah


ini bertujuan untuk menganalisis pelayanan kefarmasian
di Puskesmas yang mencakup pengelolaan obat dan
Bahan Medis Habis Pakai, alat kesehatan dan vaksin yang
sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 26
Tahun 2020, khususnya di Puskesmas Pesantren 1 Kota
Kediri.
Tujuan
Tujuan Umum
Sebagai sarana menambah pengetahuan mengenai manajemen ketersediaan
farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) serta alat kesehatan dan
vaksin menurut Permenkes Nomor 26 Tahun 2020 dan pelaksanaannya di
Puskesmas Pesantren 1 Kota Kediri
Tujuan Khusus
o Mengetahui tentang manajemen, pengelolaan, pendistribusian,
kefarmasian obat
o Mengetahui tentang mekanisme pemeliharaan dan perbaikan alat
kesehatan
o Mengetahui tentang manajemen imunisasi dan vaksin
Manfaat
1. Bagi Dokter Muda
Memperluas wawasan Dokter Muda mengenai manajemen kefarmasian
dan alat kesehatan serta mampu memberikan pelayanan kesehatan untuk
masyarakat secara luas sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

2. Bagi Puskesmas

Sebagai masukan dan informasi untuk mewujudkan


pelayanan kesehatan yang lebih baik khususnya di bidang
pelayanan kefarmasian, alat kesehatan dan imuisasi di
Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kediri
BAB 2
TINJAUAN
PUSTAKA
Kefarmasian
2.1 Standar Kefarmasian Puskesmas

Manajerial
Pelayanan
Kefarmasian Pengelolaan
sediaan farmasi

Permenkes No.74, 2016


2.1 Standar Kefarmasian Puskesmas

A Sumber Daya Kefarmasian


Sumber Daya Manusia (SDM)

Sarana Prasarana

Permenkes No.74, 2016


• Perencenaan Kebutuhan Sedian Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
1

• Permintaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai


2

• Penerimaan Sedian Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai


3

• Penyimpanan Sedian Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai


4

• Pendistribusian Sedian Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai


5

• Pemusnahan dan Penarikan


6
B. Pengelolaan
Sediaan Farmasi 7
• Pengendalian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai

Dan Bahan Medis 8


• Administrasi

Habis Pakai
• Pemantauan dan Evaluasi Pengelolaan Sedian Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
9

Permenkes No.74, 2016


1 Perencenaan Kebutuhan Sedian
Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
sebuah proses kegiatan seleksi sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)
dalam rangka menentukan jenis dan jumlah sediaan farmasi untuk pemenuhan
kebutuhan Puskesmas

Tujuan perencanaan untuk mendapatkan:


a. Perkiraan jenis dan jumlah sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang mendekati kebutuhan;
b. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional; dan
c. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat

Permenkes No.74, 2016


2 Permintaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai

Untuk memenuhi kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di Puskesmas, sesuai
dengan perencanaan kebutuhan yang telah dibuat. Permintaan diajukan kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan
pemerintah daerah setempat

Permenkes No.74, 2016


a Tahap Pemilihan Obat
menentukan apakah obat benar-benar diperlukan sesuai dengan jumlah penduduk dan pola
penyakit di daerah, untuk mendapatkan pengadaan obat yang baik, sebaiknya diawali
dengan dasar-dasar seleksi kebutuhan

Permenkes No.74, 2016


b Tahap Kompilasi Pemakaian Obat
berfungsi untuk mengetahui pemakaian bulanan masing-masing jenis obat di
unit pelayanan kesehatan/ Puskesmas selama setahun dan sebagai data
pembanding bagi stok optimum

Permenkes No.74, 2016


c Tahap Perhitungan Kebutuhan Obat

Menentukan kebutuhan obat menjadi tantangan berat yang harus dihadapi setiap tenaga farmasi
yang bekerja di Instalasi Farmasi Kabupaten/ Kota maupun unit Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD)

SO = SK + WK + WT + SP

Kebutuhan = SO - SS
Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia, 2020
Keterangan
Stok kerja = Pemakaian rata-rata per periode distribusi
Waktu kekosongan = Lamanya kekosongan obat dihitung dalam hari
Waktu tunggu = Waktu tunggu, dihitung mulai permintaan obat oleh
Puskesmas sampai penerimaan obat di Puskesmas.
Stok Penyangga = Persediaan obat untuk mengantisipasi terjadinya
peningkatan kunjungan, keterlambatan kedatangan obat,
pemakaian. Ditentukan berdasarkan kesepakatan antara Puskesmas dan
Instalasi Farmasi Kabupaten/ Kota.
Sisa Stok = Sisa obat yang masih tersedia di Puskesmas pada akhir
periode distribusi
Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia, 2020
3 Penerimaan Sedian Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai

Suatu kegiatan dalam menerima Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dari Instalasi Farmasi
Kabupaten/Kota atau hasil pengadaan Puskesmas secara mandiri sesuai dengan permintaan yang
telah diajukan.

Tujuannya agar Sediaan Farmasi yang diterima sesuai dengan


kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh
Puskesmas, dan memenuhi persyaratan keamanan, khasiat, dan
mutu
Permenkes No.74, 2016
4 Penyimpanan Sedian Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai

Suatu kegiatan pengaturan terhadap Sediaan Farmasi yang diterima agar aman (tidak hilang),
terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai dengan persyaratan
yang ditetapkan.

Tujuannya adalah agar mutu Sediaan Farmasi yang tersedia di


Puskesmas dapat dipertahankan sesuai dengan persyaratan
yang ditetapkan.
Permenkes No.74, 2016
5 Pendistribusian Sedian Farmasi dan Bahan
Medis Habis Pakai

Kegiatan pengeluaran dan penyerahan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai secara merata
dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub unit/ satelit farmasi Puskesmas dan jaringannya

Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan Sediaan Farmasi sub unit


pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas
dengan jenis, mutu, jumlah dan waktu yang tepat.
Permenkes No.74, 2016
6 Pemusnahan dan Penarikan

Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar/ ketentuan peraturan perundang-
undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM
(mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall)
dengan tetap memberikan laporan kepada Kepala BPOM

• Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis


Pakai bila Produk tidak memenuhi persyaratan mutu; Telah kadaluwarsa;
Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan
atau kepentingan ilmu pengetahuan; dan/atau Dicabut izin edarnya.
Permenkes No.74, 2016
Tahapan pemusnahan Sediaan Farmasi dan
Bahan Medis Habis Pakai

Membuat daftar Melakukan


Sediaan Farmasi Mengoordinasikan pemusnahan
Menyiapkan Menyiapkan disesuaikan
dan Bahan jadwal, metode dan
Berita Acara tempat dengan jenis dan
Medis Habis tempat pemusnahan bentuk sediaan
Pemusnahan pemusnahan
Pakai yang akan kepada pihak terkait serta peraturan
dimusnahkan yang berlaku

Permenkes No.74, 2016


7 Pengendalian Sediaan Farmasi dan Bahan
Medis Habis Pakai

Untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang
telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/ kekosongan obat di unit pelayanan
kesehatan dasar

Permenkes No.74, 2016


8 Administrasi

Pencatatan dan pelaporan terhadap seluruh rangkaian kegiatan dalam pengelolaan Sediaan Farmasi
dan Bahan Medis Habis Pakai, baik Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang diterima,
disimpan, didistribusikan dan digunakan di Puskesmas atau unit pelayanan lainnya

Permenkes No.74, 2016


9 Pemantauan dan Evaluasi Pengelolaan Sedian
Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
 Mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam pengelolaan Sediaan Farmasi
dan Bahan Medis Habis Pakai sehingga dapat menjaga kualitas maupun pemerataan
pelayanan;

 Memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai; dan

 Memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan

Permenkes No.74, 2016


2.2 Pelayanan Farmasi Klinik
1) Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.

2) Memberikan Pelayanan Kefarmasian yang dapat menjamin efektivitas, keamanan dan


efisiensi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai.

3) Meningkatkan kerjasama dengan profesi kesehatan lain dan kepatuhan pasien yang terkait
dalam Pelayanan Kefarmasian.

4) Melaksanakan kebijakan Obat di Puskesmas dalam rangka meningkatkan penggunaan Obat


secara rasional

Permenkes No.74, 2016


A Pengkajian dan Pelayanan Resep
Seleksi persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk
pasien rawat inap maupun rawat jalan.
Syarat administrasi  Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien; Nama, dan paraf
dokter; Tanggal resep; Ruangan/unit asal resep.
Persyaratan farmasetik Bentuk dan kekuatan sediaan; Dosis dan jumlah obat; Stabilitas
dan ketersediaan; Aturan dan cara penggunaan; Inkompatibilitas (ketidakcampuran obat).
Persyaratan klinis Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat; Duplikasi
pengobatan; Alergi, interaksi dan efek samping obat; Kontraindikasi; Efek adiktif.

Permenkes No.74, 2016


B Pelayanan Informasi Obat (PIO)
1. Menyediakan informasi mengenai obat kepada tenaga kesehatan lain di lingkungan
Puskesmas, pasien dan masyarakat.

2. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan dengan obat (contoh:
kebijakan permintaan obat oleh jaringan dengan mempertimbangkan stabilitas, harus
memiliki alat penyimpanan yang memadai).

3. Menunjang penggunaan obat yang rasional

Permenkes No.74, 2016


C Konseling
Suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah pasien yang berkaitan
dengan penggunaan Obat pasien rawat jalan dan rawat inap, serta keluarga pasien.

Tujuan dilakukannya konseling ialah untuk memberikan pemahaman yang benar mengenai
obat kepada pasien/keluarga pasien antara lain tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara
dan lama penggunaan obat, efek samping, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan dan
penggunaan obat

Permenkes No.74, 2016


D Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang
terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi
atau memodifikasi fungsi fisiologis

Permenkes No.74, 2016


E Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan terapi Obat yang efektif, terjangkau
dengan memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping.

Kriteria Pasien  Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui, Menerima obat lebih
dari 5 (lima) jenis, Adanya multidiagnosis, Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati,
Menerima obat dengan indeks terapi sempit, Menerima obat yang sering diketahui
menyebabkan reaksi obat yang merugikan.

Permenkes No.74, 2016


F Evaluasi Penggunaan Obat

Dilakukan untuk mengevaluasi penggunaan Obat secara terstruktur dan berkesinambungan untuk
menjamin Obat yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau (rasional)

Permenkes No.74, 2016


Manajemen Imunisasi
Vaksin
Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa
mikrorganisme yang sudah mati atau masih hidup yang dilemahkan
Imunisasi sendiri adalah salah satu usaha untuk meningkatkan
kekebalan sesorang secara aktif terhadap suatu penyakit

Rantai vaksin adalah suatu prosedur yang digunakan


untuk menjaga vaksin pada suhu tertentu yang telah
ditetapkan agar tetap memiliki potensi yang bik mulai
dari pembuatan vaksin sampai pada saat pemberiannya
(disuntikkan atau diteteskan) kepada sasaran.
Pengelolaan rantai vaksin adalah pengelolaan vaksin
sesuai prosedur untuk menjaga vaksin tersimpan pada
suhu dan kondisi yang ditetapkan.
MANAJEMEN VAKSIN DAN IMUNISASI

PENGELOLAAN & PERENCANAAN VAKSIN


Sistem pengelolaan Vaksin yang dimaksudkan untuk memelihara dan menjamin
mutu Vaksin dalam pendistribusian mulai dari pabrik pembuat Vaksin sampai
pada sasaran

• Menetukan jumlah sasaran imunisasi.


• Jumlah bayi lahir hidup di tingkat Provinsi dan Kabupaten
Perencanaa dihitung/ditentukan berdasarkan angka yang dikeluarkan oleh
Kementerian Kesehatan. Sasaran ini digunakan untuk menghitung
n Vaksin Imunisasi Hepatitis B, BCG dan Polio1.
• Menghitung Indeks Pemakaian Vaksin  Indek Pemakaian vaksin
(IP) adalah pemakaian rata–rata setiap kemasan vaksin.
Jenis Imunisasi
Imunisasi dasar
Imunisasi lanjutan
Bacillus Calmette Guerin (BCG)
• Vaksin DT
Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B (DPT-HB) atau
Diphtheria Pertusis
• Vaksin Td

Tetanus-Hepatitis B- Haemophilus Influenza Type B (DPT- • Vaksin TT


Hb-Hib)
Hepatitis B
Polio
Campak (MR)
PCV
Imunisasi tambahan Imunisasi Khusus:

oPIN, oMeningitis

oSub-PIN, omeningokokus,

ocrash program, oyellow fever,

obacklog fighting, orabies

ocatch up campaign campak opoliomyelitis

oimunisasi dalma penanganan KLB


Pengelolaan Vaksin
Vaksin hendaknya dikelola secara optimal untuk menjamin
tercapainya tepat jumlah dan jenis obat, penyimpanan, waktu
pendistribusian, dan penggunaan obat serta terjamin
mutunya di unit pelayan kesehatan
PERENCANAAN VAKSIN
• Menetukan jumlah sasaran imunisasi
Imunisasi bayi usia 2-11 bulan. :
Surviving Infant (SI) = Jumlah bayi baru lahir – (AKB x Jumlah bayi
baru lahir)
Anak sekolah dasar pada Imunisasi lanjutan

Untuk sasaran Imunisasi lanjutan pada anak sekolah dasar


didapatkan dari data Kementerian Kesehatan

Wanita Usia Subur (WUS)

WUS = 21,9% x Jumlah Penduduk


Perencanaan vaksin
Menentukan jumlah

Menghitung indeks pemakaian vaksin

Menentukan target cakupan

 
MANAJEMEN VAKSIN DAN IMUNISASI
PERENCANAAN VAKSIN
• Menghitung kebutuhan vaksin bulan Desember 2020
Jumlah sasaran: Target cakupan: 95%
Bayi baru lahir: 397 IP vaksin:
Infant:213 BCG: 4
DPT/HB-HIB : 4
Polio: 9
MR: 7

= 51
Perencanaan vaksin

(Petunjuk Teknis Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), Kemenkes RI)
(Kebijakan Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19, Kemenkes RI)
(Petunjuk Teknis Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), Kemenkes RI)
Distribusi Vaksin dan Pelarut
Seluruh proses distribusi vaksin harus mempertahankan kualitas
vaksin tetap tinggi agar mampu memberikan kekebalan optimal
Penyimpanan Vaksin

SINOVAC 2OC – 8OC


PENYIMPANAN VAKSIN
Permenkes No. 12 Tahun 2017, bahwa semua vaksin disimpan pada suhu 2°C s.d. 8°C
pada vaccine refrigerator dan penyimpanan pelarut vaksin pada suhu 2°C s.d. 8°C atau
pada suhu ruang terhindar dari sinar matahari langsung. Puskesmas Pesantren 1
memiliki beberapa vaksin, diantaranya hepatitis B, DPT-HB-HIB (pentabio), polio, MR,
BCG, Td dan DT yang disimpan dalam lemari es dengan rentang suhu penyimpanan 2-
8oC dan Imunisasi DPT, DT, dan TT tidak boleh dibekukan karena akan menjadi rusak
Puskesmas Pesantren 1 dalam memakai vaksin memperhatikan secara berurutan:

• Keterpaparan Vaksin terhadap Panas melalui perubahan kondisi Vaccine Vial Monitor
(VVM)
• Early Expire First Out (EEFO)
• Waktu Penerimaan vaksin (First In First Out/ FIFO)
• Pemakaian Vaksin sisa
• Monitoring vaksin dan logistik
PENYIMPANAN VAKSIN

Indikator dikatakan baik atau rusaknya


vaksin adalah dengan melihat VVM
yang tertera pada vaksin. Setiap
kemasan vaksin telah dilengkapi
dengan alat pemantau paparan suhu
panas yang disebut Vaccine Vial
Monitor (VVM)
PENYIMPANAN VAKSIN
Prosedur dari penyimpanan vaksin dan pelarut adalah sebagai e. Letakkan vaksin sesuai dengan sensifitasnya:
berikut Sensitif panas (BCG, polio dan campak) dekat dengan
1. Persiapan alat evaporator.
a. Cood pack/kotak dingin cair. Sensitif beku (Hepatitis B, DPT/Hb/Hib, DT, TT dan Td) jauh
b. Lemari es dari evaporator.
f. Pelarut disimpan pada suhu ruang terlindung dari sinar
c. Alat pemantau paparan suhu beku (Freez tag).
matahari langsung.
d. Thermometer. g. Vaksin dengan masa kadaluarsa pendek atau VVM B
e. Grafik suhu. diletakkan dibagian atas.
f. Petunjuk pembacaan VVM h. Beri jarak antar dus vaksin 1-2 cm untuk sirkulasi udara.
2. Pelaksanaan i. Letakkan 1 buah termometer pada bagian tengah diantara
a. Pastikan lemari es buka atas dalam kondisi baik vaksin.
b. Letakkan buku grafik catatan suhu pada bagian j. Letakkan 1 buah alat pemantau paparan suhu beku diantara
atas lemari es. vaksin yang sensitif beku.
k. Periksa suhu lemari es 2 kali sehari pagi dan sore (pada hari
c. Letakkan cool pack pada bagian dasar lemari es.
kerja) kemudian catat pada grafik suhu.
d. Pastikan semua vaksin berada didalam dus
vaksin.
Penanganan Limbah Imunisasi
Limbah infeksius
Penanganan bekas alat suntik dengan safety box.
Alat suntik yang telah digunakan dimasukkan dalam safety box tanpa melakukan
penutupan jarum kembali.
Safety maksimum diisi ¾ dari volume.
Limbah diambil oleh petugas dan di kumpulkan dalam jurigen di gudang limbah.
Pemusnahan limbah farmasi (sisa vaksin) dapat dilakukan dengan mengeluarkan cairan
vaksin dari dalam botol atau ampul, kemudian cairan vaksin tersebut didesinfeksi terlebih
dahulu dalam killing tank (tangki desinfeksi) untuk membunuh mikroorganisme yang
terlibat dalam produksi.
Limbah yang telah dideinfeksi dikirim atau dialirkan ke anaerob septic tank.
Botol atau ampul yang telah kosong dikumpulkan ke dalam tempat sampah berwarna
kuning.
Limbah non infeksius
Limbah dimasukkan dalam kantong plastik berwarna
hitam, limbah tersebut dapat disalurkan ke pemanfaatan
atau dapat langsung dibuang ke Tempat Pembuangan
Sementara
Penanganan Vaksin Rusak
Vaksin Rusak Vaksin Rusak

Vaksin yang sudah Vaksin yang


menunjukkan beku.
indikator VVM
pada tingkat C dan
D berarti sudah
rusak dan tidak
dapat digunakan Vaksin yang
lagi. pecah.

Vaksin yang sudah lewat


tanggal kadaluarsa.
PEMANTAUAN DAN PENANGGULANGAN
KIPI serius (Serious Adverse
KIPI Event/SAE) atau KIPI berat adalah
setiap kejadian medis setelah
Imunisasi yang menyebabkan rawat
inap, kecacatan, dan kematian serta
yang menimbulkan keresahan di
masyarakat

KIPI non serius atau KIPI ringan


adalah kejadian medis yang terjadi
setelah Imunisasi dan tidak
menimbulkan risiko potensial pada
kesehatan si penerima
Alat Kesehatan
Penilaian Kebutuhan
Pada dasarnya dimaksudkan untuk pemenuhan standar peralatan
medis sesuai kemampuan atau klasifikasi rumah sakit, penggantian
peralatan medis dan pengembangan pelayanan kesehatan 🡪
kebutuhan masyarakat atau pengembangan teknologi (Pedoman
Pengelolaan Peralatan Kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan,
2015
Prioritas Pemenuhan Kebutuhan
perencanaan difokuskan 🡪 peralatan medis prioritas yang disebutkan
sesuai kriteria pada setiap rumah sakit dan fasilitas kesehatan
lainnya, diantaranya adalah tingkat utilitas, brand image, pelayanan
unggulan, peralatan life support, kesiapan bangunan atau ruangan
sarana prasarana (Pedoman Pengelolaan Peralatan Kesehatan di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan, 2015)
Penerimaan Alat Kesehatan

Setelah alat Kesehatan diterima dengan baik, Langkah selanjutnya adalah melakukan
pencatatan dan pelabelan dan pendokumenasian

Pencatatan peralatan Pelabelan dan


medis. Pendokumentasian
Melampirkan label yang sesuai,
Semua perangkat baru akan
sebagai informasi kepada tenaga
ditempatkan pada daftar aset
kesehatan dan tenaga teknis bahwa
peralatan oleh petugas atau staf yang
perangkat ini peralatan medis dalam
bertanggung jawab dan ditunjuk
kondisi baru atau baru saja diterima
Penyimpanan Alat Kesehatan
Untuk menyimpan peralatan, diperlukan hal
berikut:
Peralatan disimpan dalam 2 tempat 1. Catatan penerimaan barang baru dan
pengeluaran barang.
2. Membuat buku – stok (persediaan atau
buku besar), buku persediaan atau buku
Tempat penyimpanan utama atau besar, yang biasanya memiliki halaman yang
cadangan di mana persediaan terpisah untuk masing-masing barang yang
disimpan tetapi tidak digunakan. disimpan. Pencatatan terbagi atas kolom-
kolom yang menyatakan tentang :
a) Tanggal penerimaan barang.
b) Nomor referensi barang tersebut (dari
katalog) dan tempat pembeliannya.
Tempat penggunaan, setelah c) Nomor faktur atau pernyataan
dikeluarkan pembelian.
d) Jumlah barang.
Pendistribusian Alat Kesehatan
Terdapat 3 prosedur administrasi :
◦ Catatan di buku besar (barang yang keluar dari tempat penyimpanan ditulis dalam buku besar
persediaan).
◦ Surat atau kupon pengeluaran barang yang harus ditanda tangani.
◦ Catatan inventaris dari bagian yang menerima dan menggunakan peralatan

Petugas kesehatan yang bertugas di setiap bagian bertanggung jawab atas peralatan di bagian
tersebut
Mekanisme Pemeliharaan dan
Perbaikan Alat Kesehatan
menjaga peralatan medis agar aman, bermutu dan laik pakai, memperpanjang usia pakai
peralatan medis

Inspeksi dan pemeliharaan preventif (IPM).


• memastikan peralatan medis berfungsi dengan baik. Dapat dilakukan
bersamaan dengan kegiatan pemeliharaan preventif, pemeliharaan korektif,
atau kalibrasi.

Pemeliharaan korektif / Corrective Maintenance (CM)


• mengembalikan fungsi peralatan sesuai dengan kondisi awalnya

Pedoman Pengelolaan Peralatan Kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, 2015


Pengujian dan Kalibrasi Alat Kesehatan
Alat kesehatan yang lulus kalibrasi akan mendapatkan sertifikat kalibrasi serta tanda laik pakai,
alat kesehatan yang lulus uji pun akan mendapatkan sertifikat pengujian/kalibrasi dan tanda laik
pakai. Alat kesehatan yang tidak lulus kalibrasi dan/atau uji akan mendapatkan tanda tidak laik
pakai dan tidak boleh digunakan di pelayanan.

Pedoman Pengelolaan Peralatan Kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, 2015


Pengujian dan Kalibrasi Alat Kesehatan
Pengujian dan kalibrasi wajib dilakukan pada alat kesehatan dengan kriteria:
◦ Belum memiliki sertifikat dan tanda lulus pengujian atau kalibrasi.
◦ Masa berlaku sertifikat dan tanda lulus pengujian atau kalibrasi telah habis.
◦ Diketahui penunjukkannya atau keluarannya atau kinerjanya atau keamanannya tidak sesuai lagi,
walaupun sertifikat dan tanda masih berlaku.
◦ Telah mengalami perbaikan, walaupun sertifikat dan tanda masih berlaku.
◦ Telah dipindahkan bagi yang memerlukan instalasi, walaupun sertifikat dan tanda masih berlaku.

Pedoman Pengelolaan Peralatan Kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, 2015


Penghapusan Alat Kesehatan
Penghapusan peralatan medis bertujuan agar pemanfaatan peralatan medis di rumah sakit
efektif dan efesien serta penatausahaan peralatan medis akuntabel serta membebaskan
Pengguna dan atau Kuasa Pengguna Barang dari tanggung jawab administrasi dan fisik barang
yang berada dalam penguasaannya
BAB 3
PEMBAHASAN
Jenis Imunisasi
Imunisasi
Imunisasi Rutin Imunsasi lanjutan Imunisasi khusus
tambahan
• Hepatitis B, • DT, Td dan TT. • untuk penanganan • imunisasi persiapan
poliomyelitis dalam Vaksin ini diberikan KLB atau Outbreak keberangkatan calon
bentuk OPV dan IPV, pada anak usia Respon jamaah haji pada
difteri, pertusis, tetanus
dalam bentuk vaksin
kurang dari 2 tahun Immunization program haji reguler
DPT, Haemophilus (BADUTA) yaitu (ORI), contohnya dalam bentuk vaksin
Influenza Tipe b (Hib) DPT, Hepatitis B pada tahun 2018 meningitis dan
dan campak dalam dan campak (MR), terjadi wabah difteri influenza. Vaksin
bentuk vaksin MR siswa sekolah dasar sehingga Puseksmas meningitis wajib
(Measles Rubella), dan kelas 1 (campak dan Pesantren 1 Kota dilakukan
pencegahan penyakit DT), 2 (Td) dan 5 Kediri menyediakan sedangkan vaksin
tuberkulosis yaitu (Td) dan dalam ORI Difteri influenza
vaksin BCG.
program BIAS • Selain itu, merupakan
• Terbaru Juni 2021 :
PCV untuk mencegah
campak dan DPT. Puskesmas imunisasi pilihan
pneumonia pada bayi. Selain itu untuk Pesantren 1 juga yang diputuskan
Diberikan pada bayi wanita usia subur menyediakan calon jemaah haji.
usia 2 bulan, 3 bulan dan ibu hamil yaitu vaksinasi COVID
dan 12 bulan. Dimulai Td. 19
Juni 2021 untuk
sasaran bayi yang lahir
per April 2021
• Pada masa pandemi COVID-19, Puskesmas Pesantren 1 Kota Kediri tetap menjalankan program imunisasi
seperti sebelum pandemi dan target yang ditetapkan tidak berubah dari tahun sebelumnya.

• Program imunisasi dilakukan dengan mematuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan baik pada
petugas imunisasi maupun pada peserta, sehingga target program imunisasi tetap tercapai tanpa beresiko
menyebarnya COVID-19 di lingkungan sekitar wilayah kerja Puskesmas Pesantren 1 Kota Kediri.

• Meskipun begitu terdapat beberapa kesulitan yang dihadapi dalam menjalankan program imunisasi di
masa pandemi ini. Khususnya pada imunisasi lanjutan, anak yang di imunisasi terkadang tidak memenuhi
panggilan ke sekolah ataupun anak sedang dalam kondisi sakit. Sehingga, proses imunisasi perlu ditunda,
atau yang tidak hadir perlu dilakukan home visite agar anak tetap terimunisasi.
Jadwal Imunisasi

Tempat : Puskesmas
induk (wilayah Pesantren
dan Bangsal) Dan 3 pustu
Sebelum (Pustu Banaran, Pustu
Pandemi Betet, Pustu Blabak)

Jadwal : Setiap Rabu


minggu ke 2 dan minggu
ke 3 setiap bulan
Jadwal Imunisasi
Tempat : 3 pustu (Pustu Banaran,
Pustu Betet, Pustu Blabak) dan 2
Poskeskel (Pesantren dan
Bangsal)

Jadwal : Setiap Rabu minggu ke


Saat Pandemi 2 dan minggu ke 3 setiap bulan

Untuk menginformasikan jadwal


imunisasi, terdapat grup
Whatsapp orang tua Balita
dengan kader sehingga sasaran
imunisasi tetap terpenuhi
Jadwal Pelayanan Vaksinasi COVID 19
 Vaksinasi COVID-19 dilaksanakan setiap hari senin hingga Jum’at. Pendaftaran dimulai pukul
07.30 – 10.00. Jadwal vaksin disesuaikan dengan jadwal kegiatan di puskesmas Tempat vaksinasi
dilaksanakan di Puskesmas induk Pesantren 1 Kota Kediri. Terkadang tempat imunisasi mobile
sesuai tempat yang ditentukan karena disesuaikan dengan sasaran dan kondisi seperti pada lansia
yang tempat tinggalnya jauh dari puskesmas induk maka dilaksanakan di tempat sekitar dengan tetap
memenuhi standar pelayanan vaksinasi COVID-19

 Mulai Per 1 Juli 2021 Target vaksinasi COVID -19 di Kota Kediri yaitu 1000 dosis vaksin per hari dan
target vaksinasi COVID -19 di Puskesmas Pesantren 1 Kota Kediri adalah 130 dosis vaksin per hari
Alur Pelayanan Vaksin COVID 19

Pelayanan vaksin COVID – 19 dimulai dari pendataan sasaran vaksinasi. Data


diperoleh dari keluran setempat dimana data tersebut berasal dari Dinas
Kesehatan kemudian disalukan ke kecamatan kemudian ke kelurahan dan ke RT.
Pengambilan data bekerjasama dengan bidan dan kader tiap wilayah.
Alur Pelayanan Vaksin COVID 19
Perencanaan Vaksin
oPuskesmas pesantren 1 Kota Kediri di lakukan permintaan vaksin perbulan sesuai dengan
laporan dan perhitungan jumlah pemakaian bulan sebelumnya

oPerencanaan vaksin dilakukan dalam proses berjenjang dari puskesmas ke dinkes


kabupaten/kota ke Provinsi dan selanjutnya ke pusat gudang farmasi.

Menghitung data Dibuat surat permintaan


Rapat koordinasi dengan kebutuhan sasaran vaksin vaksin dengan
dinas kesehatan kota Kediri dan kebutuhan spuit dan memperhatikan sisa stok
safety box vaksin dari bulan lalu
Permintaan dilakukan secara resmi dari Puskesmas dengan menggunakan
Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Vaksin (LPLPV) dan ditujukan
kepada Dinas Kesehatan Kota Kediri. Permintaan vaksin dilakukan setiap bulan
Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Vaksin (LPLPV)
oPerencanaan permintaan vaksin di Puskesmas Pesantren I yaitu dihitung
berdasarkan laporan cakupan, sasaran, pemberian dan pemakaian vaksin pada
tahun sebelumnya, tetapi di Puskesmas Pesantren I ditambah dengan 5% sebagai
cadangan untuk buffer stock.
oUntuk permintaan vaksin COVID -19 dimulai dari pendataan sasaran yang
didapatkan dari kelurahan kemudian diajukan ke dinas kesehatan setelah di
setujui maka vaksin COVID -19 dapat diambil di gudang farmasi kota Kediri.
Permintaan vaksin COVID-19 dilakukan apabila stok vaksin di puskesmas telah
habis.
Pendistribusian Vaksin
Cara distribusi vaksin dan pelarut:
oDari Gudang Farmasi Dinas kesehatan kota ke puskesmas, Puskesmas Pesantren 1 Kota
Kediri akan membuat / mengisi formulir permintaan vaksin sesuai dengan kebutuhan
vaksin di puskesmas dilakukan setiap bulan
oYang mengambil vaksin adalah petugas imunisasi puskesmas ke gudang farmasi.
oKemudian dicocokkan vaksin yang diserahkan dengan permintaan. Kemudian tidak
lupa memeriksa tanggal kadaluarsa vaksin, bila sudah dilakukan pengecekan masukkan
vaksin kedalam Vaccine carrier.
oVaccine carrier (thermos) adalah alat untuk mengirim/membawa vaksin dari Puskesmas
ke Posyandu atau tempat pelayanan imunisasi lainnya yang dapat mempertahankan suhu
+2°C s/d +8°C.
oSesampai di puskesmas, dilakukan pemeriksaan kondisi VVM dan alat pemantau suhu
beku. Kemudian dilakukan pencatatan kembali vaksin tersebut (jumlah, jenis, no batch,
tanggal kadaluarsa, kondisi VVM)
oPendistribusian vaksin baik di PUSTU, KIA, BPM dan luar wilayah kerja
Puskesmas Pesantren I semuanya dilaporkan terlebih dahulu menyerahkan
lembar permintaan vaksin yang kemudian masuk dalam buku pemakaian stok
vaksin.
Penyimpanan Vaksin
oPenyimpanan vaksin di Puskesmas Pesantren I menggunakan lemari es (cool chain/vaccine
refrigator) dengan bentuk buka pintu atas atau top opening bersuhu +2° s/d +8°C dengan rata-
rata suhu yang digunakan Puskesmas Pesantren 1 adalah 4-6°C
o Pengecekan suhu dilakukan 2 kali sehari dan yaitu pada pagi dan sore hari dan dicatat di lembar
pengecekan suhu. Yang di catat di kertas grafik suhu selain suhu kulkas, juga VVM ,dan tanda ✓
atau x pada freeze tag nya sebagai tanda kalau kulkas suhunya tidak terjadi beku.
VACCINE VIAL MONITOR
MANAJEMEN VAKSIN DAN IMUNISASI

Indikator dikatakan baik atau


rusaknya vaksin adalah dengan
melihat VVM yang tertera pada
vaksin. Setiap kemasan vaksin
telah dilengkapi dengan alat
pemantau paparan suhu panas
yang disebut Vaccine Vial
Monitor (VVM)
Antisipasi Listrik Padam
Di Puskesmas Pesantren 1 Kota Kediri tersedia UPS (Uniterruptible
Power Supply) yang memiliki cadangan baterai 3 – 4 jam sehingga
suhu vaksin dapat dipertahankan terlebih dahulu agar vaksin tidak
rusak.
 Penyusunan vaksin di lemari es harus
disusun berbeda tiap jenis vaksinnya. Cool
pack biasa (besar) disimpan di dalam
lemari es yang diletakkan di bagian bawah
yang berfungsi sebagai penahan dingin
dan memperpanjang cool life (kondisi
suhu yang diharapkan.

 Penyusunan vaksin yaitu dengan


meletakkan Vaksin polio, campak, BCG
berdekatan dengan evaporator.

 Penempatan dus vaksin harus diberi jarak


antara dus satu dan yang lainnya agar ada
sirkulasi udara.

 Untuk vaksin DPT/HB, Hepatitis B, DT


dan TT diletakkan jauh dari evaporator
berdekatan dengan dinding depan lemari
•Saat vaksin didistribusikan ke Pustu maka vaksin akan dimasukkan ke dalam cold box jika
memang terdapat jadwal imunisasi di pustu tersebut
•Untuk penyimpanan vaksin pada saat dibawa ke sekolah dalam program BIAS, ditambahkan
coolpack dimana berisi air yang sudah dibekukan di dalam coolchain bersuhu +2 s/d +8°C.Hal
ini ditujukan untuk menjaga agar vaksin tetap efektif.
Pemantauan dan Penanggulangan
KIPI (Kejadian Ikutan Pasca
Imunisasi)
Puskesmas Pesantren 1 Kota Kediri apabila ada KIPI dilaporkan ke puskesmas
kemudian apabila puskesmas tidak tertangani maka dilakukan rujukan ke RSUD
Gambiran Kediri. Untuk pelaporan KIPI dilaporkan ke dinas kesehatan setiap
bulan. Walaupun tidak ada KIPI tetap dilakukan pelaporan setiap bulan.
PEMANTAUAN DAN PENANGGULANGAN KIPI
FORM KIPI NON SERIUS
PEMANTAUAN DAN PENANGGULANGAN KIPI
FORM KIPI SERIUS
PEMANTAUAN DAN PENANGGULANGAN KIPI
FORM KIPI SERIUS
PENCATATAN DAN PELAPORAN VAKSIN
Pencatatan dan pelaporan pada kegiatan imunisasi meliputi data cakupan
imunisasi, stok dan pemakaian vaksin, ADS, safety box, monitoring suhu, kondisi
peralatan Cold Chain, dan kasus KIPI atau diduga KIPI (Menteri Kesehatan RI,
2017). Pencatatan di Puskesmas Pesantren 1 telah meliputi semua hal tersebut.

CONTOH PELAPORAN CAKUPAN IMUNISASI


PUSKESMAS PESANTREN 1
PENCATATAN DAN PELAPORAN
VAKSIN
TABEL LAPORAN BULANAN IMUNISASI RUTIN BAYI DI PUSKESMAS
PESANTREN 1
DPT/HB- DPT/HB- DPT/HB-
Polio Polio Polio Polio Camp Imunisasi
Bulan HB0 BCG
(1)
HiB
(2)
HiB
(3)
HiB
(4)
IPV MR
ak dasar lengkap
(1) (2) (3)

Januari 40 42 42 38 38 29 29 31 31 12 44 0 30
Februari 23 39 39 35 35 38 38 44 44 17 41 0 30
Maret 33 23 23 38 38 36 36 34 34 5 35 0 27
April 28 30 30 23 23 38 38 33 33 0 31 0 30
Mei 31 30 30 34 34 21 21 39 39 35 33 0 32
Juni 39 30 30 27 27 31 31 28 28 0 40 0 34
Juli 30 39 39 32 32 29 29 32 32 0 38 0 33
Agustus 33 33 33 38 38 32 32 30 30 0 40 0 31
September 33 38 38 29 29 40 40 30 30 0 25 0 29
Oktober 31 33 33 35 35 40 40 39 39 95 44 0 51
November 26 18 18 29 29 31 31 23 23 46 19 0 45
Desember 32 27 27 34 34 25 25 26 26 53 18 0 34
TOTAL 379 382 382 392 392 390 390 389 389 263 408 0 406
PENCATATAN DAN PELAPORAN VAKSIN

ALUR LAPORAN IMUNISASI RUTIN


Pencatatan dan Pelaporan Vaksin
COVID 19
Pencatatan dan Pelapran program vaksinasi COVID 19 di Puskesmas Pesantren 1
Kota Kediri dilaksanakan setiap hari melalui Whatsapp atau email yang dikirim
ke dinas kesehatan kota Kediri
Pengelolaan Limbah
•Prosedur penanganan limbah imunisasi di Puskesmas Pesantren 1 Kota Kediri
sesuai dengan Permenkes nomor 12 tahun 2017,
•Untuk pemakaian spuit, spuit akan dibuang ke safety box tanpa proses recapping
jarum suntik. Safety box harus diganti apabila sudah ¾ penuh.
• Untuk limbah infeksius lainnya dibuang di kantung kresek berwarna kuning dan
untuk limbah seperti vial, ampul akan dibuang di safety box tersendiri.
•Selanjutnya limbah medis tersebut akan diserahkan ke PT. Pria Kediri dan
dilakukan pengambilan tiap satu bulan sekali. Limbah tersebut dapat disalurkan
ke pemanfaat atau dapat langsung dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA).
Penanganan
Limbah Imunisasi
selama pandemi
Alat Kesehatan
Struktur Organisasi Pengelolaan Alat Kesehatan di
UPTD Puskesmas Pesantren 1 Kota Kediri

sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 6 Tahun 2006  pedoman pengelolaan barang milik
Negara/daerah  diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 mewujudkan tertib
administrasi dan optimalisasi barang milik Negara/daerah yang akurat  dipertanggung jawabkan perlu
menunjuk penanggung jawab pengelola peralatan
Perencanaan Alat Kesehatan
Peraturan Menteri Kesehatan nomor 75 tahun
2016 🡪 persyaratan peralatan Puskesmas non rawat
inap 🡪 tertulis pada form analisa kebutuhan alat
medis.
Pelaksanaan perencanaan peralatan medis
membutuhkan data kinerja peralatan yang telah
dimiliki
Permintaan Alat-alat Kesehatan

Usulan dari poli/unit Rencana Usulan PJ Pengelolaan Peralatan


pelayanan Kegiatan (RUK) Kesehatan

Gudang Dinkes Kota Kediri Ketua Tata Usaha Kepala puskesmas

ada pula alat kesehatan yang perlu pengadaan sendiri dana Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).
Penerimaan Alat Kesehatan
PJ  pengurus barang peralatan kesehatan 
pengurus barang akan mengecek kondisi barang
dan uji fungsi yang didapatkan dari Dinas Kesehatan
kota Kediri  dicatat ke dalam buku penerimaan
barang dan dalam inventaris ruangan.
Perangkat baru ditempatkan di daftar aset peralatan  diberi label  didokumentasikan bahwa
peralatan medis dalam kondisi baru atau baru saja diterima oleh pengurus barang.
Penyimpanan Alat Kesehatan
Penyimpanan utama 🡪 gudang
alat kesehatan dan daftar alat
kesehatan tertulis di dalam
buku – stok atau buku
persediaan.
Pencatatan nomor fraktur
pada setiap barang/alat
kesehatan dilakukan pada saat
acara serah terima dan dicatat
di berita acara.

Mengacu pada WHO tahun 2017  kegiatan penyipanan alat kesehatan meliputi pencatatan, menaruh
peralatan dalam tempat persediaan, dan pencatatan Nomor faktur untuk setiap barang yang di simpan
digudang.
Pendistribusian Alat Kesehatan
⮚penuliskan pengeluaran barang dalam buku persediaan
⮚ surat pengeluaran barang yang harus ditanda tangani
⮚ catatan inventaris dari bagian yang menerima dan menggunakan peralatan
 Setelah dipesan, diterima, dan dicetak dalam buku stok atau buku besar  peralatan dapat dikeluarkan
(didistribusikan) untuk digunakan bila diperlukan.
Kartu Inverntaris Ruangan (KIR)  mencatat alkes pa saja yang ada di unit pelayanan
Setiap ruangan maupun unit pelayanan telah mencukupi kebutuhan alatnya sesuai dengan yang terterah pada
KIR dan masing-masing alat telah terawat dengan baik dan masih berfungsi.
Mekanisme Pemeliharaan dan
Perbaikan Alat Kesehatan
Aktif  pemeliharaan oleh masing-masing unit kerja atau unit kesehatan lainnya di luar Puskesmas,

biasanya kerusakan bersifat ringan

Pasif  dilakukan saat pelaporan kerusakan dari masing-masing unit kerja dan unit kesehatan lainnya

(pustu) kepada kepala Puskesmas biasanya karena ada kerusakan yang berat.

Monitoring fungsi alat kesehatan dilakukan setiap hari melalui check list monitoring alat medis..
Kalibrasi
Rutin  kalibrasi setiap 1 tahun sekali.
Kegiatan ini bertujuan menjaga akurasi, ketelitian dan keamanan alat kesehatan sesuai besaran yang
tertera/diabadikan pada alat kesehatan yang bersangkutan. Sertifikat tanda laik pakai dan tanda tidak laik
pakai dikeluarkan oleh balai pengamanan fasilitas kesehatan, dan institusi pengujian fasilitas kesehatan
yang berwenang.
Hal ini sesuai dengan Pedoman Pengelolaan Peralatan Kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, 2015.
Surat pengajuan kalibrasi dan keterangan laik pakai tercantum dalam gambar.
Surat pengajuan kalibrasi Surat Tanda Laik dan Tidak Lain Pakai
Pengelolaan Alat Kesehatan (Alat
Pelindung Diri) Selama Masa Pandemi
• Pandemi COVID-19  kebutuhan APD meningkat drastis

• Pihak puskesmas Pesantren I harus menambahkan ketersediaan APD  mengajukan permintaan APD ke

pihak Dinkes atau pun mengandalkan sumbangan dari pihak ketiga.

• Limbah APD yang digunakan pada masa pandemi ini dikategorikan sebagai “limbah medis khusus”. Limbah

APD  kotak stereofoam  hindari kontaminasi silang dengan limbah medis lainnya.
Bab 4
KESIMPULAN & SARAN
Kesimpulan
Pada Puskesmas Pesantren 1 Kota Kediri dalam bidang pelayanan kefarmasian oleh penanggung jawab

unit farmasi yaitu seorang apoteker dan dibantu oleh dua tenaga teknis kefarmasian.

Perencanaan yang digunakan bergantung pada jumlah pemakaian rata-rata dan masuk dalam

Formularium Nasional dan Formularium Puskesmas. Perancanaan tahunan kebutuhan obat di Puskesmas

Pesantren 1 Kota Kediri digunakan dengan metode konsumsi yaitu, dengan menganalisis data konsumsi

obat satu tahun sebelumnya.


Penyediaan obat di Puskesmas Pesantren 1 Kota Kediri telah sesuai dengan prosedur. Hal ini merupakan tanda

keberhasilan dari faktor perencanaan, pendistribusian, penggunaan, dan pelayanan obat di unit-unit pelayanan

kesehatan.

Pengelompokan obat di ruang farmasi dan gudang obat telah bedasarkan sistem alfabetis (A-Z), farmakologi,

dan jenis sediaan, serta dirotasi dengan sistem FIFO (First in First Out) dan FEFO (First Expired First Out).

Penyimpanan obat dan Bahan Medis Habis Pakai di Puskesmas Pesantren I Kota Kediri telah sesuai dengan syarat penyimpanan

yang sesuai standar. Sedangkan untuk penyimpanan alat kesehatan di Puskesmas Pesantren I Kota Kediri telah tertata rapih.
Pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai sudah dilakukan
sesuai dengan prosedur yang berlaku.

Pengelolaan, pendistribusian, penyimpanan dan jenis imunisasi di Puskesmas Pesantren I Kota


Kediri sudah sesuai standar.

Peralatan kesehatan di Puskesmas Pesantren 1 Kota Kediri sudah sesuai standar dan telah di
letakkan dalam ruangan sesuai kebutuhan masing-masing ruangan, namun gudang penyimpanan
perlu dilakukan penataan ulang antara alat kesehatan dan inventaris non kesehatan
Saran
Untuk Puskesmas
1. Diperlukannya penambahan monitor dan mesin pencetak nomor antrian pada ruang farmasi
sehingga pelayanan lebih cepat untuk penyerahan obat.
2. Diperlukannya perluasan ruangan-ruangan untuk pasien dan lebih terarah apabila
memerlukan penjelasan khusus dalam menggunakan obat. Ruang yang luas diharapkan bisa
membuat komunikasi yang efektif dan efisen, dikarenakan ruangan yang tidak berisik,
sehingga memudahkan antara pasien dan petugas Kesehatan.
3. Meningkatkan kualitas ruang penyimpanan obat dengan penyesuaikan suhu, kelembapan
ruangan dan menambah ventilasi agar kelembaban bisa terjaga dengan baik.
4. Penggunaan lemari kayu agar selalu diperhatikan kebersihannya dan tidak dimakan rayap.
5. Pemusnahan alat kesehatan yang sudah tidak bisa dipakai supaya tidak memenuhi gudang
penyimpanan alat Kesehatan
Saran
Untuk Dinas Kesehatan
1. Memberi suplai alat pelindung diri yang lebih kepada puskesmas.
2. Memenuhi permintaan obat terutama stok obat yang sering kosong
3. Bagi obat-obat yang masa kadarluarsanya cepat agar dapat di suplai dengan
jumlah yang sedikit namun sering agar tidak terjadi stok kosong pada jenis
obat tersebut.
Terima kasih ☺

Anda mungkin juga menyukai