Anda di halaman 1dari 17

EUTHANASIA DALAM

PERSPEKTIF AGAMA ISLAM


Pengertian Euthanasia
Euthanasia berasal dari Bhs Yunani;
Eu Normal, Baik, Sehat
Thanatos  Mati atau Kematian

KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) :


“Tindakan mengakhiri kehidupan makhluk
hidup (manusia atau binatang) yang
mengalami sakit berat atau luka parah
dengan sengaja.”
5 TIPE EUTHANASIA
Active Voluntary Non-
Euthanasia Euthanasia voluntary
Active X
Passive Voluntary Non- Involuntary
Euthanasia Euthanasia voluntary Euthanasia
Passive Passive
Active Euthanasia
Melakukan sesuatu pada pasien
untuk mempercepat kematian
Tidak legal di United States
Legal di Netherlands dan
Australia
Examples: memberikan obat-
obatan dalam dosis letal
Passive Euthanasia
Pasien diberi keleluasaan untuk
meninggal. Pasien hanya
diberikan obat anti nyeri.
Examples:
mematikan alat bantu nafas,
menolak chemotherapy.
Voluntary Euthanasia

Pasien meminta
pengobatan
dihentikan
Examples:
chemotherapy atau
dialysis.
Non- Voluntary
Pasien tidak dapat
membuat
keputusan sendiri
Seseorang
memberikan
keputusan untuk
pasien.
Contoh : anak2,
pasien koma dll
Involuntary
Pasien menolak
obat2 untuk
mempertahankan
hidup
Examples: Obat
mahal, donor
organ terbatas
ALASAN euthanasia
 Adanya hak moral bagi setiap orang untuk mati
terhormat, maka seseorang mempunyai hak
memilih cara kematiannya
 Tindakan belas kasihan pada seseorang yang
sakit, meringankan penderitaan sesama adalah
tindakan kebajikan
 Tindakan belas kasihan pada keluarga pasien
 Mengurangi beban ekonomi
DAMPAK euthanasia
Sudut pandang Pasien
mudah putus asa karena tidak ingin dan tidak
memiliki semangat untuk berjuang melawan
penyakitnya.
Sudut pandang Keluarga Pasien
aspek kemanusiaan dan ekonomi
ASPEK euthanasia
1. Aspek Hukum
Undang undang yang tertulis dalam KUHP Pidana hanya
melihat dari dokter sebagai pelaku utama euthanasia,
khususnya euthanasia aktif dan dianggap sebagai suatu
pembunuhan berencana, atau dengan sengaja
menghilangkan nyawa seseorang. Sehingga dalam aspek
hukum, dokter selalu pada pihak yang dipersalahkan
dalam tindakan euthanasia, tanpa melihat latar belakang
dilakukannya euthanasia tersebut. Tidak perduli apakah
tindakan tersebut atas permintaan pasien itu sendiri atau
keluarganya, untuk mengurangi penderitaan pasien dalam
keadaan sekarat atau rasa sakit yang sangat hebat yang
belum diketahui pengobatannya.
ASPEK euthanasia
2. Aspek Hak Asasi
Hak asasi manusia selalu dikaitkan dengan hak hidup,
damai dan sebagainya. Tapi tidak tercantum dengan jelas
adanya hak seseorang untuk mati. Mati sepertinya justru
dihubungkan dengan pelanggaran hak asasi manusia. Hal
ini terbukti dari aspek hukum euthanasia yang cenderung
menyalahkan tenaga medis dalam euthanasia. Sebetulnya
dengan dianutnya hak untuk hidup layak dan sebagainya,
secara tidak langsung seharusnya terbersit adanya hak
untuk mati, apabila dipakai untuk menghindarkan diri dari
segala ketidak nyamanan atau lebih tegas lagi dari segala
penderitaan yang hebat.
ASPEK euthanasia
3. Aspek Ilmu Pengetahuan
Pengetahuan kedokteran dapat memperkirakan
kemungkinan keberhasilan upaya tindakan medis untuk
mencapai kesembuhan atau pengurangan penderitaan
pasien. Apabila secara ilmu kedokteran hampir tidak ada
kemungkinan untuk mendapatkan kesembuhan ataupun
pengurangan penderitaan, apakah seseorang tidak boleh
mengajukan haknya untuk tidak diperpanjang lagi
hidupnya? Segala upaya yang dilakukan akan sia sia,
bahkan sebaliknya dapat dituduhkan suatu kebohongan,
karena di samping tidak membawa kepada kesembuhan,
keluarga yang lain akan terseret dalam pengurasan dana.
ASPEK euthanasia
4. Aspek Agama
Kelahiran dan kematian merupakan hak dari Tuhan
sehingga tidak ada seorangpun di dunia ini yang
mempunyai hak untuk memperpanjang atau
memperpendek umurnya sendiri. Pernyataan ini menurut
ahli ahli agama secara tegas melarang tindakan
euthanasia, apapun alasannya. Dokter bisa dikategorikan
melakukan dosa besar dan melawan kehendak Tuhan yaitu
memperpendek umur. Orang yang menghendaki
euthanasia, walaupun dengan penuh penderitaan bahkan
kadang kadang dalam keadaan sekarat dapat
dikategorikan putus asa, dan putus asa tidak berkenan
dihadapan Tuhan
Dalil Euthanasia dalam Islam
Q.S. An-Nisa Ayat 29

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan


harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.
dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadamu.”
Q.S. Al-Maidah Ayat
32

“Oleh Karena itu kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang
membunuh seorang manusia, bukan Karena orang itu (membunuh) orang lain, atau
bukan Karena membuat kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan dia Telah
membunuh manusia seluruhnya. dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang
manusia, Maka seolah-olah dia Telah memelihara kehidupan manusia semuanya. dan
Sesungguhnya Telah datang kepada mereka rasul-rasul kami dengan (membawa)
keterangan-keterangan yang jelas, Kemudian banyak diantara mereka sesudah itu
sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.”
Euthanasia Dan Etika Kedokteran

Euthanasia bertentangan dengan etika


kedokteran. Ketentuan ini tertuang dalam Kode
Etik Kedokteran melalui ketetapan Menteri
Kesehatan No. 434 Thn 1983 Pasal 10:
“Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan
akan kewajibannya melindungi hidup makhluk
insani”

Anda mungkin juga menyukai