Banyak aspek yang dapat dijadikan teladan atau uswah dalam diri
Nabi Muhammad SAW bagi umat Islam dalam kehidupan di
dunia. Aspek-aspek yang menjadi rujukan itu berkaitan dengan
peran dan posisi nabi Muhammad saw, baik ketika berada di
rumah atau ketika berada di tengah-tengah kaum muslimin.
Posisi nabi yang akan dibahas dalam kesempatan ini adalah Nabi
Muhammad saw sebagai seorang suami dan sebagai seorang
kepala rumah tangga.
1. Sebagai Suami.
Sebagai seorang suami, Rasulullah telah memberi contoh untuk
selalu bertindak bijaksana, pemaaf, lapang dada, dan pengampun
kepada isterinya. Rasulullah juga mendidik isteri dan anaknya
dengan penuh kesabaran dan kasih sayang. Berikut beberapa
contoh yang bisa dijadikan uswah hasanah.
Lanjutan 3
ِ ْ ِارْ َحمُوا َمنْ ِفي األَر، ُالرَّ ا ِحم ُْو َن َيرْ َح ُم ُه ُم الرَّ حْ َمان
ض َيرْ َحمْ ُك ْم َمنْ ِفي ال َّس َما ِء
Para pengasih dan penyayang dikasihi dan di sayang oleh Ar-
Rahmaan (Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang-pen),
rahmatilah yang ada di bumi niscaya kalian akan dirahmati oleh
Dzat yang ada di langit” (HR Abu Dawud dan al-Thirmidzi)
Lanjutan
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin 'Isa berkata, telah
menceritakan kepada kami Ibnu Wahb berkata, telah mengabarkan
kepada kami 'Amru bahwa Muhammad bin 'Abdurrahman Al Asadi
menceritakan kepadanya dari 'Urwah dari 'Aisyah ia berkata, "Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam masuk menemuiku saat ketika di sisiku ada
dua budak wanita yang sedang bersenandung dengan lagu-lagu (tentang
perang) Bu'ats. Maka beliau berbaring di atas tikar lalu memalingkan
wajahnya, kemudian masuklah Abu Bakar mencelaku, ia mengatakan,
"Seruling-seruling setan (kalian perdengarkan) di hadapan Nabi shallallahu
'alaihi wasallam!" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lantas
memandang kepada Abu Bakar seraya berkata: "Biarkanlah keduanya."
Setelah beliau tidak menghiraukan lagi, aku memberi isyarat kepada
kedua sahaya tersebut agar lekas pergi, lalu keduanya pun pergi. Saat
Hari Raya 'Ied, biasanya ada dua budak Sudan yang memperlihatkan
kebolehannya mempermainkan tombak dan perisai. Maka adakalanya aku
sendiri yang meminta kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, atau beliau
yang menawarkan kepadaku: "Apakah kamu mau melihatnya?" Maka aku
jawab, "Ya, mau." Maka beliau menempatkan aku berdiri di belakangnya,
sementara pipiku bertemu dengan pipinya sambil beliau berkata:
"Teruskan hai Bani Arfadah!" Demikianlah seterusnya sampai aku merasa
bosan lalu beliau berkata: "Apakah kamu merasa sudah cukup?" Aku
jawab, "Ya, sudah." Beliau lalu berkata: "Kalau begitu pergilah."