Anda di halaman 1dari 65

‫عل ََييْك ُْم َو َر ْح َم ُة ِ‬

‫الله‬ ‫الَسال َ ُم َ‬
‫ّـَّ‬
‫َوبَ َركَاتُ ُه‬

‫‪SGD 08‬‬
Anatomi Tulang
Fatimah Azahara
Histologi Tulang
Fatimah Azahara
Fisiologi Pembentukan dan
Remodelling Tulang

Fatimah Azahara
Fisiologi Pembentukan Tulang

Awal pada Tulang Jar.Kolagen


Embriologi Woven berbentuk
Irreguler

Tulang
Fisiologi Pembentukan Tulang

Oosit teraktivasi
Zigot
Blastokis
Endoderm berisi DNA
donor
Stem Sel :
Mesoderm Tipe Sel
Pluripoten

Ektoderm
Fisiologi Pembentukan Tulang
Modelling Tulang

 Proses mencapai bentuk dan ukuran yang tepat selama pertumbuhan


dan perkembangan tulang.
 Tulang Panjang dibentuk melalui mekanisme pergeseran tulang
endokondrial pada tulang Panjang dan pergeseran pada tulang
appendicular.

Intramembran Endrokondral
Osifikasi
Fisiologi Pembentukan Tulang
Remodelling Tulang

 Setelah tulang woven berubah menjadi tulang berlapis


(lamellar), tulang terus mengalami proses
resorpsi,pembentukan dan mineralisasi.
 Tujuan : Reparasi kerusakan tulang akibat
kelelahan/fatigue damage, mencegah proses penuaan
atau aging dan akumulasi tulang-tulang tua.
Fisiologi Pembentukan Tulang
Remodelling Tulang
 Diatur oleh sel osteoblast dan osteoklas yang tersusun
dalam struktur Remodelling Bone Unit (RBU) yang
bekerja memahat tulang, meresorpsi tulang dan
membentuk tulang baru.
 Proses resorpsi tulang terjadi dalam 3 minggu dan proses
pembentukan tulang membutuhkan waktu 3 bulan.
Referensi
● Ilyas, S. 2014. Ilmu Penyakit Mata edisi ke 5. Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
● Cantor LB, Rapuano CJ, Cioffi GA. Clinical optics. San Fransisco: American
Academy of Ophthalmology.2018.Hlm: 100-33.
● Eshaq RS, Aldalati AMZ, Alexander JS, Harris NR. Diabetic Retinopaty:
Breaking the barrier. Definision. 2017;24(4):229-41.
● Cantor LB, Rapuano CJ, Cioffi GA. Lens and cataract. 2014-2015. Basic and
clinical Science course. San Fransisco, CA: American Academy of
Ophthalmology; 2015.
● Kansky JJ. Acute congestive angle closure glaucoma in clinical
ophthalmology a systemic approach. Edisi ke-6. Philadelphia: Elsevier;
2005.hlm. 391-7.
Definisi,Etiologi dan
Faktor Risiko Fraktur

Fatimah Azahara
A.Fraktur Patologis
 Definisi
Katarak merupakan abnormalitas pada lensa mata berupa
kekeruhan lensa. Kekeruhan sering mengakibatkan penderita sulit
untuk melihat atau pandangan kabur. 

Katarak tidak menular ke mata yang lain namun dapat terjadi pada


unilateral maupun bilateral. 

Katarak tidak menular ke mata yang lain namun dapat terjadi pada


unilateral maupun bilateral. 
A.Fraktur Patologis
 Etiologi
Katarak merupakan abnormalitas pada lensa mata berupa
kekeruhan lensa. Kekeruhan sering mengakibatkan penderita sulit
untuk melihat atau pandangan kabur. 

Katarak tidak menular ke mata yang lain namun dapat terjadi pada


unilateral maupun bilateral. 

Katarak tidak menular ke mata yang lain namun dapat terjadi pada


unilateral maupun bilateral. 
A.Fraktur Patologis
 Faktor Risiko
Silau Penurunan visus

Diplopia Sensitivitas
monokuler atau Distorsi kontras
polypia

Halo Myopic shift


B.Fraktur Fisiologis
 Definisi
Katarak merupakan abnormalitas pada lensa mata berupa
kekeruhan lensa. Kekeruhan sering mengakibatkan penderita sulit
untuk melihat atau pandangan kabur. 

Katarak tidak menular ke mata yang lain namun dapat terjadi pada


unilateral maupun bilateral. 

Katarak tidak menular ke mata yang lain namun dapat terjadi pada


unilateral maupun bilateral. 
B.Fraktur Fisiologis
 Etiologi
Katarak merupakan abnormalitas pada lensa mata berupa
kekeruhan lensa. Kekeruhan sering mengakibatkan penderita sulit
untuk melihat atau pandangan kabur. 

Katarak tidak menular ke mata yang lain namun dapat terjadi pada


unilateral maupun bilateral. 

Katarak tidak menular ke mata yang lain namun dapat terjadi pada


unilateral maupun bilateral. 
B.Fraktur Fisiologis
 Faktor Risiko
Silau Penurunan visus

Diplopia Sensitivitas
monokuler atau Distorsi kontras
polypia

Halo Myopic shift


● Liesegang TJ, Deutsch TA, Grand
MG. 2015.“Surgery of Cataract” in
Lens and Cataract. Section 11. USA.
The Foundation of The American
Academy of Ophthalmology. 96-99.

Referensi ● American Academy of Ophtalmology.


2008-2009. Lens and Cataract.
SanFransisco:AAO
● dr. Zaldi. Slide tentang kelainan pada
lensa.
Etiologi dan Faktor
Risiko
Katarak
Aisyah Amini
Nasution
Etiologi
Katarak kongenital, terjadi sejak lahir atau sejak bayi hingga dewasa.
01
02 Katarak senilis, terjadi pada orang lanjut usia berusia > 50 tahun.

03 Katarak trauma,terjadi pada orang yang bekerja di kondisi yang berbahaya.

04 Katarak komplikasi, terjadi pada orang yang menderita penyakit kulit, alergi, uveitis,
diabetes glukoma, asma dan emfisema.
Katarak karena toksik metabolik, terjadi pada orang yang mengalami defisiensi
05 beberapa enzim dan hormon.

Katarak karena radiasi, terjadi pada orang yang sering kontak dengan sinar matahari,
06 radiasi buatan dan tegangan tinggi.
Faktor Risiko

Faktor Usia Faktor Riwayat Faktor Paparan Sinar


Penyakit Diabetes Ultraviolet
Mellitus

Faktor Riwayat Trauma Faktor Riwayat Faktor Hipertensi


Konsumsi Obat
Kortikosteroid
Referensi
● Ramli R, Studi P, Keperawatan I, Masyarakat FK, Indonesia UM, Darah T, et al. Window of Health , Vol . 1 No . 1
( Januari 2018 ) Senam Lansia Menurunkan Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi 6 | Penerbit : Pusat Kajian dan
Pengelola Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia Window of Health , Vol . 1 No . 1
(. Wind Heal. 2018;1(1):2013–6.
● Laila A, Raupong I, Saimin J. Analisis Faktor-Faktor Risiko Kejadian Katarak di Daerah Pesisir Kendari. E-Issn.
2017;4(2):377–87.
● Sari AD, Masriadi. Faktor Resiko Kejadian Katarak Pada Pasien Pria. Jurnal FK UMI. April 2018; 1(2):64-65p.
Tanda dan Gejala
Katarak

Vivi Eprillia Rosares


Salah satu keluhan awal yang di rasakan pasien adalah penglihatan silau atau tidak tahan
terhadap cahaya yang cukup terang, contohnya sinar matahari langsung atau sinar lampu
dari kendaraan bermotor. Kemudian, penglihatan pada jarak jauh maupun jarak dekat
akan mulai terganggu. Keluhan lain yang dapat timbul berupa penglihatan yang berkabut,
penglihatan pada warna menjadi tidak jelas, atau penlihatan berganda (WHO,1996)
Referensi
● Astarini C. Penilaian Tajam Penglihatan Pasien Pascaoperasi Fakoemulsifikasi Di Rumah
Sakit Pku Muhammadiyah Yogyakarta. 2017;25–6. Available from:
http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/16245
● Gürbilek N. Katarak. J Chem Inf Model [Internet]. 2013;53(9):1689–99. Available from:
http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/135/jtptunimus-gdl-andriniest-6717-2-pdf
● Oliver J. Bab Ii Tinjauan Pustaka Aplikasi. Hilos Tensados [Internet]. 2019;1:1–476.
Available from: http://repository.potensi-
utama.ac.id/jspui/bitstream/123456789/2990/6/BAB II.pdf
Patofisiologi Katarak
Muhammad Avi
Sena
REFRENSI

1. Dewi MR, Santyowibowo SFIT, Yuliyani EA. Constraints and supporting factors to access free
cataract surgery [Internet]. Jurnal Oftalmologi Indonesia. 2010;7(4):144-9. Available from:
https://s.id/wf1b-
2.  Nartey, Andrews. The pathophysiology of cataract and major interventions to retarding its
progression : a mini review. Adv Ophthalmol Vis Syst, 2017.
http://dx.doi.org/10.15406/aovs.2017.06.00178 
Cara Menegakkan
Diagnosis Katarak

Aulia Ardhana
ANAMNESIS

1.Identitas Pribadi
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Nama
Keluhan Utama
Usia  Penurunan ketajaman penglihatan
Jenis Kelamin  Penglihatan kabur
 Silau jika melihat cahaya
Pekerjaan yang sering terpapar  Mata gatal atau merah
sinar matahari  Perubahan daya lihat warna
 Lampu dan matahari sangat
Tempat tinggal, kondisi mengganggu
lingkungan
ANAMNESIS

3. Riwayat Penyakit Terdahulu 4. Riwayat Penyakit Keluarga

 Diabetes Mellitus  Apakah ada riwayat katarak


 Hipertensi pada keluarga
 Pembedahan mata
sebelumnya
 Riwayat terpajan radiasi,
steroid, dan toxin lainnya
 Riwayat trauma sebelumnya
PEMERIKSAAN FISIK

1. Tanda Vital 2. Pemeriksaan Mata Dasar

Tekanan Darah, Frekuensi Pernafasan,  UJI DENGAN SNELLEN


Frekuensi Nadi, Suhu. Pemeriksaan penurunan ketajaman
Terutama tekanan darah untuk penglihatan mata
mengetahui apakah pasien hipertensi
atau tidak  TAJAM PENGLIHATAN
(VISUS) DENGAN DAN TANPA
KOREKSI PINHOLE OCCLUDER
PEMERIKSAAN FISIK

 PEMERIKSAAN SEGMEN ANTERIOR


 PEMERIKSAAN REFLEKS PUPIL
DENGAN SENTER ATAU SLIT LAMP LANGSUNG DAN TIDAK
LANGSUNG (+)
Didapatkan kekeruhan lensa. Pemeriksaan
Shadow test dengan membuat sudut 45° arah Bila terdapat relative afferent pupillary
sumber cahaya (senter) dengan dataran iris. defect atau cacat pupil, perlu dipikirkan
Bayangan iris yang jatuh pada lensa, adanya kelainan patologis lain yang
menunjukkan shadow test (+) yang berarti mengganggu tajam penglihatan pasien
katarak masih imatur. Sementara shadow
test (-) menunjukkan katarak sudah matur  FUNDUSKOPI JIKA
MEMUNGKINKAN
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Pengukuran tonografi : TIO (12-25


mmHg).  Oftalmoskopi : Mengkaji stuktur
internal okuler, atrofi lempeng
optik, papiledema, dan perdarahan.

 Darah lengkap, LED : Menunjukkan


anemia sistemik/infeksi.

 EKG, kolesterol serum, lipid, tes


 Tes provokatif : Menentukan toleransi glukoma : Kontrol DM.
adanya/tipe glaukoma.
REFERENSI
● O,Amindyta., KATARAK SENILIS IMATUR PADA WANITA UMUR 84 TAHUN.
Medula, Volume 1, Nomor 5, Oktober 2013. FK UNILA.
● Laurentius,I., 2011. DIAGNOSA DAN TATALAKSANA KATARAK SENILIS. FK
UKRIDA.
● Panduan penatalaksanaan medis katarak. (serial online) modified on 2011
[cited on 2016 Nov 11].
● Ilyas S. Yulianti S. ILMU PENYAKIT MATA. Edisi 4. Jakarta: FKUI; 2013
● Effendi, I., 2017. PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO USIA DAN VISUS
SEBELUM OPERASI DENGAN KEJADIAN KOMPLIKASI INTRAOPERATIF
PADA OPERASI EKEK PASIEN KATARAK SENILIS DI RSUP FATMAWATI
TAHUN 2015-2017. FK UIN JAKARTA.
Diagnosis Banding
Katarak

Mega Diah Utami


1. Retinoblastoma

Retinoblastoma adalah tumor endo-ocular yang


mengenai syaraf embrionik retina dan merupakan
tumor ganas terserring. Retinoblastoma sering
muncul sebagai tumor congenital, dapat  bersifat
multilokal dan bilateral, mengalami regresi spontan.
Retinoblastoma muncul dalam pola familial dan
sporadik.
2. Ablasio Retina

Ablasio retina (retinal detachment) adalah pemisahan


retina sensorik, yakni lapisan Fotoreseptor (sel kerucut
dan batang) dan jaringan bagian dalam, epitel pigmen
retina dibawahnya. Sesungguhnya antara sel kerucut dan
sel  batang retina tidak terdapat suatu perlekatan
struktural dengan koroid atau  pigmen epitel, sehingga
merupakan titik lemah yang potensial untuk lepas secara
embriologis
03 Endoftalmitis
Endoftalmitis adalah peradangan intraokuler yang melibatkan
badan kaca dan segmen anterior bola mata, serta dapat
melibatkan struktur yang  berdekatan seperti retina dan
koroid, biasanya akibat trauma atau bedah, atau endogen
akibat sepsis. Berbentuk radang supuratif dalam bola mata,
dan akan mengakibatkan abses di badan kaca. Bila terjadi
peradangan lanjut yang mengenai ketiga dinding bola mata,
maka keadaan ini disebut  panoftalmitis.
4. Fibroplasia retrolental

Fibroplasia retrolental atau retinopathy of


prematurity (ROP) adalah kelainan pada retina
mata. Retina adalah bagian belakang mata yang
meneruskan informasi visual ke otak. Pada
fibroplasia retrolental, pembuluh darah di retina
belum berkembang sempurna, seringkali karena
kelahiran prematur. Fibroplasia retrolental
diklasifikasikan dalam lima tahap, mulai dari
ringan (stadium I) hingga parah (stadium V).
REFERENSI
1. Mimouni M, Shapira Y, Jadon J, et al. Assessing visual function behind cataract:
preoperative predictive value of the Heine Lambda 100 retinometer. Eur J
Ophthalmol, 2017. 27(5):559-564.
2. Hayek S, Kniestedt C, Barthelmes D, Stürmer J. Quality assurance in biometry
before cataract surgery: which patients have an increased risk of aberrance from target
refraction? 2007. 224(4):244-8.
3. Riordan-Eva P, A. J., 2018. Vaughan and Asbury's General Ophthalmology. New
York: McGraw Hill.
Tatalaksana Katarak
Fatimah Azahara
Tatalaksana Non-Bedah
A. Terapi Penyebab Katarak

• Pengontrolan Diabetes melitus,Hipertensi, menghentikan konsumsi


obat-obatan yang bersifat katarak togenik seperti kortikosteroid,
fenotiasin, dan miotik kuat, menghindari radiasi (inframerah atau
sinar-UV) dapat memperlambat atau mencegah terjadinya proses
kataraktogenesis.
Ref :

1. Ilyas S, Rahayu S yulianti. Mata Merah. J Kedokt Brawijaya. 2015;136(1):23–42.

2. Amindyta. Katarak Senilis Imatur Pada Wanita Umur 84 Tahun. Medulla [Internet]. 2016;1(September):72–8. Available from:
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/download/149/147
Tatalaksana Non-Bedah
B. Memperlambat Progresivitas Katarak

• Penggunaan kacamata gelap yaitu pada pasien dengan kekeruhan


lensa dibagian sentral, hal ini akan memberikan hasil yang baik dan
nyaman beraktifitas di luar ruangan.

Ref :

1. Ilyas S, Rahayu S yulianti. Mata Merah. J Kedokt Brawijaya. 2015;136(1):23–42.

2. Amindyta. Katarak Senilis Imatur Pada Wanita Umur 84 Tahun. Medulla [Internet]. 2016;1(September):72–8. Available from:
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/download/149/147
Tatalaksana Bedah
 Pembedahan katarak terdiridari pengangkatan lensa dan
menggantinya dengan lensa buatan

 Lensa keruh diangkat dan digantikan dengan lensa buatan yang


ditanam secara permanen.Tingkat keberhasilan operasi katarak
cukup tinggi

Ref :

1. Ilyas S, Rahayu S yulianti. Mata Merah. J Kedokt Brawijaya. 2015;136(1):23–42.

2. Amindyta. Katarak Senilis Imatur Pada Wanita Umur 84 Tahun. Medulla [Internet]. 2016;1(September):72–8. Available from:
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/download/149/147
Tatalaksana Bedah
 Indikasi Pembedahan Katarak

Mengganggu aktivitas
Penurunan Visus sehari-sehari

Tindakan Bedah

Glaukoma imbas lensa (lens-induced


Indikasi Medis
glaukoma), endoftalmitis
fakoanafilaktik, dan kelainan pada
retina misalnya retiopati diabetik atau
ablasio retina

Ref :1. Astari P. Katarak: Klasifikasi, Tatalaksana, dan Komplikasi Operasi. Astari, Prilly. 2018;45(10):748–53.

2. Edison KS. DIAGNOSA dan PENATALAKSANAAN KATARAK. J Ilm Kesehat Diagnosis. 2010;7–8.
Tatalaksana Bedah
A. Teknik Pembedahan/Operasi
 Ekstraksi katarak intracapsular
Pada teknik ini bagian dengan kapsul dipotong dan diangkat, lensa
dibuang dari mata. sehingga menyisakan kapsul bagian belakang. Lensa
intakuler buatan dapat dimasukan kedalam kapsul tersebut. Kejadian
komplikasi setelah operasi lebih kecil kalau kapsul bagian belakang utuh.

Ref :1. Astari P. Katarak: Klasifikasi, Tatalaksana, dan Komplikasi Operasi. Astari, Prilly. 2018;45(10):748–53.

2. Edison KS. DIAGNOSA dan PENATALAKSANAAN KATARAK. J Ilm Kesehat Diagnosis. 2010;7–8.
Tatalaksana Bedah
 Ekstraksi Katarak Intracapsular
• Pada teknik ini, seluruh lensa akan dikeluarkan bersama kapsul
lensatermasuk kapsul posterior
• Tingginya kejadian komplikasi pascaoperasi, seperti ablasio
retina,edema makular sistoid, astigmatisme, robekan iris, dan edema
kornea. Selainitu, diperlukan insisi limbus superior 140-1600
sehingga membutuhkan waktu penyembuhan yang lebih lama

Ref :1. Astari P. Katarak: Klasifikasi, Tatalaksana, dan Komplikasi Operasi. Astari, Prilly. 2018;45(10):748–53.

2. Edison KS. DIAGNOSA dan PENATALAKSANAAN KATARAK. J Ilm Kesehat Diagnosis. 2010;7–8.
Tatalaksana Bedah
 Ekstraksi Katarak Intracapsular
• Kontraindikasi absolut teknik ini ialah anak-anak dan dewasa
mudadengan katarak kasus ruptur kapsular karena trauma.
Kontraindikasi relative berupa miopia tinggi, sindrom Marfan, dan
katarak morgagni.

Ref :1. Astari P. Katarak: Klasifikasi, Tatalaksana, dan Komplikasi Operasi. Astari, Prilly. 2018;45(10):748–53.

2. Edison KS. DIAGNOSA dan PENATALAKSANAAN KATARAK. J Ilm Kesehat Diagnosis. 2010;7–8.
Tatalaksana Bedah
 Ekstraksi Katarak Ekstracapsular
• Lensa dikeluarkan bersama kapsul anterior, sedangkankapsul
posterior ditinggalkan. Oleh sebab itu, terdapat ruang bebas di
tempatbekas lensa yang memungkinkan untuk ditempatkan lensa
pengganti (lensaintraokuler ruang posterior).

Ref :

1. Ilyas S, Rahayu S yulianti. Mata Merah. J Kedokt Brawijaya. 2015;136(1):23–42.

2. Amindyta. Katarak Senilis Imatur Pada Wanita Umur 84 Tahun. Medulla [Internet]. 2016;1(September):72–8. Available from:
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/download/149/147
Tatalaksana Bedah
 Ekstraksi Katarak Ekstracapsular
• Insisi dilakukan di limbus atau sebelah perifer
kornea
• Pembukaan dilakukan di kapsul anterior
• Lalu nukleus dan korteks dikeluarkan dan diganti
dengan lensa intraokular yang ditempatkan di
“capsular bag” yang disokong oleh kapsul

Ref :
posterior.
1. Ilyas S, Rahayu S yulianti. Mata Merah. J Kedokt Brawijaya. 2015;136(1):23–42.

2. Amindyta. Katarak Senilis Imatur Pada Wanita Umur 84 Tahun. Medulla [Internet]. 2016;1(September):72–8. Available from:
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/download/149/147
Tatalaksana Bedah
 Fakoemulsifikasi
• Menggunakan vibrator ultrasonik yang
berguna untukmenghancurkan nukleus
lensa yang keras sehingga bahan nukleus
dan korteksdapat diaspirasi melalui insisi
sebesar + 3mm.

Ref :1. Astari P. Katarak: Klasifikasi, Tatalaksana, dan Komplikasi Operasi. Astari, Prilly. 2018;45(10):748–53.

2. Edison KS. DIAGNOSA dan PENATALAKSANAAN KATARAK. J Ilm Kesehat Diagnosis. 2010;7–8.
Komplikasi dan
Prognosis
IHDA MUTIA
Prognosis
● Prognosis katarak adalah baik dengan lebih dari 95% pasien
mengalami perbaikan visual setelah dilakukan operasi.
Prognosis visual pada pasien anak yangmengalami katarak
dan menjalani operasi tidak sebaik pada pasien dengan
katarak yang berhubungan dengan umur. Prognosis untuk
perbaikan kemampuan visual paling buruk pada katarak
kongenital unilateral yang dioperasi dan paling baik pada
katarak kongenital bilateral inkomplit yang bersifat progresis
lambat.
Komplikasi
Selama operasi :
1. Pendangkalan kamera okuli anterior
Pada saat operasi katarak, pendangkalan kamera okuli anterior (KOA) dapat terjadi karena cairan yang masuk
ke KOA tidak cukup, kebocoran melalui insisi yang terlalu besar, tekanan dari luar bola mata, tekanan vitreus
positif, efusi suprakoroid, atau perdarahan suprakoroid. Jika saat operasi ditemukan pendangkalan KOA, hal
pertama yang harus dilakukan adalah mengurangi aspirasi, meninggikan botol cairan infus, dan mengecek insisi.
2. Posterior Capsule Rupture (PCR)
PCR dengan atau tanpa vitreous loss adalah komplikasi intraoperatif yang sering terjadi. Beberapa faktor risiko
PCR adalah miosis, KOA dangkal, pseudoeksfoliasi, floppy iris syndrome, dan zonulopati. Apabila terjadi PCR,
sebaiknya lakukan vitrektomi anterior untuk mencegah komplikasi yang lebih berat. PCR berhubungan dengan
meningkatnya risiko cystoid macular edema, ablasio retina, uveitis, glaukoma, dislokasi LIO, dan endoftalmitis
postoperatif katarak.
3. Nucleus drop
Nucleus drop yaitu jatuhnya seluruh atau bagian nukleus lensa ke dalam rongga vitreus. Jika hal ini tidak
ditangani dengan baik, lensa yang tertinggal dapat menyebabkan peradangan intraokular berat, dekompensasi
endotel, glaukoma sekunder, ablasio retina, nyeri bahkan kebutaan.
Setelah operasi :
1. Edema kornea Edema stromal atau epitelial dapat terjadi segera setelah
operasi katarak. Kombinasi dari trauma mekanik, waktu operasi yang lama, trauma
kimia, radang atau peningkatan tekanan intraokular (TIO), dapat menyebabkan
edema kornea. Pada umumnya, edema akan hilang dalam 4 – 6 minggu. Jika kornea
tepi masih jernih, maka edema kornea akan menghilang. Edema kornea yang
menetap sampai lebih dari 3 bulan biasanya membutuhkan keratoplasti tembus.
2. Perdarahan seperti retrobulbar, perdarahan atau efusi suprakoroid, dan
hifema. Pada pasien dengan terapi antikoagulan atau antiplatelet, risiko perdarahan
suprakoroid dan efusi suprakoroid tidak meningkat katarak.
3. Glaukoma sekunder seperti glaukoma sudut terbuka dan tertutup. Beberapa
penyebab glaukoma sekunder sudut terbuka adalah hifema, TASS, endoftalmitis,
serta sisa masa lensa. Penyebab glaukoma sekunder sudut tertutup adalah blok pupil,
blok siliar, glaukoma neovaskuler, dan sinekia anterior perifer.
REFERENSI
• Kowalak JP (ed). 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Dialihbahasakan oleh Hartono
A. Jakarta: EGC.

• Nanda International. 2011. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi


2009- 2011. Dialih bahasakan oleh Sumarwati M. Jakarta: EGC. Nugroho, T.
2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, dan Penyakit Dalam.
Yogyakarta: Nuha Medika.

• Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, 2013

• Pradhevi L, Moegiono, Atika. Effect of type-2 diabetes mellitus on cataract


incidence rate at ophthalmology outpatient clinic, dr Soetomo Hospital,
Surabaya. Folia Medica Indonesiana. 2012;48(3):137-43.
Edukasi dan Pencegahan
Katarak

Putri Yana Harahap


EDUKASI

A Jelaskan komplikasi yang terjadi pada penyakit

Mengontrol penyakit yang berhubungan dengan


B katarak dan menghindari faktor risiko

C Memakai kaca mata hitam ketika berada di luar

D Minum obat teratur


Pencegahan Dini

Menjaga Memeriksa
kebersihan kondisi mata Gaya hidup
mata sehat

Saat beraktivitas Melindungi


tidak menyentuh mata dari
dan menggosok paparan sinar
mata UV
REFERENSI
1. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI.
Riset Kesehatan dasar 2013. Jakarta: Kemenkes RI 2013

2. Departemen Kesehatan RI. Rencana Strategi Nasional


Penanggulanan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan (PGPK)
D

Untuk Mencapai Vision. Jakarta : Departemen Kesehatan


D

2020.
‫الَسال َ ُم َعل َيْك ُْم َو َر ْح َم ُة ِ‬
‫الله َوبَ َركَاتُ ُه‬ ‫ّـَّ‬ ‫َو‬

‫‪SGD 08‬‬

Anda mungkin juga menyukai