Pertemuan 2
Pertemuan 2
= Rata-rata pengukuran
Xi = Nilai masing-masing pengukuran
n = Banyaknya pengukuran
Rata-rata hasil pengukuran :
Mahasiswa 1 = 99.90%
Mshasiswa 2 = 95.62%
Mahasiswa 3 = 96.88%
Mahasiswa 4 = 99.72%
Suatu hasil analisis dikatakan teliti (accurate)
jika nilai rata-rata hasil pengukuran sangat
dekat dengan nilai sebenarnya\true value),
Sedangkan suatu hasil analisis dikatakan tepat
(precise) jika dalam satu seri pengukuran
mempunyai selisih yang sangat kecil antar satu
nilai dengan yang lain,
Ketelitian
Ketelitian (precision)
(precision) :: Ketepatan(accuracy)
Ketepatan (accuracy) ::
nilai-nilai
nilai-nilai yg
yg diperoleh
diperoleh nilai-nilaiyang
nilai-nilai yang
kecil
kecil perbedaanya
perbedaanya satu
satu diperolehdekat
diperoleh dekat
sama dengan nilai
nilai
samalain
lain dengan
sebenarnya
sebenarnya
Frekuensi kejadian
Dari kurva ini dapat
dikemukakan: 1 ) Kesalahan
yang kecil lebih sering terjadi
2) Kesalahan yang besar dapat
dikatakan jarang terjadi
3) Besarnya kesalahan
positifdan negatifsama Penyimpangan dari rata-rata
c. Kesalahan metpde
Kesalahan metode dapat disebabkan kesalahan pengambilan sampel dan
kesalahan akibat reaksi kimia yang tidak sempurna
Adanya kesalahan sistematik, kadang-kadang
menyebabkan rata-rata yang didapat menyimpang lebih
besar dari nilai sebenarnya. Walaupun kesalahan ini tidak
mungkin dihindari secara mutlak. tetapi dengan cara
tertentu dapat diperkecil sehingga hasil yang diperoleh
tidak terlalu menyimpang dari nilai sebenarnya. Untuk
memperkecil kesalahan sistematik dapat dilakukan
beberapa cara, antara lain:
a. Kalibrasi (peneraan) dan koreksi alat yang dipakai
b. Dilakukan penetapan blanko.
c. Melakukan kontrol dengan zat baku (reference
substance)
d. Menetapkan dengan metode lain (perbandingan
metode)
Cara menyatakan kesalahan
Kesalahan
hasil analisis yang diuraikan di atas dapat dinyatakan dengan dua
cara yaitu sebagai kesalahan absolut (d) dan kesalahan relatif (nisbi: e). Yang
dimaksud dengan kesalahan absolut adalah besarnya perbedaan antara hasil
analisis ( dengan nilai sebenarnya ().
Dengan rumus:
Kesalahan absolut(d) =
= nilai sebenarnya
= rata-hasil analisis
e = . 100 %
Dalam banyak hal kesalahan relatif lebih sering dipakai.
Hal ini disebabkan karena kesalahan absolut seringkali
belum dapat menunjukkan ketelitian hasil analisis yang
didapat.
Sebagai contoh:
Kesalahan absolut sebesar 0,05 %. Kalau kesalahan itu
terjadi pada PK tablet vitamin C yang mengandung 50 %
vitamin C, maka dapat dikatakan hasil tersebut sangat
baik. Akan tetapi kalau kesalahan absolut sebesar 0,05 %
itu terjadi pada penetapan kadar arsen dalam makanan
yang mengandung 0,01 % arsen, maka hasil tersebut akan
sangat tidak baik
Dari kedua contoh di atas, maka kesalahan retatif penetapan
kadar vitamin C sebesar 0,05/50 x 1OO % = 0,1 %,
Sedangkan kesalahan relatif pada penetapan kadar arsen =
0.05/0.0'l x 100 % = 500 %.
Jadi
Contoh Kasus
Titik tengah
Kelas Interval Kelas f (x) f.x |x - X| |x - X|² f.|x - X|²
1 16 24 10 20 200 13.68 187.1424 1871.424
2 25 33 18 29 522 4.68 21.9024 394.2432
3 34 42 14 38 532 4.32 18.6624 261.2736
4 43 51 4 47 188 13.32 177.4224 709.6896
5 52 60 2 56 112 22.32 498.1824 996.3648
6 61 69 2 65 130 31.32 980.9424 1961.885
Dimana :
RSD = Standar deviasi relatif (%)
SD = Standar deviasi
= Rata-rata
Semakin kecil nilai RSD dari serangkaian pengukuran maka
metode yang digunakan semakin tepat.
5. Perolehan Kembali (Recovery)
• Sementara itu, untuk menilai ukuran ketelitian (kedekatan
hasil analisis dengan rata-ratanya atau dengan true value-nya)
digunakan parameter perolehan kembali (recovery-nya).
• Ada beberapa pendapat suatu metode dikatakan teliti jika
nilai recovery-nya antara 90-100 %; ada yang berpendapat
antara 95- 105 %, dan ada yang berpendapat antara 80-120%.
• Pendapat mana yang akan diacu seharusnya memperhatikan
seberapa kompleks penyiapan sampel dan seberapa besar
tingkat kesulitan dari metode analisis.
• Semakin kompleks tahap penyiapan sampel dan semakin sulit
metode analisis yang digunakan, maka recovery yang
diperbolehkan semakin rendah atau kisarannya semakin lebar
(misalkan antara 80- 120 %)
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan ketidaktepatan
dan ketidaktelitian dalam pengukuran adalah:
1. Penimbangan yang tidak benar, demikian juga
pemindahan analit dan baku yang tidak sesuai.
2. Ekstraksi analit dari suatu matriks (misal tablet) yang
tidak efisien.
3. Penggunaan buret, pipet, dan labu takar yang tidak
benar.
4. Pengukuran menggunakan alat yang tidak terkalibrasi.
5. Kegagalan dalam melakukan analisis blanko.
6. Pemilihan kondisi pengukuran yang menyebabkan
kerusakan analit.
Ukuran ketepatan
-x
e x 100 %
n X a Y
2
X X b
XY
det A1 det A2
a b
det A det A
n X Y X n Y
A A A
X 2 X 2 XY
1 2
X XY X
det A ( n)(X 2 ) (X )(X )
det A1 (Y )(X 2 ) (X )(XY )
det A2 (n)( XY ) (Y )(X )
Rumus II
__ ___
a Y b. X
Contoh Soal
• Berikut ini data mengenai pengalaman kerja dan penjualan
• X=pengalaman kerja (tahun)
• Y=omzet penjualan (ribuan)
X 2 3 2 5 6 1 4 1
Y 5 8 8 7 11 3 10 4
t.
batas kesalahan
Contoh:
Hasil analisa besi dalam bijih besi 4 kali penetapan
(n)
X = 15,30 %
s = 0,10 %
T tabel 99% = 5,841
5,841 x 0,10
batas kesalahan 0,29
4
15,30 0,29