Anda di halaman 1dari 10

NEGARA, MASYARAKAT DAN PERUBAHAN HUKUM

I. NEGARA
Berbicara Negara adalah suatu hal yang tidak akan ada akhirnya
untuk dibicarakan, oleh karena mengingat di dalam negara ada
masyarakat, kemudian masyarakat mempunyai aktivitas atau
kegiatan yang menjadi substansi pembicaraan tentang bagaimana
dan apa yang kami, mereka lakukan, apa yang tidak bahwa
dilakukan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara tersebut.
Disamping itu atas prof. Dr. Satjipto Raharjo, SH. (2010:17)
menjelaskan bahwa membicarakan masalah-masalah yang berat
yang dihadapi dalam bangsa dan negara, berarti kita diberi
kesempatan untuk melihat kembali posisi kita mencari
pemahaman yang lebih baik akan keadaan yang di hadapi.

Dr. SALLE, SE., SH., MH


Sudah barang tentu hal utama yang dibicarakan adalah maksud
krisis sosial yang merupakan keadaan yang perlu disadari dalam
hubungan kehidupan hukum di Indonesia.
Satjcipto Raharjo, lebih lanjut menyatakan bahwa tidak banyak
orang yang mencoba untuk mengedepankan masalah krisis sosial
tersebut, sehingga berbagai hal yang muncul dalam kehidupan
hukum kurang dapat dijelaskan dengan baik.
Contoh konkrit akibat tidak banyak orang yang mencoba, bahwa
kurang peduli dengan masalah krisis sosial tersebut, saat sekarang
ini kita Tengah menghadapi pro dan kontra tentang berbagai
bentuk peraturan perundang-undangan, baik yang sudah disahkan
maupun yang belum disahkan, sehingga banyak menimbang kan
kan spekulasi spekulasi membuat perkembangan dan
pertumbuhan hukum untuk mensejahterakan masyarakat semakin
tidak dinamis dan memberikan rasa keadilan di tengah-tengah
kehidupan berbangsa dan bernegara. Dr. SALLE, SE., SH., MH
Negara Indonesia yang mendasarkan diri pada undang-undang 1945
Sebenarnya masih saja selalu ada persoalannya sendiri (Satjipto RaHarjo,
2010: 17 ) khususnya apabila kita selalu berusaha untuk meresapkan
serta merenungkan pikiran-pikiran yang dituangkan di dalam UUD 1945
tersebut. Berbagai hal dalam naskah UUD 1945 tersebut ternyata mampu
menjangkau puluhan tahun kemudian dan kita sering dibuat kagum oleh
pemikiran pencetus UUD 1945, yang hingga kini memperlihatkankan
relevannya dengan keadaan yang dihadapi bangsa dan negara kita.

Bertitik tolak dari argumentasi di atas ( Satjipto Rahardjo), saya


berpendapat bahwa persoalan-persoalan hukum, khususnya pada suatu
bangsa manapun di dunia ini yang bertekad untuk membangun tata
hukum yang sama sekali baru, tentu tidak bisa dikaji secara terpisah dari
konteks sosialnya. Bahkan lebih ekstrem lagi bahwa perubahan
perubahan yang berlangsung dalam masyarakat akan memberikan beban
nya sendiri terhadap hukum sehingga hukum di tuntut untuk
mengembangkan kepekaannya menghadapi keadaan tersebut.
Dr. SALLE, SE., SH., MH
Saat sekarang ini bangsa dan negara Indonesia tengah menghadapi
masalah besar yang oleh semua negara di dunia ini mengalaminya,
sehingga pergeseran masalah sosial yang begitu Dahsyat membuat
masyarakat menghadapi krisis ekonomi. Namun dibalik itu semua
pemerintah negara ingin mengembangkan konstruksi hukum yang
melalui Undang-Undang Omnibus law atau disebut juga Undang-
Undang Cipta Lapangan Kerja, yang dampaknya luar biasa
menimbulkan pro kontra sehingga menimbulkan kegaduhan
dimana-mana. Hal ini sebenarnya yang dimaksud oleh Satjipto
Raharjo bahwa jika ingin ada perubahan hukum yang baru Maka
tidak bisa dipisahkan dengan status sosial masyarakat sebagai salah
satu unsur negara yang paling argumen dan strategis dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, atau dengan perkabaran lain,
kalau mau ada perubahan hukum yang baru tidak bisa abal-abal
atau begitu kita ingin merubah hukum langsung begitu Jadi. (Kun
Fayakun), jadi maka jadilah. Kita bukan Tuhan
Dr. SALLE, SE., SH., MH
Pembangunan hukum di Indonesia baru melalui jalan yang
ditunjukkan oleh UUD, yang maka kita dituntut untuk memperhatikan
dengan seksama suasana, perubahan, serta dinamika sosial yang
berlangsung dalam masyarakat. Sebagai contoh misalnya kegiatan kita
masuk kepada pembangunan hukum secara lebih telenis, maka kita
harus menjalankan Peran kita sebagai analis sosial agar bisa
menangkap keadaan masyarakat serta kecenderungan-
kecenderungan dalam perkembangannya.
Dengan demikian, dari gambaran yang bisa disusun barulah
ditentukan pikiran-pikiran yang ingin dilakukan sebagai kegiatan
pereleayasasian hukum.Politik preleayasaan atau politik hukum yang
muncul dari analisis sosial terhadap masyarakat Indonesia adalah
untuk hukum Indonesia baru dengan pola pencetusan yang tidak rinci,
di sini timbul pertanyaan mengapa Indonesia memilih pola
pembangunan hukum yang diatur dengan peraturan yang tidak rinci?
Karena ada suatu pertanggungjawaban yang bersifat sosial di
dalamnya. Dr. SALLE, SE., SH., MH
II. Hukum Dalam Masyarakat dan Perubahan Sosial
Suatu teori yang diharapkan akan dapat membawa kita kepada
penjelasan mengenai tempat hukum dalam masyarakat, yang
pertama-tama harus mampu hubungan hukum antara hukum di satu
pihak dan bidang-bidang kehidupan sosial lainnya di pihak lain.
Dengan demikian, dengan sendirinya teori itu akan menggambarkan
kerangka suatu masyarakat yang umum sifatnya, lalu kemudian, di
dalam kerangka teori tersebut diharapkan dapat segera diketahui
tempatnya hukum itu.
Menurut teori yang dikembangkan oleh Talcott Parsons, bahwa
tindakan individu pada tempatnya yang pertama tidaklah dilihat
sebagai suatu kelakuan biologis, melainkan sebagai suatu kelakuan
yang bermakna tindakan seseorang itu senantiasa ditempatkan dalam
suatu ikatan (sosial) tertentu atau dengan perkataan lain, merupakan
tindakan yang berstruktur. Atau dengan perkataan dalam kerangka
suatu sistem yang besar dan berbagi dalam 3 sub sistem
Dr. SALLE, SE., SH., MH
REALITAS TERAKHIR

Sub Sistem | Beda tindakan


Sistem Umum Tindakan Sub | Sistem | Sosial tindakan
Sub | Sistem | Kepribadian tindakan
Sub|Sistem Organisme Kelakuan Tindakan

Alam fisik – Organik

Ragaan 2: Sistem Umum tindakan, Sub sistem – sub sistem dan


lingkungan

Bertolak dari ragaan 2 diatas tanpa, tindakan manusia itu dibatasi


oleh dua macam lingkungan masing-masing bersifat fisik dan ideal,
yang disebut dengan istilah "alam fisik organis" dan "realitas
terakhir".
Struktur tindakan itu sendiri terurai beberapa sistem yang berarti
subsistem itu saling merupakan lingkungan sama lain di antara
mereka.Subsistem tersebut mempunyai fungsi prinsipnya sendiri
sebagai berikut :
Sum Sistem – Sub Sistem Fungsi-Fungsi Primernya
Sosial Integritas
Budaya Mempertahankan pola
Kepribadian Mencapai tujuan
Organisme kelakuan Adaptasi

Adapun tentang fungsi masing-masing artinya sebagai berikut :


1. Fungsi mempertahankan pola, fungsi menyimbangkan
subsistem sosial tindakan dengan subsistem budayanya,
dengan adanya hubungan-hubungan ini dalam masyarakat

Dr. SALLE, SE., SH., MH


2. Fungsi mencapai tujuan. Fungsi ini berhubungan dengan
subsistem kepribadian, yaitu sesuatu yang merupakan peraturan
untuk melakukan tindakan-tindakan.
Kepribadian diterima sebagai sesuatu yang unik dan analisis yaitu
karena independen tipe kepribadian juga sebagai perwujudan diri
manusia di satu pihak berhubungan dengan/ dikondisikan oleh
organisasi. Kelakuannya. Namun demikian tidak dapat dikatakan
bahwa kepribadian hanya berunsurkan kedahuluan semata-mata,
sebab kepribadian adalah ke dahulukan yang berstruktur dan
berhubungan dengan subsistem budaya.
3. Fungsi melakukan integrasi, yaitu subsistem yang berhubungan
dengan proses interaksi dalam masyarakat. Proses interaksi ini
tidak cukup untuk di qarap oleh fungsi dan mempertahankan
pada saat jaya itu berupa penegasan nilai-nilai. Proses interaksi
sesungguhnya Menyimpan potensi konflik berantakan sosial. Oleh
karena itu, maka diperlukan suatu fungsi yang bersifat lebih
memaksa. Seperti peraturan hidup yang bersumber dari nilai-nilai
yang mengikat. Dr. SALLE, SE., SH., MH
4. Fungsi adaptasi titik fungsi adaptasi ini mempunyai hubungan
yang paling dekat dengan lingkungan fisik organis. Melainkan
tindakan berupa adaptasi ini orang bisa menyesuaikan diri pada
lingkungannya. Dengan demikian adaptasi ini melahirkan
bentuk teknis-teknis memantapkan lingkungan bagi
kelangsungan hidup manusia. Contoh: seseorang atau
sekelompok masyarakat yang berkembang kemudian
mempunyai industri, tentu harus bisa beradaptasi dan
menyesuaikan diri dengan teknologi industri, komunikasi
dengan digibal ( elektronik) harus sesuaikan diri dengan
teknologi mformatika dll.
Bertitik tolak dari uraian diatas, hukuman di terutama pada fungsi
adaptasi maka sesungguhnya bahwa hukum ditekankan pada
fungsinya dalam menyelesaikan konflik-konflik yang timbul dalam
masyarakat secara teratur.
Dr. SALLE, SE., SH., MH

Anda mungkin juga menyukai