Anda di halaman 1dari 18

KOMUNIKASI

TERAUPETIK PADA
LANSIA
OLEH
JANU PURWONO
TUJUAN INTRUKSIOAL:

1. Menjelaskan pengertian komunikasi teraupetik.


2. Menyebutkan tujuan komunikasi.
3. Menyebutkan teknik komunikasi pada lansia.
4. Mengidentifikasi hambatan berkomunikasi dengan lansia.
5. Mengidentifikasi hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi dengan
lansia.
6. Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi komunikasi dengan lansia.
DEFINISI KOMUNIKASI TERAUPETIK

 Komunikasi terapeutik adalah hubungan


kerja sama yang ditandai dengan tukar
menukar perilaku, perasaan, pikiran dan
pengalaman dalam membina hubungan
intim terapeutik (Stuart dan Sundeen).
KOMUNIKASI DG LANSIA

 Komunikasi dengan lansia harus


memperhatikan faktor fisik,
psikologi, (lingkungan dalam situasi
individu harus mengaplikasikan
keterampilan komunikasi yang
tepat. Di samping itu juga
memerlu- kan pemikiran penuh
serta memperhatikan waktu yang
tepat.
TUJUAN KOMUNIKASI ?
TUJUAN KOMUNIKASI:
1. Komunikasi berguna untuk pertukaran informasi.
2. Membina hubungan dengan orang lain atau dengan kata lain
komunikasi merupakan aspek dasar pada hubungan antar manusia
dan merupakan sarana untuk berhubungan dengan orang lain.
3. Supaya yang kita sampaikan dapat dimengerti. Sebagai komu-
nikator kita harus menjelaskan pada komunikan dengan se- baik-
baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat mengerti dan mengikuti
apa yang kita maksudkan.
4. Dapat memahami orang lain. Kita sebagai komunikator ha- rus
mengerti benar aspirasi masyarakat tentang apa yang di- inginkan,
jangan mereka menginginkan kemauannya.
5. Supaya gagasan dapat diterima orang orang lain. Kita harus
berusaha agar gagasan kita dapat diterima orang lain dengan
pendekatan persuasif bukan memaksakan kehendak.
TEHNIK KOMUNIKASI TERAUPETIK:

1. Teknik asertif
Asertif adalah sikap yang dapat menerima, memahami pa-
sangan bicara dengan menunjukan sikap peduli, sabar
untuk mendengarkan dan memperhatikan ketika pasangan
bicara agar maksud komunikasi atau pembicaraan dapat
dimengerti. Asertif merupakan pelaksanaan dan etika
berkomunikasi. Sikap ini akan sangat membantu petugas
kesehatan untuk menjaga hubungan yang terapeutik
dengan klien lansia.
Responsif
Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi
pada klien merupakan bentuk perhatian petugas kepada
klien. Ketika perawat mengetahui adanya perubahan sikap
atau kebiasaan klien sekecil apapun hendaknya menanyakan
atau klarifikasi tentang perubahan tersebut misalnya dengan
mengajukan per- tanyaan ‘apa yang sedang bapak / ibu
fikirkan saat ini, ‘apa yang bisa bantu...? berespon berarti
bersikap aktif tidak me- nunggu permintaan bantuan dari
klien. Sikap aktif dari petugas kesehatan ini akan
menciptakan perasaan tenang bagi klien.
Fokus
Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten
terha- dap materi komunikasi yang diinginkan. Ketika klien
mengung- kapkan pertanyaan-pertanyaan di luar materi yang
diinginkan, maka perawat hendaknya mengarahkan maksud
pembicaraan. Upaya ini perlu diperhatikan karena umumnya
klien lansia se- nang menceritakan hal-hal yang mungkin
tidak relevan untuk kepentingan petugas kesehatan.
Supportif
Perubahan yang terjadi pada lansia, baik pada aspek
fisik mau- pun psikis secara bertahap menyebabkan
emosi klien relatif men- jadi labil perubahan ini perlu
disikapi dengan menjaga kestabilan emosi klien lansia,
misalnya dengan mengiyakan, senyum dan
menganggukkan kepala ketika lansia mengungkapkan
perasaan- nya sebagai sikap hormat menghargai
selama lansia berbicara.
Klarifikasi

Dengan berbagai perubahan yang terjadi pada lansia, sering


proses komunikasi tidak berlangsung dengan lancar.
Klarifikasi dengan cara mengajukan pertanyaan ulang dan
memberi pen- jelasan lebih dari satu kali perlu dilakukan oleh
perawat agar maksud pembicaraan kita dapat di terima dan
dipersepsikan sama oleh klien ‘bapak / ibu bisa menerima
apa yang saya sam- paikan tadi..? bisa minta tolong bapak /
ibu untuk menjelaskan kembali apa yang saya sampaikan
tadi…?
Sabar dan Ikhlas

Seperti diketahui sebelumnya klien lansia umumnya meng-


alami perubahan-perubahan yang terkadang merepotkan dan
kekanak-kanakan perubahan ini bila tidak disikapi dengan
sabar dan ikhlas dapat menimbulkan perasaan jengkel bagi
perawat se- hingga komunikasi yang dilakukan tidak
terapeutik, namun dapat berakibat komunikasi berlangsung
emosional dan menimbulkan kerusakan hubungan antara
klien dengan petugas kesehatan.
HAMBATAN KOMUNIKASI PADA LANSIA:
Agresif

Sikap agresif dalam berkomunikasi biasanya ditandai dengan


peri- laku-perilaku di bawah ini :
1. Berusaha mengontrol dan mendominasi orang lain (lawan
bicara).
2. Meremehkan orang lain.
3. Mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain.
4. Menonjolkan diri sendiri.
5. Mempermalukan orang lain di depan umum, baik dalam
per- kataan maupun tindakan.
Non asertif
Tanda tanda dari non asertif ini antara lain :
1. Menarik diri bila diajak berbicara.
2. Merasa tidak sebaik orang lain (rendah diri).
3. Merasa tidak berdaya.
4. Tidak berani mengungkap keyakinaan.
5. Membiarkan orang lain membuat keputusan untuk dirinya.
6. Tampil diam (pasif).
7. Mengikuti kehendak orang lain.
8. Mengorbankan kepentingan dirinya untuk menjaga
hubungan baik dengan orang lain.
Hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi dengan
lansia

1. Menunjukkan rasa hormat, seperti “bapak”, “ibu”,


kecuali apa- bila sebelumnya pasien telah meminta anda
untuk memanggil panggilan kesukaannya.
2. Hindari menggunakan istilah yang merendahkan pasien.
3. Pertahankan kontak mata dengan pasien.
4. Pertahankan langkah yang tidak tergesa-gesa dan
mendengar- kan adalah kunci komunikasi efektif.
5. Beri kesempatan pasien untuk menyampaikan
perasaannya.
6.Berbicara dengan pelan, jelas, tidak harus berteriak,
mengguna- kan bahasa dan kalimat yang sederhana.
1.Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
pasien.
2.Hindari kata-kata medis yang tidak dimengerti
pasien.
3.Menyederhanakan atau menuliskan instruksi.
4.Mengenal dahulu kultur dan latar belakang
budaya pasien.
5.Mengurangi kebisingan saat berinteraksi, beri
kenyamanan, dan beri penerangan yang cukup
saat berinteraksi.
6.Gunakan sentuhan lembut dengan sentuhan
ringan di tangan. Lengan, atau bahu.
7.Jangan mengabaikan pasien saat berinteraksi.
Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi
dengan Lansia:
1. Komunikasi pada lanjut usia dapat menjadi lebih sulit
akibat dari gangguan sensori yang terkait usia dan
penurunan memori.
2. Pasien lanjut usia umumnya lebih sedikit bertanya dan
me- nunggu untuk ditanya sesuai kewenangan tenaga
kesehatan.
3. Ageism lazim dijumpai pada perawatan kesehatan dan
secara tidak sengaja berperan terhadap buruknya komunikasi
dengan pasien lanjut usia.
4. Penyakit Kronis.

Anda mungkin juga menyukai