Anda di halaman 1dari 16

Kejang Demam

Keperawatan Anak- Kelompok 1


Nama Anggota :
1. Siti Rima A. (1711020168)
2. Andre Irwanto (1711020172)
3. Salsabila Thalita D. A (1711020176)
4. Ratna Kristanti (1711020193)
5. Iqbal Maulana I. (1711020199)
6. Alisa Nur I. (1711020214)
7. Anggraini Ika P. (1711020230)
Definisi

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan


suhu tubuh (suhu mencapai >38C). kejang demam dapat terjadi
karena proses intracranial maupun ekstrakranial. Kejang demam
terjadi pada 2-4% populasi anak berumur 6 bulan sampai dengan 5
tahun (Amid dan Hardhi, NANDA NIC-NOC, 2013).
Etiologi
Menurut Randle Short (1998), kejang demam dapat disebabkan oleh:
 Demam tinggi. Demam dapat disebabkan karena tongsilitis, paringitis, otitis media, dan
gastronetritis, bronkitis, bronchopneumonia, morbili, varisela, demam berdarah, dll.
 Efek produk toksik dari mikroorganisme (kuman dan otak) terhadap otak.
 Respon alergi atau keadaan imun yang abnormal.
 Perubahan cairan dan elektrolit.
 Faktor predisposisi kejang demam antara lain: riwayat keluarga dengan kejang biasanya
positif, mencapai 600% kasus diturunkan secara dominan, tetapi gejala yang muncul tidak
lengkap; angka kejadian adanya latar belakang kelainan masa prenatal dan perinatal tinggi;
angka kejadian adanya kelainan neurologis minor sebelumnya juga tinggi, tetapi kelainan
neurologis berat biasanya jarang terjadi.
Manifestasi Klinis
Ada 2 bentuk kejang demam (menurut Lwingstone), yaitu:
– Kejang demam sederhana (Simple Febrile Seizure)
– Kejang demam komplikata (Complex Febrile Seizure)

Klasifikasi Kejang Demam


– Kejang demam sederhana
– Kejang demam kompleks
Patologis
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO 2dan air. Sel
dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu
ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K +)
dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl–).
Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel
neuron terdapat keadaan sebalikya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar
sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron.
Untuk menjaga keseimbangan potensial membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-
ase yang terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :
– Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular
– Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran listrik dari
sekitarnya
– Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1 oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme
basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak 3 tahun sirkulasi
otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya
15 %. Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran
sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion
natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya
sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan
“neurotransmitter” dan terjadi kejang. Kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari
15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk
kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat
disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang
tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktifitas
otot dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat.
Pemeriksaan Penunjang Kejang Demam
– Elektro encephalograft (EEG)
– Pemeriksaan cairan cerebrospinal
– Darah
Penatalaksaan Medis
1. Pengobatan
- Pengobatan fase akut
- Turunkan panas
- Mencari dan mengobati penyebab
- Pengobatan profilaksis
- Penanganan sportif
2. Pencegahan
- Pencegahan berkala
- Pencegahan kontinyu
Diagnosa dan Intervensi
No Dx Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
1. Hipertermi Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor suhu tubuh sesering mungkin
berhubungan keperawatan selama 2x24 jam 2. Monitor warna kulit
dengan proses diharapkan tidak terjadi 3. Monitor tekanan darah, nadi dan RR
infeksi hipertermi atau peningkatan 4. Monitor penurunan tingkat kesadaran
suhu tubuh dengan kriteria 5. Tingkatkan sirkulasi udara dengan membatasi pengunjung
hasil: 6. Berikan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan
a. Suhu tubuh dalam rentan normal 7. Menganjurkan menggunakan pakaian yang tipis dan
(36,5-37oC) menyerap keringat
b. Nadi dalam rentan normal 80- 8. Berikan edukasi pada keluarga tentang kompres hangat
120x/menit dilanjutkan dengan kompres dingin saat anak demam
c. RR dalam rentan normal 18- 9. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat penurun
24x/menit panas
d. Tidak ada perubahan warna
kulit dan tidak ada pusing.
2. Gangguan Setelah diberikan asuhan 1. Monitor TD, nadi, suhu dan RR
perfusi jaringan keperawatan selama 2x24 2. Catat adanya penginkatan TD
cerebral jam diharapkan pasien 3. Monitor jumlah dan irama jantung
berhubungan tampak tidak lemah, tidak 4. Monitor tingkat kesadaran
dengan pucat, kulit tidak kebiruan 5. Monitor GCS
kerusakan dengan kriteria hasil:
neuromuskular a. TD sistole dan diastole dalam
otak batas normal 80-100/60
mmHg
b. RR normal 20-30 x/menit
c. Nadi normal 80-90 x/menit
d. Suhu normal 36-37 derajat
celcius
e. GCS 456
3. Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan 1. Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
cedera keperawatan selama 2x24 2. Identifikasi kebutuhan dan keamanan pasien
berhubungan jam diharapkan masalah 3. Menghindarkan lingkungan yang berbahaya
dengan spasme tidak menjadi aktual dengan 4. Memasang side rail tempat tidur
otot ekstermitas kriteria hasil: 5. Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
a. Tidak terjadi kejang 6. Membatasi pengunjung
b. Tidak terjadi cedra 7. Memberikan penerangan yang cukup
  8. Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien
9. Mengontrol lingkungan dari kebisingan
10. Edukasi tentang penyakit kepada keluarga.
4. Risiko infeksi b/d Setelah dilakukan askep 3x 24 jam 1. Batasi pengunjung
penurunan imunitas infeksi terkontrol, status imun 2. Bersihkan lingkungan pasien secara benar setiap setelah
tubuh adekuat digunakan pasien
  KRITERIA HASIL : 3.  Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat pasien, dan
a. Bebas dari tanda dangejala ajari cuci tangan yang benar
infeksi. 4. Anjurkan pada keluarga untuk selalu menjaga kebersihan
b. Keluarga tahu tanda-tanda klien
infeksi. 5.  Tingkatkan masukkan gizi yang cukup
c. Angka leukosit normal (9000– 6. Tingkatkan masukan cairan yang cukup
12.000/mm3) 7. Anjurkan istirahat
8. Ajari keluarga cara menghindari infeksi serta tentang
tanda dan gejala infeksi dan segera untuk melaporkan
 keperawat kesehatan
9. Pastikan penanganan aseptic semua daerah IV (intra
vena)
10. Kolaborasi dalam pemberian therapi antibiotik yang
sesuai, dan  anjurkan untuk minum obat sesuai aturan.
5. Kurangnya Setelah di lakukan tindakan 1. Informasi keluarga tentang kejadian kejang
pengetahuan keperawatan selama 2x24 dan dampak masalah, serta beritahukan cara
keluarga tentang jam keluarga mengerti perawatan dan pengobatan yang benar.
penanganan maksud dan tujuan 2. Informasikan juga tentang bahaya yang
penderita selama dilakukan tindakan dapat terjadi akibat pertolongan yang salah.
kejang perawatan selama kejang. 3. Ajarkan kepada keluarga untuk memantau
berhubungan Kriteria hasil : perkembangan yang terjadi akibat kejang.
dengan kurangnya - Keluarga mengerti cara 4. Kaji kemampuan keluarga terhadap
informasi. penanganan kejang. penanganan kejang.
- Keluarga tanggap dan
dapat melaksanakan
peawatan kejang.
- Keluarga mengerti
penyebab tanda yang
dapat menimbulkan
kejang.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai