Anda di halaman 1dari 33

MANAJEMEN ANASTESI REGIONAL

SPINAL
DENGAN TEKNIK SUBARACHNOID
BLOCK PADA OPERASI AMPUTASI
BELOW KNEE

Nurfitriyana R Hamka
N111 17 143

Pembimbing : dr. Muhammad Rizal, Sp. An


INTRODUCTION

Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani


an-“tidak, tanpa” dan aestheos, “persepsi,
kemampuan untuk merasa”), secara umum berarti
suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika
melakukan pembedahan dan berbagai prosedur
lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.
Prinsip Anastesi mencangkup 3 hal yaitu: anestesi
dapat menghilangkan rasa sakit (analgesia),
menghilangkan kesadaran (sedasi) dan juga relaksasi
otot (relaksan) yang optimal agar operasi dapat
berjalan dengan lancar

2
Secara garis besar anestesi dibagi menjadi dua
kelompok yaitu anestesi umum dan anestesi
regional. Anestesi umum adalah keadaan tidak
sadar tanpa nyeri yang bersifat sementara akibat
pemberian obat-obatan serta menghilangkan rasa
sakit seluruh tubuh secara sentral. Sedangkan
anestesi regional adalah anestesi pada sebagian
tubuh, keadaan bebas nyeri sebagian tubuh tanpa
kehilangan kesadaran4

3
TINJAUAN
PUSTAKA
◂ Anestesi spinal adalah injeksi obat anestesi lokal ke
dalam ruang intratekal yang menghasilkan analgesia.
Pemberian obat lokal anestesi ke dalam ruang intratekal
atau ruang subaraknoid di regio lumbal antara vertebra
L2-3, L3-4, L4-5 untuk menghasilkan onset anestesi
yang cepat dengan derajat keberhasilan yang tinggi

4
Nekrosis merupakan kematian sel sebagai akibat dari adanya kerusakan sel akut atau
trauma (misalnya: kekurangan oksigen, perubahan suhu yang ekstrem, dan cedera
mekanis), di mana kematian sel tersebut terjadi secara tidak terkontrol yang dapat
menyebabkan rusaknya sel, adanya respon peradangan dan sangat berpotensi
menyebabkan masalah kesehatan yang serius.
Peripheral arterial disease (PAD) merupakan salah satu tanda bahwa terjadi
aterotrombosis pada pembuluh darah tubuh lainnya. Penyempitan hingga oklusi
pembuluh darah menyebabkan penurunan suplai darah ke tungkai.

Amputasi adalah hilangnya bagian tubuh seseorang. Operasi amputasi sendiri


merupakan suatu teknik operasi rekonstruksi dan plastik yang akan membentuk
sebuah alat gerak yang sesuai untuk fitting sebuah prostetik yang nyaman dan
fungsional.

5
LAPORAN Nama : Ny. M
KASUS Umur : 66 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Alamat : Ds, losu
No. Rekam Medik : 535427
Tanggal Masuk IGD : 1 september 2021

6
ANAMNESIS

Keluhan Utama : Nyeri kaki sebelah kanan


Riwayat penyakit sekarang : Pasien masuk IGD RS Torabelo dengan keluhan nyeri pada
kaki kanan disertai kaki menghitam sejak 2 minggu yang lalu. Kaki sulit digerakkan, jari jari
masi bisa digerakan sedikit. Telapak kaki sudah tidak dirasakan apabila tersentuh benda.
BAK dan BAB lancar.

7
◂ Riwayat penyakit dahulu:
◂ - Riwayat penyakit jantung (-) disangkal
◂ - Riwayat penyakit hipertensi(+) terkontrol
◂ - Riwayat penyakit asma (-)
◂ - Riwayat alergi obat dan makanan(-)
◂ - Riwayat diabetes melitus (-)
◂ - Riwayat trauma atau kecelakaan (-)
◂ - Riwayat operasi sebelumnya (+) kaki sebelah kiri
◂ - Riwayat konsumsi obat (-)

◂ Riwayat penyakit keluarga :


◂ - Riwayat penyakit darah tinggi : disangkal
◂ - Riwayat penyakit DM : disangkal
◂ - Riwayat penyakit alergi : disangkal
◂ - Riwayat penyakit asma : disangkal 8
Pemeriksaan fisik

B1 (Breath)
Airway bebas, gurgling/snoring/crowing:-/-/-, RR:20x/menit, Mallampati: 1, Riwayat asma (-) alergi (-), batuk (-),
sesak (-) leher pendek (-), pergerakan leher bebas, pernapasan vesikuler(+/+), suara pernapasan tambahan ronchi(-/-),
wheezing(-/-)

B2 (Blood) Akral hangat, HR : 78x/menit irama reguler, CRT < 2 detik. Masalah pada sistem cardiovaskuler (-).

B3 (Brain) Kesadaran compos mentis GCS 15 (E4V5M6, Pupil: isokor Ø 3 mm/3mm, Refleks Cahaya +/+

9
B4 (Bladder) BAK lancar (pasien menggunakan kateter)
B5 (Bowel) Keluhan mual (-), muntah (-). Abdomen: Inspeksi tampak cembung, Auskultasi:
peristaltik (+), kesan normal, Palpasi: nyeri tekan (-), belum BAB biasa.
B6 Back & Bone
Pergerakan ekstremitas atas kanan (bebas)
Pergerakan ekstremitas atas kiri (bebas)
Pergerakan ekstremitas bawah kanan (terbatas)
Pergerakan ekstremitas bawah kiri (bebas)
Ekstremitas : Akral hangat, pucat (-), edema (-), turgor < 3 detik, CRT < 2 detik.

1
0
PEMERIKSAAN   Hasil Rujukan Satuan
PENUNJANG Hemoglobin 11.3 L: 13-17, P: 11-15 g/dl
Leukosit 9000 4.000-10.000 /mm3
Eritrosit 4.3 L: 4.5-6.5 P: 3.9-5.6 Juta/ul
Hematokrit 34.9 L: 40-54 P: 35-47 %
Trombosit 474.000 150.000-500.000 /mm3
Waktu
7” 4-12 m.det
pembekuan
Waktu
3” 1-4 m.det
perdarahan

Tabel 5. Hasil Laboratorium Seroimmunologi

  Hasil Rujukan
HbsAg Non-reaktif Non-reaktif
Anti HIV Non reaktif Non reaktif

1
1
Status fisik ASA II
Observasi urin dan TTV
Acc. Anestesi
Diagnosis  Nekrosis 1/3 distal cruris dextra + PAD+
Hiperkolesterol
Plan
 Jenis anestesi : Regional Anestesi
 Teknik anestesi : Spinal Anestesi
 Jenis pembedahan : amputasi below knee

1
2
Persiapan pasien preoperatif diruangan :
a. Surat persetujuan operasi dan Surat persetujuan tindakan anestesi.
b. Pasien dipuasakan minimal 6-8 jam pre-operasi
 
Persiapan di kamar operasi :
Hal-hal yang perlu dipersiapkan di kamar operasi antara lain adalah:
c. Meja operasi dengan asesoris yang diperlukan
d. Mesin anestesi dengan sistem aliran gasnya
e. Alat-alat resusitasi (STATICS)
f. Obat-obat anestesia yang diperlukan
g. Obat-obat resusitasi, misalnya; adrenalin, atropine, aminofilin, natrium bikarbonat dan lain-lainnya.
h. Tiang infus, plaster dan lain-lainnya.
i. Alat pantau tekanan darah, dan O2 dipasang.
j. Alat-alat pantau yang lain dipasang sesuai dengan indikasi, misalnya; “Pulse Oxymeter”
k. Kartu catatan medis anestesia 1
3
Komponen
STATICS
Stetoscope untuk mendengarkan suara paru dan jantung.
S Scope Laringo-Scope: pilih bilah atau daun (blade) yang sesuai dengan usia pasien. Lampu harus
cukup terang.

T Tubes Pipa trakea, pilih sesuai ukuran pasien,

Pipa mulut-faring (Guedel, orotracheal airway) atau pipa hidung-faring (naso-tracheal airway).
A Airways Pipa ini menahan lidah saat pasien tidak sadar untuk mengelakkan sumbatan jalan napas.

T Tapes Plaster untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau tercabut.

Mandarin atau stilet dari kawat dibungkus plastic (kabel) yang mudah dibengkokkan untuk
I Introducer pemandu supaya pipa trakea mudah dimasukkan. Pada pasien ini tidak digunakan introducel
atau stilet.
C Connector Penyambung antara pipa dan peralatan anestesia.
S Suction Penyedot lendir, ludah dan lain-lainnya.
1
4
A. Prosedur Spinal Anastesi
1. Pasien diposisian supinasi , memasang monitor untuk melihat tekanan darah, heart rate, saturasi oksigen dan
laju respirasi.
2. Diberikan obat premedikasi yaitu ondansetron 4mg, ranitidin , dan dexamethasone 10 mg
3. Pasien diposisikan duduk atau tidur lateral dekubitus.
4. Tentukan tempat tusukan misalnya L2-3, L3-4, atau L4-5 pada vertebra. Perpotongan antara garis yang
menghubungkan kedua krista iliaka dengan vertebra merupakan L 4-5.
5. Sterilkan daerah tusukan dengan betadine dan alcohol
6. Cara tusukan dengan median atau paramedian. Tusukkan jarum spinal. Setelah resistensi menghilang,
mandrin jarum spinal dicabut dan keluar LCS, pasang spuit berisi obat dan masukkan obat ( bupivacaine 15
mg + fentanyl 25 mcg) pelan-pelan (0,5 mL/detik) diselingi sedikit aspirasi, untuk memastikan posisi jarum
tetap baik.
7. Pasien di posisikan Kembali dalam posisi supinasi
8. Maintenance : O2 5 L/menit,. Efedrin saat TD <25%
9. Operasi selesai pasien di transfer ke recovery room 1
5
Laporan Anestesi
Diagnosis pra-bedah : Nekrosis 1/3 distal cruris dextra + PAD+
Hiperkolesterol
a) Jenis pembedahan : amputasi below knee
b) Anestesiologi : dr. Muhammad Rezza, Sp.An
c) Ahli Bedah : dr. Mukhisal Aqni, Sp.B
d) Anestesi mulai : 14.00 WITA
e) Operasi mulai : 14.05 WITA
f) Selesai operasi : 16.55 WITA
g) Selesai Anestesi : 17. 15 WITA
h) Lama Operasi : 2 jam 55 menit
i) Lama anastesi : 3 jam 15 menit 1
6
Pukul (WITA) Tekanan Darah (mmHg) Nadi (kali/menit) Saturasi Oksigen (SpO2) Terapi

13.55 145/80 80x/mnt 100 Premedikasi


Ranitidin 50 mg
Ondansentron 4 mg
Dexamethasone 10 mg
 
14.00 140/80 80 100 Anestesi regional SAB spinal dengan
bupivacaine Hyperbaric 0,5% 15 mg
Fentanyl 25 mcg

14.05 120/80 78 100  

14.10 120/70 70 100  

14.15 120/75 75 100  

1
7
14.20 120/81 130 100  
14.25 119/81 80 100  
14.30 124/70 78 100  
14.35 124/70 70 100  
14.40 120/70 75 100  
14.45 120/70 130 100  
14.50 120/74 88 100  
14.55 121/64 85 100  
15.00 121/64 80 100  
15.05 121/64 90 100  

15.10 120/59 120 100  

15.15 120/59 122 100  

15.20 120/59 120 100  

15.25 116/71 122 100  

15.30 116/71 125 100  


15.35 116/71 130 100  

15.40 124/70 133 100  

1
8
15.45 124/70 133 100  
15.50 120/70 130 100  
15.55 124/71 132 100  

16.00 120/59 123 100  

16.05 120/59 120 100  

16.10 120/59 120 100  

16.15 116/71 122 100 Propofol 30mg


16.20 116/71 120 100  

16.25 116/71 122 100  

16.30 124/70 125 100  

16.55 124/70 130 100  

1
9
Cairan yang Dibutuhkan Aktual
BB: 65 Kg Input:
Pre Operasi
Maintenance kebutuhan cairan per jam:
RL: 200 cc
= 40 cc x kgbb/24 jam
= 40 cc x 65 kg/24jam  
= 2600ml Output
= 108 cc/jam atau 43 tetes/menit Urin :150 cc
 
- Kebutuhan Cairan Pengganti Puasa 8 Jam :  
= 8 Jam x 108cc/jam  
= 864 cc

2
0
Cairan yang Dibutuhkan Aktual
1. Defisit Cairan Puasa Input :
Durate
= 864 cc RL 1000 cc
Operative 2. Estimate Blood Volume (EBV):  
= 70 cc x BB Output
= 70 cc x 65 Kg
= 4,550 cc Perdarahan:
Jumlah perdarahan = ± 300cc 300 cc  

% perdarahan = 300: 4550 x 100%  

= 15,1%

3. Stress operasi:

Operasi sedang : 6 ml x BB
= 6 ml x 65 kg = 390 ml
 
4. Cairan pengganti defisit darah
= 300 cc
(Cairan diganti dengan kristaloid,
300 ml x 2 = 600 cc)

Total kebutuhan cairan selama operasi adalah


864 + 300 + 390 = 1.554 cc
 
Keseimbangan kebutuhan :
Cairan Masuk – (Kebutuhan total cairan operasi)
= 1000 – 1.554
= - 554 cc
2
1
Cairan yang Dibutuhkan Aktual
Post Maintenence BB: 65 Kg  
 
Operasi Kebutuhan cairan per jam:
= 40 ml x 65 kg
= 2600 ml / 24jam atau 43 tetes/menit
= 108 cc/jam

2
2
POST OPERATIF

Pemantauan di Recovery Room :


Tekanan darah : 138/80 mmHg
Nadi : 72 kali permenit
Pernafasan :20 x per menit
Bila Bromage Score ≤ 2 boleh pindah
ruangan

2
3
Anestesi spinal adalah pemberian
Pada kasus ini pasien perempuan obat antestetik lokal ke dalam
usia 66 tahun dengan diagnosis ruang subarakhnoid . Anestesi
Nekrosis 1/3 distal cruris dextra + spinal diindikasikan terutama
PAD+ Hiperkolesterol dilakukan untuk bedah ekstremitas inferior,
amputasi below knee bedah panggul, tindakan sekitar
Tindakan yang digunakan pada rektum dan perineum, bedah
operasi ini yaitu, anestesi obstetri dan ginekologi, bedah
regional menggunakan teknik urologi, bedah abdomen bawah
Spinal Anastesi. dan operasi ortopedi ekstremitas
inferior.

2
4
 Evaluasi pra anestesi
dilakukan sebelum operasi
yang meliputi anamnesis, Berdasarkan hasil pra operatif
pemeriksaan fisik, tersebut, maka dapat
pemeriksaan laboratorium, disimpulkan status pasien pra
radiologi dan yang lainnya, anestesi. American Society of
konsultasi dan koreksi Anesthesiologist (ASA) pada
terhadap kelainan fungsi pasien ini dikategorikan
organ vital untuk sebagai pasien ASA II
menentukan status fisik ASA
serta ditentukan rencana jenis
anastesi yang dilakukan.

2
5
 ASA 1 : Pasien sehat normal
 ASA 2 : Pasien dengan penyakit sistemik ringan (tanpa keterbatasan
fungsional)
 ASA 3 : Pasien dengan penyakit sistemik yang parah (beberapa
keterbatasan fungsional)
 ASA 4 : Pasien dengan penyakit sistemik parah itu adalah ancaman
konstan terhadap kehidupan (fungsionalitas lumpuh)
 ASA 5 : Pasien yang hampir mati yang tidak diharapkan bertahan hidup
tanpa operasi
 ASA 6 : Pasien mati otak yang organnya sedang dihapus untuk tujuan donor
2
6
 Puasa preoperatif pada pasien
pembedahan elektif bertujuan
untuk mengurangi volume
 Pada persiapan periopeatif, lambung tanpa menyebabkan
dilakukan juga puasa sebelum rasa haus apalagi dehidrasi.
operasi pada pasien ini puasa  Pada pasien ini diberikan
di lakukan selama 8 jam ondancentron 4 mg (IV)
 Pasien diberi premedikasi untuk mendapatkan efek
yaitu Ondancentron 4mg emetik sehingga pasien tidak
Ranitidin 50 mg merasakan mual ataupun
dexamethasone 10 mg muntah saat dilakukan induksi
operatif ataupun pasca
operatif.
2
7
 Ada dua golongan besar obat
anesthesi regional
berdasarkan ikatan kimia,
 Pada pasien digunakan obat yaitu golongan ester dan
anestesi golongan amide yaitu golongan amide
 Anestesi lokal yang sering
Bupivakain 0,5% dengan dipakai adalah bupivakain
dosis 15 mg dengan Potensi 3-4 kali dari
lidokain dan lama kerjanya 2-
 Fentanyl 25 mcg 5 kali lidokain
 Dosis maksimal 2 mg/kg BB

2
8
fentanyl juga menimbulkan analgesia
anastesia yang lebih kuat dengan depresi
nafas lebih ringan walaupun dosisnya besar,
 Pada pasien ini diberikan
kesadaran tidak sepenuhnya hilang,
fentanyl 50 mg
stabilitas tekanan darah dan depresi napas
lebih singkat.

2
9
Merupakan salah satu obat anestesi intravena yang
sering digunakan dalam induksi anestesi, karena
propofol mempunyai onset yang cepat, durasi yang
singkat, dan waktu pulih sadar yang cepat.
Propofol adalah modulator selektif dari reseptor gamma
amino butiric acid (GABA) , memberikan efek sedatif
hipnotik melalui interaksi reseptor GABA.
GABA adalah neurotransmiter penghambat utama
dalam susunan saraf pusat.
 Pada pasien ini diberikan Ketika reseptor GABA diaktifkan, maka konduksi
klorida transmembran akan meningkat, mengakibatkan
propofol 30 mg hiperpolarisasi membran sel postsinap dan hambatan
fungsional dari neuron postsinap.
Interaksi propofol dengan komponen spesifik reseptor
GABA terlihat mampu meningkatkan laju disosiasi dari
penghambat neurotransmiter, dan juga mampu
meningkatkan lama waktu dari pembukaan klorida yang
diaktifkan oleh GABA dengan menghasilkan
hiperpolarisasi dari membran sel.

3
0
Operasi berlangsung selama 2 jam
55 menit. Pasien kemudian
dipindahkan ke ruang pemulihan
(Recovery Room) dilakukan
pemantauan di ruang recovery room
dan di dapatkan tekanan darah
130/80, nadi 80 kali permenit,
pernafasan 20x permenit, Bromage
di dapatkan Score < 2 dan pasien di
pindahkan ke ruangan.
3
1
Kesimpulan

1. Pada kasus ini pasien laki-laki usia 66 tahun dengan diagnosis Nekrosis 1/3 distal cruris
dextra + PAD+ Hiperkolesterol dilakukan amputasi below knee
2. Setelah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, maka
ditentukan status fisik PS. ASA II
3. Pada pasien ini dilakukan jenis anestesi dengan regional anastesi dengan Teknik Spinal
dimana sesuai dengan salah satu indikasi dilakannya tindakan anastesi spinal yaitu
bedah Ekstremitas bawah. Keuntungan anestesi regional adalah penderita tetap sadar,
sehingga refleks jalan napas tetap terpelihara. Muntah dan aspirasi bukan kondisi
membahayakan pada anestesi regional. Waktu prosedur analgesia spinal lebih singkat,
relatif mudah, efek analgesia lebih nyata (kualitas blok motorik dan sensorik yang baik),
mulai kerja dan masa pulih yang cepat.
4. Setelah operasi selesai pasien di pindahkan ke Recovery room dan dilakukan
monitoring sampai keadaan pasien stabil dan dilakukan penilaian , Bromage Score
dengan hasil < 2 sehingga pasien dapat di pindahkan ke ruangan.
3
2
TERIMA KASIH

3
3

Anda mungkin juga menyukai