Anda di halaman 1dari 13

Diare dan Konstipasi

Disusun Oleh :

Elis (19.01.0004)

Nursilvia (19.01.0005
Definisi Diare

Diare adalah suatu kondisi dimana terjadi


peningkatan frekuensi buang air besar sampai
lebih dari tiga kali sehari disertai dengan
penurunan konsistensi tinja sampai kebentuk
cairan.
Diare sering dianggap gangguan penyakit yang
ringan, namun penanganan yang tidak tepat dan
atau terlambat dapat membuat penderita diare
mengalami dehidrasi atau kekurangan cairan.
Tingkatan dehidrasi

a. Dehidrasi Ringan
Muka memerah, rasa haus yang sangat, kulit hangat dan kering,
tidak buang air atau volume urine berkurang atau berwarna lebih
gelap, pusing dan lemah, kram pada otot kaki dan tangan,
menangis dengan sedikit atau tidak ada air mata, mengantuk,
mulut dan lidah disertai berkurangnya air liur.

b. Dehidrasi Sedang
Tekanan darah menurun, pingsan, kontraksi yang kuat pada
otot lengan, kaki, perut dan punggung, kejang, perut kembung,
gagal jantung, dan ubun-ubun cekung, denyut nadi cepat dan
lemah.
c. Dehidrasi Berat
Gejala-gejala dehidrasi ringan terlihat semakin jelas dan
mengarah pada keadaan yang lebih berat dengan tanda dan
gejala sebagai berikut : Berkurangnya kesadaran, tidak
buang air kecil, tangan teraba dingin dan 6 lembab, denyut
nadi yang semakin cepat dan lemah hingga tidak teraba,
tekanan darah yang menurun hingga tidak terukur, kebiruan
pada ujung kuku, mulut, dan lidah. Jika tidak diatasi
keadaan ini dapat mengancam jiwa atau kematian.
Klasifikasi diare
a. Diare Akut
Diare akut yaitu buang air besar dengan frekuensi yang meningkat
dan konsistensi tinja yang lembek atau cair dan bersifat mendadak
datangnya dan berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu.

b. Diare Kronis
Diare kronis yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan
kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah selama
masa diare tersebut.
Penyebabnya diakibatkan luka oleh radang usus, tumor ganas dan
sebagainya. Diare kronik lebih komplek dan faktor-faktor yang
menimbulkannya ialah infeksi bakteri, parasit, malabsorbsi,
malnutrisi dan lain-lain (Depkes RI 2011).
Penyebab Diare
a. Infeksi enteral Infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak.
b. Faktor psikologis Rasa takut dan cemas yang berlebihan, walaupun
faktor ini jarang dapat menimbulkan diare dibandingkan dengan faktor-
faktor lainnya (Depkes RI 2011).
c. Gangguan fungsi pencernaan dan penyerapan makanan umumnya
menyebabkan diare kronis
d. Faktor makanan dan minuman Alergi terhadap makanan, susu, obat-
obatan, makanan basi, dapat juga karena makanan yang tercemar,
umumnya diare yang ditimbulkan bersifat akut
e. Pertumbuhan flora normal (bakteri yang normal berada di usus) yang
tidak terkendali, umumnya menyebabkan diare kronis (Djunarko, 2011).
Manajemen Terapi

Manajemen diare difokuskan untuk mencegah kehilangan cairan dan


elektrolit yang berlebihan, mengatasi timbulnya gejala, serta mengobati
penyakit sekunder yang ditimbulkan jika ada.
a. Terapi Farmakologi
1) Adsorben dan obat pembentuk massa Kerja obat : menyerap racun,
mengurangi frekuensi buang air besar dan memadatkan massa tinja.
2) Rehidrasi Oral Kerja obat : glukosa menstimulasi secara aktif transport
Na dan air melalui dinding usus sehingga mencegah tubuh kekurangan
cairan yang banyak keluar bersama kotoran.
b. Terapi Non Farmakologi (Djunarko, 2011)
Banyak minum air putih Pada bayi, ASI boleh tetap diberikan,
tetapi untuk susu formula harus dibuat lebih encer sampai dua
kali lipat Hindari kopi, teh dan susu Makanan padat diganti
dengan bubur, roti, atau pisang Memeriksa penyebab diare,
apakah disebabkan oleh makanan, obat, susu, atau lainnya
sehingga dapat mencegah terulangnya diare Memeriksa tinja,
apakah terdapat lendir atau darah atau tidak Memeriksa tanda-
tanda dehidrasi ringan sampai berat Cuci tangan setiap buang air
untuk mencegah penularan Menjaga kebersihan diri dan
lingkungan (Djunarko, 2011)
Definisi Konstipasi

Konstipasi atau sembelit adalah suatu keadaan di mana proses


buang air besar menjadi sulit, frekuensinya jarang, dan kadang
tidak tuntas. Pada kondisi normal, biasanya pergerakan isi usus
paling sedikit 3x dalam satu minggu. Sehingga apabila sudah
tidak bisa BAB lebih dari 2 hari dapat dikatakan sudah
mengalami kondisi konstipasi (Harrison MD et al, 2005).
Penyebab Konstipasi

a. Kurangnya konsumsi makanan berserat, seperti sayur


dan buah-buahan
b. Kurangnya cairan/minum karena pemasukan cairan
juga mempengaruhi eliminasi feses
c. Kurangnya berolahraga
d. Kebiasaan mengonsumsi obat pencahar untuk
membantu buang air besar karena jika tidak
mengonsumsi merasa sulit buang air besar
e. Gangguan psikiatrik misalnya depresi/stress, gangguan
pola makan
Manajemen Terapi
a. Terapi Farmakologi
1) Bisakodil Kerja obat : termasuk obat pencahar (laksatif) yang
bekerja langsung sebagai stimulant, merangsang dinding usus besar
untuk berkontraksi sehingga mampu mendorong keluarnya tinja.

2) Laktulosa Kerja obat : sebagai pencahar dengen


membentuk asam-asam organik di dalam usus besar yang
menahan air sehingga tinja menjadi lunak dan ada
rangsangan untuk buang air besar.
b. Terapi non-farmakologi
Memperbaiki pola makan Meningkatkan konsumsi
serat seperti buah-buahan dan sayur-sayuran
direkomendasikan sebagai terapi awal konstipasi.
Aktivitas Fisik Kurangnya aktivitas fisik berhubungan
dengan peningkatan risiko konstipasi. Berolahraga
secara teratur karena olahraga akan membantu
meningkatkafungsi pencernaan.
THE PROFESSIONAL TEMPLATE

THANKS

Anda mungkin juga menyukai