Anda di halaman 1dari 36

TEKNIK PEMERIKSAAN THT

( M u l u t , F a r i n g , To n s i l d a n L a r i n g )
Q U R R O T U A’ Y U N I
20710028

SMF ILMU PENYAKIT THT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA
KUSUMA SURABAYA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SIDOARJO
2021
ANATOMI
Anatomi Cavum Oris (RONGGA MULUT)

Batas :
• Anterior : bibir (labium
oris)
• Posterior : arkus anterior
• Inferior : dasar mulut
• Superior : palatum mole
dan palatum
durum
Lanjutan...

Batas kavum oris dan orofaring - ismus fausium


Dibatasi :
• Lateral : lengkungan arkus anterior
• Inferior : pangkal lidah
• Medial : uvula, selalu menunjuk vertikal ke
bawah
Anatomi Tonsil
Menonjol dari fossa tonsilaris yang dibatasi arkus
palatoglossus (arkus anterior) dan di belakang oleh arkus
palatofaring (arkus posterior).

• Terdiri atas jaringan limfoid dengan banyak kanalikuli


(saluran) yang bercabang-cabang

• Ujung saluran berada di permukaan tonsil, sehingga tonsil


tampak berlubang-lubang.

• Dalam kanalikuli dapat dijumpai detritus yang merupakan


kumpulan leukosit, epitel, bakteri yang sudah mati dan
terlihat pada ostia sebagai bintik putih.
STRUKTUR PADA BELAHAN FOSA TONSILARIS

Batas :
• Anterior : M. palatoglosus

• Posterior: M. palatofaringeus

• Lateral : ruangan peritonsilar


berisi jaringan peritonsil
(lembut) dan M. konstriktor
medius.
Anatomi Faring
Faring terbagi menjadi 3 bagian :
• Epifaring (Nasofaring)
• Mesofaring (Orofaring)
• Hipofaring (Laringofaring)
Lanjutan...

• Pada dinding belakang terdapat jaringan limfoid yaitu


granule “lateral band”
• Di bagian lateral merupakan bagian dari lingkaran
Waldeyer “Cincin Waldeyer”
Struktur:
1. Adenoid
2. Jaringan limfoid pada dinding lateral nasofaring
(lateral band)
3. Tonsila palatina
4. Tonsila lingualis
Anatomi Laring
Suatu rangkaian tulang rawan yang berbentuk
corong dan terletak setinggi vertebra cervicalis IV-
VI.
Batas-batas laring:
1. Batas atas : Aditus Laringeus (Laryngeal
Inlet)
2. Batas bawah: Kartilago Krikoid dan
berhubungan dengan trakea
3. Anterior : Permukaan belakang epiglottis
4. Posterior : M. artenoid transversus dan
lamina kartilago krikoid
TEKNIK
PEMERIKSAAN
Cavum Oris, Tonsil, dan Faring
ALAT YANG DIBUTUHKAN

Lampu kepala Van Hasselt Spatula lidah


Pemeriksaan Cavum Oris
INSPEKSI
• Ptialismus (hipersalivasi), Trismus (kaku otot)
• Gerakan bibir dan sudut mulut (N.VII)
• Mukosa dan gingiva, misal ulkus
• Gigi atau geraham rusak dapat menimbulkan sinusitis maksilaris atau
trismus yang disebabkan gigi M3 bawah yang letaknya miring
• Lidah : parese N XII, atrofi, tumor malignan
• Palatum durum (torus palatinus), prosesus alveolaris bengkak karena
radang/tumor sinus maksilaris.
Lanjutan...

Palpasi
Bila ditemukan ulkus
di lidah (karsinoma)

Perkusi
Gigi dan geraham,
terasa sakit bila ada
radang.
Pemeriksaan Tonsil dan Faring
Mulut dibuka lebar-lebar, lidah ditarik ke dalam, dilunakkan, lidah
ditekan kebawah.
• Pasien disuruh bernapas :
• Tidak boleh menahan napas
• Tidak boleh napas keras-keras
• Tidak boleh ekspirasi atau mengucap ‘ch’
• Lidah ditekan anterior dari tonsil hingga terlihat pole bawah tonsil
Lanjutan...
Pemeriksaan Besar Tonsil
Besar tonsil di tentukan sebagai berikut:

T0 : Tonsil telah diangkat

T1 : Tonsil masih berada dalam fossa


tonsilaris atau bila besarnya ¼ jarak arkus
anterior dan uvula

T2 : Bila besarnya 2/4 jarak arkus


anterior dan uvula

T3 : Bila besarnya ¾ jarak arkus


anterior dan uvula

T4 : Bila besarnya mencapai


uvula atau lebih
Pemeriksaan Mobilitas Tonsil

Digunakan 2 spatula
Spatula 1 : posisi sama dengan diatas
Spatula 2 : posisi ujungnya vertical
menekan jaringan peritonsil,
sedikit lateral dari arkus
anterior
Pada tumor tonsil : fiksasi / immobile
Pada tonsillitis kronik : mobile dan sakit
PEMERIKSAAN PATOLOGI TONSIL DAN PALATUM MOLE

Tonsilitis
Akut  Semua merah, titik – titik putih pada tonsil

Tonsilitis
Kronik  Arkus anterior merah

Aphthe  Ditekan sakit

 Isthmus fausium kecil


Abces  Tonsil terdesak ke medial
Peritonsil  Sekitar tonsil merah & oedem
 Uvula terdesak heterolateral oedematus
Lanjutan...

 Pseudomembran warna kotor, hemoragic, ada yang di luar


Difteri batas tonsil
 Mukosa normal, bull neck, perlu usap tenggorok

Plaut Vincent
 Ulkus seluruh tonsil, monolateral, febris, perlu usap
tenggorok
Radang
Spesifik  Tuberkulosa
Tumor
Benigna
 Keras, fiksasi tonsil
Sikatriks  Akibat tonsilektomi, incisi abces peritonsil
Korpus
Alienum
 Duri ikan, tulang, serpihan bambu
Paresis/Paralisis Palatum Mole

Normal
 Waktu istirahat : Paresis bilateral
-Uvula menunjuk ke bawah  Waktu istirahat: Seperti normal
-konkavitas palatum molle simetris  Ucapkan “aa, ee”: Seperti normal
 Ucapkan “aa, ee” :  “eee”: Mungkin uvula sedikit bergerak
Bergerak-gerak tetap simetris
Paresis/Paralisis Palatum Mole

Paresis Unilateral
 Waktu Istirahat : Seperti normal
 Ucapkan “aa, ee” : palatum molle terangkat
ke arah yang sehat, uvula miring menunjuk
ke arah sehat, konkavitas tak simetris
Kondisi di atas dapat karena tumor nasofaring
atau parese N. X
Patologi Faring

Patologi faring :
• Faringitis akut  sangat merah
• Faringitis kronik  hanya granule merah
• Aftae, difteri, ulkus sifilis, sikatriks, korpus alienum
Paresis Faring

• Normal
Bila disentuh sensitif, dijumpai refleks muntah
• Paresis Bilateral
Dijumpai tumpukan air ludah dan bila disentuh tidak
sensitif dan reflek muntah hilang
• Paresis unilateral
Bila disentuh muncul gerakan coulisse (yang bergerak
hanya faring yang sehat)
PEMERIKSAAN
LARING
1. Pemeriksaan luar (Inspeksi dan Palpasi)
2. Laringoskopia Indirekta
ALAT YANG DIBUTUHKAN

Cermin laring
Lampu kepala Van Hasselt

Larutan tetrakain/ Lampu spiritus


lidocaine spray Kassa kotak
PEMERIKSAAN DARI LUAR
Inspeksi
1. Warna
2. Keutuhan kulit
3. Benjolan daerah leher

Palpasi
4. Mengenal bagian-bagian dari kerangka laring (kartilago hioid,
kartilago tiroid, kartilago krikoid) dan gelang-gelang trakea.
5. Apakah ada oedem, struma, kista, metastase. Susunan yang
abnormal dijumpai pada fraktur dan dislokasi.
6. Laring yang normal, mudah sekali digerakkan ke kanan dan ke
kiri oleh tangan pemeriksa
LARINGOSKOPI
INDIREKTA Melihat laring secara tidak langsung dengan cara
menempatkan cermin didalam faring dan cermin
tersebut disinari dengan cahaya) Laringoskopi dapat
mengidentifikasi kelainan laring dan faring baik akut
maupun kronis benigna atau maligna
SYARAT:

1. Harus ada jalan yang lebar untuk


cahaya yang dipantulkan oleh ALAT:
cermin dari faring ke laring.
2. Harus ada tempat yang luas untuk 1. Cermin laringoskop
cermin, cermin tidak boleh ditutup 2. Lampu spiritus
oleh uvula. 3. Kain kasa
4. Larutan tetrakain (untuk faring yang sensitif)
TAHAP-TAHAP PEMERIKSAAN
1. Memeriksa radiks linguae, epiglotis dan sekitarnya
2. Memeriksa lumen laring dan rima glotidis
3. Memeriksa bagian yang letaknya kaudal dari rimaglotidis
POSISI KEPALA
PEMERIKSAAN
LARINGOSKOPIA INDIREKTA
Posisi Tegak

Posisi Killian

Posisi Tuerck’s
TAHAPAN PEMERIKSAAN
(Bila faring sensitif, lakukan anestesi faring)
1. Mulut dibuka lebar, bernapas dari mulut, lidah dijulurkan
keluar.
2. Bagian lidah yang ada di luar mulut dibungkus dengan kain
kasa. Pegang dengan tangan kiri. Jari 1 diatas lidah, jari 3
dibawah lidah, jari 2 menekan pipi. Pegang dengan optimal.
3. Cermin dipegang dengan tangan kanan, seperti memegang
pensil arah cermin kebawah.
4. Cermin dipanasi
5. Cermin dimasukkan ke dalam faring, dan mengambil posisi
di muka uvula.
6. Bila perlu, uvula didorong sedikit ke belakang, agar cermin
dapat tersinari.
I. RADIKS LINGUE, EPIGLOTIS, DAN SEKITARNYA

1. Anatomi : terihat gambaran radiks linguae, epiglotis yang menutup introitus


laringis, plika glossoepiglotika, valekuka kiri dan kanan.
2. Perhatikan patologisnya : edem, ulkus, tumor, korpus alienum.
3. Perhatikan warna, aftae, ulkus.
4. Untuk keperluan ini penderita disuruh mengucapkan “iii”, agar laring tertarik
keatas dan ke muka. Dalam gerakan itu, ikut serta epiglotis.
5. Epiglotis yang sebelumnya menutup introitus laringis, sekarang terbuka sehingga
cahaya dapat masuk ke dalam laring dan trakea.
6. Korda vokalis bergerak ke garis median.
II. LARING DAN SEKITARNYA

Perhatikan anatomi Perhatikan patologi


1. Epiglotis dan pinggirnya 1. Radang (Laringitis akut dan kronik)
2. Aritenoid kiri dan kanan 2. Ulkus (Laringitis TBC, epiglotitis)
3. Plica ari-epiglotika kiri-kanan 3. Edem (Radang, alergi, tumor)
4. Sinus piriformis kiri-kanan 4. Cairan (sputum hemorrhagis, tumpukan
5. Dinding posterior dan lateral saliva)
6. Plika ventrikularis kiri-kanan 5. Tumor (Benigna / maligna)
7. Komisura anterior dan posterior
8. Korda vokalis kiri-kanan
Lanjutan...

Perhatikan gerakan korda vokalis kiri-kanan:


normal, simetris, tidak bergerak (parese)
unilateral atau bilateral.
Penyebab parese, antara lain :
1. Jantung (perikarditis, mitral insufisiensi)
2. Kelainan saraf (leher : tumor colli,
operasi struma, toraks : ca paru, tb,
aneurisma)
3. Fiksasi dari aritenoid (karsinoma
aritenoid)
III. TRAKEA

1. Perhatikan : anatomi, patologi mukosa, warna mukosa, sekret regio


subglotik, eedem, tumor.
2. Biasanya korda vokalis hanya dapat dilihat dalam stadium fonasi
3. Dalam stadium respirasi lumen laring tertutup oleh epiglotis,
sehingga mukosa trakea hanya dapat dilihat waktu belum ada aduksi
yang komplit, atau di waktu permulaan abduksi
KESALAHAN DAN KESULITAN
KESALAHAN DOKTER KESULITAN PENDERITA
1. Ketegangan sehingga nafas ditahan
1. Terlalu keras memegang lidah dapat
2. Salah mengerti :
menimbulkan rasa sakit
a. Penderita disuruh bernapas biasa dari
2. Lidah penderita ditarik keluar sehingga
mulut:kedengaran seolah-olah waktu
frenulum linguae mungkin terjepit antara
ekspirasi, terdengar mengucapkan huruf
incisivus inferior kanan dan kiri.
‘hhh’
3. Cermin bila menyentuh faring dapat
b. Bernafas terlalu keras dan cepat
menimbulkan reflek muntah
c. Penderita tidak mengucapkan huruf ‘iii’, tetapi
4. Cermin terlalu panas
batuk
d. Mengucapkan huruf ‘iii’ dengan mulut
THANKS
Please keep this slide for attribution

Anda mungkin juga menyukai