Anda di halaman 1dari 14

Tanggung Jawab Ilmuwan dalam

Berbangsa dan Bernegara

Disusun oleh : Selly 1962201421


Pengertian Ilmuwan
Secara Terminologi ,Ilmuwan
ialah orang yang bekerja dan
mendalami ilmu pengetahuan
dengan tekun dan sungguh-
sungguh.
Sedangkan secara
Etimologi,Ilmuwan Diartikan
Sebagai seorang Ulama.
Tanggung Jawab Ilmuwan
DR. Yususf Al-Qaradawi menjelaskan ada tujuh sisi tanggung jawab seorang ilmuwan muslim,
yaitu:
 Bertanggung jawab dalam hal memelihara dan menjaga ilmu, agar ilmu tetap ada (tidak hilang),
 Bertanggung jawab dalam hal memperdalam dan meraih hakekatnya, agar ilmu itu menjadi
meningkat,
 Bertanggung jawab dalam mengamalkannya, agar ilmu itu berbuah,
 Bertanggung jawab dalam mengajarkannya kepada orang yang mencarinya, agar ilmu itu
menjadi bersih,
 Bertanggung jawab dalam menyebarluaskan dan mempublikasikannya agar manfaat ilmu itu
semakin luas,
 Bertanggung jawab dalam menyiapkan generasi yang akan mewarisi dan memikulkan agar mata
rantai ilmu tidak terputus,
 Bertanggung jawab dalam mengikhlaskan ilmunya untuk Allah SWT semata, agar ilmu itu
diterima oleh Allah SWT.
Kewajiban Ilmuwan terhadap Masyarakat

Ilmu merupakan hasil karya seseorang yang dikomunikasikan dan dikaji secara luas oleh masyarakat. Jika
hasil karyanya itu memenuhi syarat-syarat keilmuan, maka karya ilmiah itu, akan menjadi ilmu pengetahuan
dan digunakan oleh masyarakat luas. Maka jelaslah jika ilmuwan memiliki tanggung jawab yang besar,
bukan saja karena ia adalah warga masyarakat, tetapi karena ia juga memiliki fungsi tertentu dalam
masyarakat. Fungsinya selaku ilmuwan, tidak hanya sebatas penelitian bidang keilmuan, tetapi juga
bertanggung jawab atas hasil penelitiannya agar dapat digunakan oleh masyarakat, serta bertanggung jawab
dalam mengawal hasil penelitiannya agar tidak disalah gunakan.

Lia
Kewajiban Ilmuwan terhadap Umat

Sebagai seorang yang bekerja dan mendalami ilmu


pengetahuan dengan tekun dan sungguh-sungguh
seorang ilmuwan memiliki tanggung jawab sebagai
penyeru ke jalan Allah SWT dan petunjuk ke jalan
yang benar (amar ma’ruf nahi mungkar).
Kewajiban Ilmuwan Terhadap Bangsa

Kewajiban ilmuwan terhadap bangsa yaitu sebagai khalifah


Allah SWT di bumi. Karena sebagai hamba yang dipercayai
oleh Allah SWT, maka seorang ilmuwan harus bertanggung
jawab atas amanat yang dipikulnya.

Rasulullah SAW menjelaskan bahwa seorang ilmuwan


muslim mempunyai tanggung jawab, dan ia akan dimintai
pertanggung jawaban atas ilmu yang dimilikinya.
Kedudukan Ulama
Hal ini sebagaimana penegasan sekaligus janji Allah Subhanahu wa Ta’ala
kepada Ulama’ dalam firmannya yaitu Surat Al Mujadilah Ayat 11,yang
artinya: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (Al-
Mujadilah: 11)
Kedudukan Ulama

Sebagaimana dalam Q.S Fathir: 28 Allah memuji Ulama dengan


firmannya yang berbunyi:Dan demikian (pula) di antara
manusia, makhluk bergerak yang bernyawa dan hewan-hewan
ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya).
Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya,
hanyalah para ulama. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Maha
Pengampun.
Kedudukan ulama

Firman Allah : “Kamu adalah umat yang terbaik yang


dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf
dan mencegah dari yang munkar, serta beriman kepada
Allah.”(QS.Ali’Imran:110)
Dalam Ayat ini sangat jelas kedudukan Ulama, sebagai
Orang yang Sangat peduli Pada Umat, Karena Di dunia ini
tiada Orang yang sangat getol mengumandangkan ‘Amar
Ma’rur dan Nahi Mungkar selain para Ulama’
Tokoh Ilmuwan muslim
Abu Nashr Muhammad Al-Farabi lahir pada 870 M di Farab, sebuah kota di
Turki tengah. Al-Farabi adalah seorang jenius yang menguasai 89 bahasa dan
guru besar Muslim dalam bidang fiqih, filsafat, sains, kedokteran, musik, dan
puisi.

Al-Farabi pernah tinggal di Baghdad selama 40 tahun untuk memelajari bahasa


Arab dan Yunani, kemudian memelajari filsafat dan logika Aristoteles. Apabila
Aristoteles dikenal sebagai guru pertama, maka Al-Farabi dijuluki sebagai guru
kedua dan Bapak Logika Islam. Sepanjang hidupnya, Al-Farabi menulis lebih
dari seratus buku berbahasa Arab dalam bidang filsafat, sains, kedokteran,
musik, dan lain-lain. Beberapa karyanya yang terkenal adalah At-Ta'lim Ats-
Tsani, Al-Musiqi Al-Kabir, Ihsha'u Al-Iqa, dan Ihsha'u Al-Ulum wa At-Ta'rif bi
Aghradhiha.

Lia
Tokoh Ilmuwan Muslim
Ibnu Sina (980-1037) dikenal juga sebagai "Avicenna" di dunia Barat adalah seorang filsuf,
ilmuwan, dan dokter kelahiran Persia (sekarang Iran). Ia juga seorang penulis yang produktif
yang sebagian besar karyanya adalah tentang filosofi dan kedokteran. Bagi banyak orang, dia
adalah "Bapak Kedokteran Modern". Karyanya yang sangat terkenal adalah al-Qānūn fī aṭ-Ṭibb
yang merupakan rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad.

Ibnu Sina bernama lengkap Abū ‘Alī al-Husayn bin ‘Abdullāh bin Sīnā.Ibnu Sina lahir pada 980
di Afsyahnah daerah dekat Bukhara, sekarang wilayah Uzbekistan dan meninggal bulan Juni 1037
di Hamadan, Persia (Iran).

Dia adalah pengarang dari 450 buku pada beberapa pokok bahasan besar. Banyak di antaranya
memusatkan pada filosofi dan kedokteran. George Sarton menyebut Ibnu Sina "ilmuwan paling
terkenal dari Islam dan salah satu yang paling terkenal pada semua bidang, tempat dan waktu".
Karyanya yang paling terkenal adalah Kitab Penyembuhan dan Qanun Kedokteran (Al-Qanun fi
At Tibb).
Tokoh Ilmuwan Muslim
Muḥammad bin Mūsā al-Khawārizmī adalah seorang ahli dalam bidang matematika, astronomi, astrologi, dan geografi yang
berasal dari Persia. Lahir sekitar tahun 780 di Khwārizm (sekarang Khiva, Uzbekistan) dan wafat sekitar tahun 850 di Baghdad.
Hampir sepanjang hidupnya, ia bekerja sebagai dosen di Sekolah Kehormatan di Baghdad yang didirikan oleh Khalifah Bani
Abbasiyah Al-Ma'mun bin Ar-Rasyid, tempat ia belajar ilmu alam dan matematik, termasuk mempelajari terjemahan manuskrip
Sanskerta dan Yunani
Buku pertamanya, Al Kitaab al muhtasar fii hisaab al jabr wa'l muqabaala, adalah buku pertama yang membahas solusi sistematik
dari persamaan linear dan persamaan kuadrat. Sehingga ia disebut sebagai Bapak Aljabar. Al-Khwārizmī juga berperan penting
dalam memperkenalkan angka Arab melalui karya Kitāb al-Jam’a wa-l-tafrīq bi-ḥisāb al-Hind yang kelak diadopsi sebagai angka
standar yang dipakai di berbagai bahasa serta kemudian diperkenalkan sebagai Sistem Penomoran Posisi Desimal di dunia Barat
pada abad ke-12. Ia merevisi dan menyesuaikan Geografi Ptolemeus sebaik mengerjakan tulisan-tulisan tentang astronomi dan
astrologi.
Kontribusinya tak hanya berdampak besar pada matematika, tapi juga dalam kebahasaan. Kata "aljabar" berasal dari kata al-Jabr,
satu dari dua operasi dalam matematika untuk menyelesaikan notasi kuadrat, yang tercantum dalam bukunya. Kata algorisme dan
algoritma diambil dari kata algorismi, latinisasi dari namanya. Namanya juga di serap dalam bahasa Spanyol, guarismo, dan dalam
bahasa Portugis, algarismo bermakna digit.

Lia
Terima
kasih!
Ada pertanyaan ?

Anda mungkin juga menyukai