ANTIPSIKOTIK I & II
KLASIFIKASI
• 2 kategori utama:
A. APG-I (tipikal / konvensional / dopamine receptor antagonists)
B. APG-II (atipikal / baru / serotonine dopamine antagonists (SDAs))
APG-I
Memblokade Dopamine pada reseptor pasca-sinaptik neuron di otak, khususnya di
sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal (Dopamin D2 receptor antagonists),
sehingga efektif untuk gejala POSITIF.
APG-II
Berafinitas terhadap Dopamin D2 Receptors dan Serotonin 5 HT2 Receptors.
(Serotonin-Dopamine antagonists). Efektif untuk gejala POSITIF dan NEGATIF.
APG-I
Phenotiazine :
Non Phenotiazine
• FIRST LINE :
Risperidone , Olanzapine, Quetiapine , Aripiprazole
• SECOND LINE :
Clozapine
KLASIFIKASI-TABEL 1
Obat Antipsikotik Rentang Dosis Anjuran Ekivalen Klorpromazin Waktu Paruh
(mg/hari) (mg/hari) (jam)
Antipsikotik Generasi I
Fenotiazin
Klorpromazin 300-1000 100 6
Flufenazin 5-20 2 33
Perfenazin 16-64 10 10
Thioridazin 300-800 100 24
Trifluoperazin 15-50 5 24
Butirofenon
Haloperidol 5-20 2 21
Lainnya
Loksapin 30-100 10 4
Antipsikotik Generasi II
Aripiprazol 10-30 75
Klozapin 150-600 12
Olanzapin 10-30 33
Quetiapin 300-800 6
Risperidon 2-8 24
FASE AKUT
• Tujuan: mencegah pasien melukai diri / orang lain, mengendalikan perilaku merusak,
mengurangi beratnya gejala psikotik dan gejala terkait lainnya (agitasi, agresi, gaduh
gelisah)
• Langkah pertama: berbicara dan memberi ketenangan
• Mulai pemberian obat oral
• Pengikatan atau penempatan di ruang isolasi (seklusi) mungkin dilakukan
• Pilihan obat oral, injeksi, trankuilisasi
• Tidak selalu perlu hospitalisasi!!!
• Perlu pemeriksaan laboratorium
• Jika mungkin diskusikan risiko dan manfaat obat
• Usaha membangun kerja sama, aliansi terapeutik dengan keluarga atau caregiver lebih
berhasil.
FASE AKUT: APG-I
• Injeksi APG-I sering digunakan untuk mengatasi agitasi akut. Kerja obat sangat
cepat. Efek samping: distonia akut dan pemanjangan QTc ketidakpatuhan
pengobatan.
• APG-I + Benzodiazepin.
- ES Benzodiazepin: depresi napas, sedasi >>, induksi perilaku disinhibisi.
• Obat APG-II (oral & injeksi): mengendalikan agitasi dengan tolerabilitas dan keamanan
lebih baik.
• Spasme otot leher dan kepala yang terjadi terus-menerus dan intermittent pergerakan
involunter
• Manifestasi klinis:
Opistotonus
Kontraksi rigid otot punggung disertai nyeri
Torticollis (leher tertarik ke sisi kiri / kanan)/retrocollis ( leher tertarik ke belakang)
Krisis oculogirik
Macroglossia dan protrusi lidah
Spasme otot laring/faring kematian mendadak
D R U G I N D U C E S PA R K I N S O N I S M
• Manifestasi klinis:
• Rigiditas
• Bradikinesia
• Tremor
• Biasanya muncul pada hari ke 5-30 setelah mulai terapi APgejala bertahan
sampai dosis diturunkan/obat distop
• Terjadi pada 30 % pasien dengan terapi APG1
TATA L A K S A N A EP S A K U T
• Antikolinergik :Tryhexyphenydil
hati-hati bila digunakan bersamaan dengan APG1 potensi rendah ↑ efek samping
antikolinergik
• Distonia akut : Diphenhydramine IM/IV (tidak ada ketentuan yang pasti mengenai
dosis)
• Akathisia : Beta Blocker (cth : Propanolol)
• Parkinsonism & akathisia : Antikolinergik Oral
• Apabila ada tanda keracunan lavage lambung bila obat belum lama
dimakan.
NEUROLEPTIC MALIGNANT SYNDROME
(NMS)
• Manifestasi klinis:
• Hipertermia
• Rigiditas berat pada otot
• Instabilitas otonom : takikardi, takipneu, ↑TD
• Perubahan derajat kesadaran
• Umumnya terjadi pada terapi APG1 potensi tinggi,
dengan dosis tinggi, dan ditingkatkan secara cepat
• Pria > wanita
• Mortalitas 20-30%
• Tatalaksana NMS:
• Stop AP
• Terapi suportif dan simtomatik
• Obat-obat anti parkinsonism
• Memperbaiki imbalans cairan dan elektrolit
• Mengatasi demam
• Mengatasi gejala kardiovaskuler: hipotensi/hipertensi
• Pemberian APG1 potensi rendah untuk pasien
dengan riwayat NMS
CHRONIC EPS
• Tardive Dyskinesia
• Pergerakan abnormal yg muncul pada terapi AP jangka panjang
• Manifestasi klinis:
• Lip smacking, sucking
• Wajah menyeringai
• Pergerakan ireguler pada ekstremitas choreoathetoid-like movement
pada jari
• Athetoid movement pada tubuh, ekstremitas, dan leher
• Hipotesis: Tardive dyskinesia ↑sensitivitas reseptor dopamin pada ganglia
basal
• 10-20% pasien yang diterapi dengan APG1 minimal satu tahun, akan
mengalami tardive dyskinesia
R EK O M EN D A S I P EN CE G A H A N D A N
TATA L A K S A N A T D
SSRI
SNRI
Desvenlafaxine 50 mg/hari
Duloxetine 60 mg/hari
ANTIDEPRESAN
• Mekanisme kerja :
Terjadinya peningkatan kadar serotonin dalam celah sinaps neuron, pada
sistem limbik yang berdampak terhadap dopamine receptor supersensitivity
INDIKASI
Sampai saat ini litium dikenal sebagai obat untuk gangguan bipolar terutama
• pada fase manic dan untuk pengobatan penunjang.
• Pengobatan jangka panjang terbukti menurunkan insidensi percobaan bunuh
diri.
• Biasanya setelah keadaan manic terkontrol, antipsikosis bisa perlahan
dihentikan, dilanjutkan dengan litium sebagai terapi pemeliharaan.
• Pada fase depresif gangguan bipolar, litium sering dikombinasi dengan
antidepresan.
EFEK SAMPING
• Mekanisme kerja
Valproat menyebabkan hiperpolarisasi potensial istirahat membrane neuron, akibat peningkatan
daya konduksi membrane untuk kalium. Efikasinya pada minggu pertama pengobatan seperti litium,
tetapi asam valproat ternyata efektif untuk pasien yang gagal terapi litium.
• Indikasi
Indikasi utama merupakan obat antikonvulsan, namun setelah ditemukan ternyata asam valproat
ternyata dapat mengontrol mood. Obat ini efektif untuk pasien yang gagal terapi litium.
• Efek samping
Efek samping berupa gangguan saluran cerna (anoreksia, mual, muntah) pada 16% kasus. Efek terhadap
SSP (system saraf pusat) berupa kantuk, ataksia dan tremor, menghilang dengan penurunan dosis.
Gangguan pada hati berupa peninggian enzim-enzim hati, dan sesekali terjadi nekrosis hati.
3. OLANZAPIN
• Mekanisme kerja
Olanzapin merupakan derivate tienobenzodiazepin, memiliki afinitas terhadap
reseptor dopamine (D2, D3, D4 dan D5), reseptor serotonin (5HT2), muskarinik,
histamine (H1) dan reseptor alfa.
• Indikasi
Indikasi utama adalah mengatasi gejala negatif maupun positif skizofrenia dan
sebagai anti mania atau mood stabilizer. Obat ini juga menunjukkan efektivitas
pada pasien depresi dengan gejaa psikotik.
• Efek samping
Efek samping yang sering dilaporkan adalah peningkatan berat badan dan gangguan
metabolic yaitu toleransi glukosa, hiperglikemia, dan hiperlipidemia.
ANTIANSIETAS
ANTI ANXIETAS
• Kerja obat ini adalah pada resepor γ-aminobutyric acid (GABA) post-
synaptic, dimana obat ini meningkatkan efek GABA (menghambat
neurotransmitter di CNS) yang memberi efek sedasi, mengantuk, dan
melemaskan otot.
EFEK SAMPING
• Yang sering, merasa pusing, hipotensi dan juga distress respirasi. Hati-hati
ps. respirasi kronis seperti penyakit paru obstrutif kronis (PPOK).
• Dari hasil penelitian, obat ini sering dikaitkan dengan fraktur akibat jatuh
pada penderita dengan usia lanjut dengan pemberian obat dengan kerja yang
lama maupun kerja singkat
NON-BENZODIAZEPINE
• Melatonin, hormon kelenjar pineal yang terlibat dalam pengaturan tidur, tersedia
tanpa resep terutama sebagai suplemen nutrisi, tetapi juga digunakan untuk
mengobati insomnia yang berhubungan dengan penyebab sekunder, seperti jet lag
dan kerja shift.
• Dosis farmakologis (3,0 mg) juga meningkatkan kualitas tidur, tetapi menyebabkan
hipotermia dan menyebabkan melatonin plasma tetap tinggi pada siang hari.
• Tidak efektif dalam mengobati sebagian besar gangguan tidur primer dengan
penggunaan jangka pendek (empat minggu atau kurang).
• Karena relatif kurangnya data efikasi dan keamanan yang kuat, melatonin tidak
direkomendasikan untuk pengobatan insomnia kronis.
HERBAL TREATMENTS
• Valerian
• Produk herbal yang terdiri dari akar Valeriana officinalis, telah digunakan
untuk mengobati insomnia sejak zaman Yunani dan Romawi kuno. Tampaknya
berinteraksi dengan neurotransmisi GABA-ergic, sehingga menghasilkan efek
sedatif.
• Meskipun beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa valerian berguna
untuk pengobatan pasien dengan insomnia, yang lain tidak.
• tidak direkomendasikan untuk digunakan pada pasien.
HERBAL TREATMENTS
• Kava
• Produk herbal kava, yang berasal dari semak (Piper methysticum) yang
dibudidayakan di kepulauan Pasifik, tampaknya bekerja pada tempat pengikatan
GABA dan BZD, menghasilkan efek sedatif, antikonvulsif, antispasmodik, dan
relaksan otot sentral.
• Produk yang mengandung kava yang dijual bebas digunakan sebagai terapi
alternatif untuk kecemasan, stres, dan kegelisahan—penyebab utama insomnia
kronis.
• Pada tahun 2002, FDA memperingatkan bahwa cedera hati yang parah dapat
terjadi akibat penggunaan produk yang mengandung kava.
BARBITURAT
• Depresi SSP yang dicapai dengan barbiturat dapat berkisar dari sedasi ringan
sampai anestesi umum. Selain itu, dosis hipnotis obat ini dapat menurunkan
latensi tidur dan jumlah bangun.
• Sebagai kelas, barbiturat disetujui FDA namun, tidak direkomendasikan untuk,
karena efek sampingnya yang signifikan : potensi overdosis yang fatal,
indeks terapeutiknya yang rendah, dan potensi toleransi dan
ketergantungan.
ATYPICAL ANTIPSYCHOTICS