Anda di halaman 1dari 65

FARMAKOTERAPI

ANTIPSIKOTIK I & II
KLASIFIKASI

• Antipsikotik mengurangi simtom psikotik dan angka kejadian relaps.

• Obat antipsikotik bervariasi secara farmakologi, tetapi semuanya


bersifat antagonis terhadap reseptor dopamin postsinaps di otak.

• 2 kategori utama:
A. APG-I (tipikal / konvensional / dopamine receptor antagonists)
B. APG-II (atipikal / baru / serotonine dopamine antagonists (SDAs))
APG-I
Memblokade Dopamine pada reseptor pasca-sinaptik neuron di otak, khususnya di
sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal (Dopamin D2 receptor antagonists),
sehingga efektif untuk gejala POSITIF.

APG-II
Berafinitas terhadap Dopamin D2 Receptors dan Serotonin 5 HT2 Receptors.
(Serotonin-Dopamine antagonists). Efektif untuk gejala POSITIF dan NEGATIF.
APG-I

Phenotiazine :

• Rantai Alifatik  chlorpromazine


• Rantai Piperidine  tioridazine, mesoridazine
• Rantai piperazine  trifluoperazine, fluphenazine, perpenazine, prochlorperazine

Non Phenotiazine

• Butirophenon (haloperidol), Thioxantenes (Chloprothexene, thiotixene),


dibenzoxazepin (loxapine), dihidroindolene (molindone), diphenylbutyl-piperidines
(pimozide), benzamin (sulpiride)
APG-II

• FIRST LINE :
Risperidone , Olanzapine, Quetiapine , Aripiprazole

• SECOND LINE :
Clozapine
KLASIFIKASI-TABEL 1
Obat Antipsikotik Rentang Dosis Anjuran Ekivalen Klorpromazin Waktu Paruh
(mg/hari) (mg/hari) (jam)
Antipsikotik Generasi I
Fenotiazin
Klorpromazin 300-1000 100 6
Flufenazin 5-20 2 33
Perfenazin 16-64 10 10
Thioridazin 300-800 100 24
Trifluoperazin 15-50 5 24
Butirofenon
Haloperidol 5-20 2 21
Lainnya
Loksapin 30-100 10 4

Antipsikotik Generasi II
Aripiprazol 10-30 75
Klozapin 150-600 12
Olanzapin 10-30 33
Quetiapin 300-800 6
Risperidon 2-8 24
FASE AKUT

• Tujuan: mencegah pasien melukai diri / orang lain, mengendalikan perilaku merusak,
mengurangi beratnya gejala psikotik dan gejala terkait lainnya (agitasi, agresi, gaduh
gelisah)
• Langkah pertama: berbicara dan memberi ketenangan
• Mulai pemberian obat oral
• Pengikatan atau penempatan di ruang isolasi (seklusi) mungkin dilakukan
• Pilihan obat oral, injeksi, trankuilisasi
• Tidak selalu perlu hospitalisasi!!!
• Perlu pemeriksaan laboratorium
• Jika mungkin diskusikan risiko dan manfaat obat
• Usaha membangun kerja sama, aliansi terapeutik dengan keluarga atau caregiver lebih
berhasil.
FASE AKUT: APG-I

• Injeksi APG-I sering digunakan untuk mengatasi agitasi akut. Kerja obat sangat
cepat. Efek samping: distonia akut dan pemanjangan QTc ketidakpatuhan
pengobatan.

• APG-I + Benzodiazepin.
- ES Benzodiazepin: depresi napas, sedasi >>, induksi perilaku disinhibisi.

- ES APG-I: gejala ekstrapiramidal (EPS), abnormalitas EKG, sedasi >>, Sindrom


neuroleptik maligna (SNM) adalah kegawatan neurologis yang berpotensi mengancam
nyawa.
FASE AKUT: APG-II

• Obat APG-II (oral & injeksi): mengendalikan agitasi dengan tolerabilitas dan keamanan
lebih baik.

• Obat tambahan untuk atasi komorbiditas (benzodiazepin, antidepresan, stabilisator mood


dan beta-bloker).
FASE STABILISASI

• Tujuan: mengurangi stres pasien, memberi dukungan untuk mengurangi


kekambuhan, meningkatkan adaptasi terhadap kehidupan sosial, memfasilitasi
pengurangan gejala dan konsolidasi remisi, meningkatkan proses penyembuhan.
• Antipsikotik mengurangi risiko kekambuhan hingga 30%/tahun, tanpa terapi 60-70%
kambuh dalam setahun, 90% kambuh dalam 2 tahun.
• Usahakan dosis dengan ES minimal tapi masih dalam kisaran dosis efektif!!!
• Edukasi pada pasien dan keluarga.
EFEK SAMPING
EFEK SAMPING NEUROLOGIS

1. Acute Extrapyramidal Syndromes


• Akathisia
• Acute Dystonia
• Drug Induces Parkinsonism
• Neuroleptic Malignant Syndrome
2. Chronic Extrapyramidal Syndromes
• Tardive Dyskinesia
• Perioral Tremor
EXTRAPYRAMIDAL SYNDROMES (EPS)

• AntiPsikotik (AP) memblok reseptor D2 di ganglia basal  Penurunan


aktivitas dopamin di ganglia basal  EPS
• berhubungan dengan afinitas relatif terhadap reseptor D2 di ganglia basal
• EPS akut  onset segera setelah mulai terapi AP  obat dihentikan 
gejala mereda
• EPS kronik  muncul beberapa bulan setelah mulai terapi AP  obat
dihentikan  gejalanya tetap bertahan beberapa waktu, bahkan bisa
menetap
A K AT H I S I A

• Perasaan subjektif pergerakan motorik berlebihan dimanifestasikan dengan kebutuhan


mendesak untuk bergerak konstan
• Manifestasi klinis:
 Berganti tumpuan antara kaki yg satu dengan lainnya
 Berjalan di tempat
 Ketidakmampuan mempertahankan kaki untuk diam
 Perasaan gelisah (tidak bisa diam)
 Sering berganti posisi saat duduk
• Muncul lebih sering setelah hari ke-5 terapi
• Pasien dengan terapi APG1:
 41% akan mengalami akathisia ringan
 21% akan mengalami akathisia sedang hingga berat
A C U T E D Y S TO N I A

• Spasme otot leher dan kepala yang terjadi terus-menerus dan intermittent  pergerakan
involunter
• Manifestasi klinis:
 Opistotonus
 Kontraksi rigid otot punggung disertai nyeri
 Torticollis (leher tertarik ke sisi kiri / kanan)/retrocollis ( leher tertarik ke belakang)
 Krisis oculogirik
 Macroglossia dan protrusi lidah
 Spasme otot laring/faring  kematian mendadak
D R U G I N D U C E S PA R K I N S O N I S M

• Manifestasi klinis:
• Rigiditas
• Bradikinesia
• Tremor
• Biasanya muncul pada hari ke 5-30 setelah mulai terapi APgejala bertahan
sampai dosis diturunkan/obat distop
• Terjadi pada 30 % pasien dengan terapi APG1
TATA L A K S A N A EP S A K U T

• Antikolinergik :Tryhexyphenydil
hati-hati bila digunakan bersamaan dengan APG1 potensi rendah  ↑ efek samping
antikolinergik

• Distonia akut : Diphenhydramine IM/IV (tidak ada ketentuan yang pasti mengenai
dosis)
• Akathisia : Beta Blocker (cth : Propanolol)
• Parkinsonism & akathisia : Antikolinergik Oral

• 30-50% pasien terapi jangka panjang APG I  mungkin tidak membutuhkan


Antikolinergik
TATA LAKSANA

• Penggunaan jangka panjang  harus rutin dilakukan pemeriksaan


laboratorium:
• Darah perifer lengkap
• Urin lengkap
• Fungsi hati lengkap
• Fungsi ginjal

jangka waktu pemeriksaan tergantung dari penggunaan seberapa sering


penggunaan obat antipsikotik  biasanya setiap 6 bulan
TATA LAKSANA

• Obat anti-psikosis hampir tidak pernah menimbulkan kematian akibat


overdosis atau untuk bunuh diri

• Apabila ada tanda keracunan  lavage lambung bila obat belum lama
dimakan.
NEUROLEPTIC MALIGNANT SYNDROME
(NMS)

• Manifestasi klinis:
• Hipertermia
• Rigiditas berat pada otot
• Instabilitas otonom : takikardi, takipneu, ↑TD
• Perubahan derajat kesadaran
• Umumnya terjadi pada terapi APG1 potensi tinggi,
dengan dosis tinggi, dan ditingkatkan secara cepat
• Pria > wanita
• Mortalitas 20-30%
• Tatalaksana NMS:
• Stop AP
• Terapi suportif dan simtomatik
• Obat-obat anti parkinsonism
• Memperbaiki imbalans cairan dan elektrolit
• Mengatasi demam
• Mengatasi gejala kardiovaskuler: hipotensi/hipertensi
• Pemberian APG1 potensi rendah untuk pasien
dengan riwayat NMS
CHRONIC EPS

• Tardive Dyskinesia
• Pergerakan abnormal yg muncul pada terapi AP jangka panjang
• Manifestasi klinis:
• Lip smacking, sucking
• Wajah menyeringai
• Pergerakan ireguler pada ekstremitas  choreoathetoid-like movement
pada jari
• Athetoid movement pada tubuh, ekstremitas, dan leher
• Hipotesis: Tardive dyskinesia  ↑sensitivitas reseptor dopamin pada ganglia
basal
• 10-20% pasien yang diterapi dengan APG1 minimal satu tahun, akan
mengalami tardive dyskinesia
R EK O M EN D A S I P EN CE G A H A N D A N
TATA L A K S A N A T D

Menyediakan bukti objektif bahwa terapi AP efektif


Menggunakan dosis minimum yang efektif untuk terapi
jangka panjang
Memberi perhatian khusus pada anak, pasien lanjut usia, dan
pasien dengan gangguan mood (blokade dopamin >> 
mudah terjadi TD)
Melakukan pemeriksaan rutin untuk melihat apakah timbul
gejala diskinesia
 Jika TD terdiagnosis, pertimbangkan untuk mengurangi dosis atau mengganti AP
 Jika gejala memburuk, pertimbangkan untuk menghentikan AP, mengganti AP ke
golongan yang berbeda, dan mempertimbangkan pemberian clozapine.
• Pasien yang akan menerima APG1 untuk waktu lama harus dipantau secara teratur setiap
6 bln
• Abnormal Involuntary Movement Scale (AIMS)
METABOLISME

• APG1 dimetabolisme oleh cytochrome P450 terutama subtipe CYP


2D6
• Akan berinteraksi dengan obat-obat lain yang dimetabolisme oleh
enzim yang sama
• Obat-obat yang merupakan substrat CYP 2D6 akan meningkatkan
kadar plasma APG1, dapat memperburuk EPS, contohnya:
• Antidepresan heterosiklik
• Beta blocker
• Cimetidine
• SSRI
METABOLISME

• Obat-obat penginduksi CYP 2D6 akan me ↓kan kadar plasma APG1,


contohnya:
• Phenytoin
• Carbamazepine
• Barbiturates
• Ethambutol
• Merokok (menginduksi enzim)
ANTI DEPRESAN
ANTI DEPRESAN

• Kelompok obat dengan efek utama adalah mengendalikan gejala depresi


• Terjadinya gejala depresi akibat rendahnya kadar neurotransmitter
serotonin di neuron pasca sinaps
• Ada 4 kelompok obat untuk depresi
• Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRI)
• Serotonin/Norepinephrine Reuptake inhibitors (SNRI)
• Tricyclic Antidepressants (TCA)
• Monoamine Oxidase Inhibitors (MAOI)
CARA KERJA

• Tricyclic Antidepressants (TCA)


• Menghambat ambilan kembali neurotransmiter yang dilepaskan dari neuron prasinaps ke
celah sinaps, tetapi ambilan tersebut tidak bersifat selektif
• Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRI)
• Sama seperti TCA tetapi ambilannya bersifat selektif hanya pada neurotransmiter serotonin
• Serotonin/Norepinephrine Reuptake inhibitors (SNRI)
• Menghambat ambilan kembali neurotransmiter serotonin dan norepinephrine
• Monoamine Oxidase Inhibitors (MAOI)
• Bekerja di presinaps dengan cara menghambat enzim monoaminase serotonin sehingga
jumlah serotonin meningkat
ANTIDEPRESAN

JENIS DOSIS ANJURAN

SSRI

Fluoxetine 10-40 mg/hari

Sertraline 50-150 mg/hari

Paroxetine 20-40 mg/hari

Fluvoxamine 50-200 mg/hari

Citalopram 20-40 mg/hari


ANTIDEPRESAN

JENIS DOSIS ANJURAN

SNRI

Venlafaxine 225-375 mg/hari

Desvenlafaxine 50 mg/hari

Milnacipran 100 mg/hari

Levomilnacipran 40-120 mg/hari

Duloxetine 60 mg/hari
ANTIDEPRESAN

JENIS DOSIS ANJURAN

Anti Depresan Trisiklik

Amitriptyline 75-300 mg/hari

Imipramine 150 mg/hari

Clomipramine 100-250 mg/hari

Tianeptine 25-50 mg/hari


MAOI
Isocarboxazid 20-60 mg/hari
EFEK SAMPING

• Tricyclic Antidepressants (TCA)


• Mulut kering, retensi urin, konstipasi, pemanjangan QRS, kejang, Orthostatic hypotension.
• Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRI)
• Disfungsi seksual, sakit kepala
• Serotonin/Norepinephrine Reuptake inhibitors (SNRI)
• Hipertensi, sakit kepala, diaphoresis, resorpsi tulang
• Monoamine Oxidase Inhibitors (MAOI)
• Hipotensi, hipertensi, edema, disfungsi seksual
MOOD STABILIZER
No Golongan Zat Aktif Nama Dagang Dosis anjuran/hari

1 Garam Lithium Garam Lithium Priadel 1200-1800mg


Theralith
Frimania
2 Anticonvulsan Carbamazepine Tegretol 200-400 mg
Temporol
Asam valproate Depakote 500-1000 mg
Depakene
Natrium DepakoteER 1 x 500-1000mg
Divalproat
1. LITIUM

• Mekanisme kerja :
Terjadinya peningkatan kadar serotonin dalam celah sinaps neuron, pada
sistem limbik yang berdampak terhadap dopamine receptor supersensitivity
INDIKASI

Sampai saat ini litium dikenal sebagai obat untuk gangguan bipolar terutama
• pada fase manic dan untuk pengobatan penunjang.
• Pengobatan jangka panjang terbukti menurunkan insidensi percobaan bunuh
diri.
• Biasanya setelah keadaan manic terkontrol, antipsikosis bisa perlahan
dihentikan, dilanjutkan dengan litium sebagai terapi pemeliharaan.
• Pada fase depresif gangguan bipolar, litium sering dikombinasi dengan
antidepresan.
EFEK SAMPING

• Litihium berhubungan erat dengan kondisi fisik pasien


• Gejala dini : kadar serum lithium 0,8-1,2 mEq/L
Mulut kering, kelemahan otot, poli uri, tremor halus, edem pada tungkai.
• Gejala intoksikasi : kadar > 1,5 mEq/L
Muntah, diare, tremor kasar, mengantuk, sulit bicara, pengucapan kata tidak jelas, sampai penurunan
kesadaran.
2. ASAM VALPROAT

• Mekanisme kerja
Valproat menyebabkan hiperpolarisasi potensial istirahat membrane neuron, akibat peningkatan
daya konduksi membrane untuk kalium. Efikasinya pada minggu pertama pengobatan seperti litium,
tetapi asam valproat ternyata efektif untuk pasien yang gagal terapi litium.

• Indikasi
Indikasi utama merupakan obat antikonvulsan, namun setelah ditemukan ternyata asam valproat
ternyata dapat mengontrol mood. Obat ini efektif untuk pasien yang gagal terapi litium.

• Efek samping
Efek samping berupa gangguan saluran cerna (anoreksia, mual, muntah) pada 16% kasus. Efek terhadap
SSP (system saraf pusat) berupa kantuk, ataksia dan tremor, menghilang dengan penurunan dosis.
Gangguan pada hati berupa peninggian enzim-enzim hati, dan sesekali terjadi nekrosis hati.
3. OLANZAPIN

• Mekanisme kerja
Olanzapin merupakan derivate tienobenzodiazepin, memiliki afinitas terhadap
reseptor dopamine (D2, D3, D4 dan D5), reseptor serotonin (5HT2), muskarinik,
histamine (H1) dan reseptor alfa.
• Indikasi
Indikasi utama adalah mengatasi gejala negatif maupun positif skizofrenia dan
sebagai anti mania atau mood stabilizer. Obat ini juga menunjukkan efektivitas
pada pasien depresi dengan gejaa psikotik.
• Efek samping
Efek samping yang sering dilaporkan adalah peningkatan berat badan dan gangguan
metabolic yaitu toleransi glukosa, hiperglikemia, dan hiperlipidemia.
ANTIANSIETAS
ANTI ANXIETAS

• Adanya perasaan cemas atau khawatir yang realistik.


• Berupa ketegangan motorik
• Hiperaktivitas otonomik
• Kewaspadaan berlebihan
MEKANISME KERJA OBAT

• Terjadinya hiperaktivitas sistem limbic dari dopamine, serotonine


dan noradrenergic yang dikendalikan oleh GABA-ergic neurons
(Gamma Amino Butiric Acid) suatu inhibit neurotransmiter

• Jadi, obat benzodiazepine bereaksi dengan reseptor-nya


(benzodiazepine receptors) akan meng-reinforce the inhibitory
action of GABA-ergic neuron. Sehingga hiperaktivitas mereda.
GOLONGAN OBAT

• Benzodiazepine : dizepam, lorazepam, clobazam, alprazolam


• Non – Benzodiazepine : sulpiride, buspirone

KI : pasien dengan hipersensitivitas terhadap benzodiazepine, glaucoma,


myesthenia gravis, chornic pulmonary insufficiency, chronic renal or hepatic
disease.
No Nama generik Nama Dagang Sediaan Dosis Anjuran
1. Diazepam Diazepam Tab 2-5 mg Oral= 2,5-40 mg/hari
Amp 10mg/2cc Injeksi = 5-10
Stesolid Tab 2-5 mg mg/im/iv
Amp 10mg/2cc Max: 30 mg/hari
RT 5mg/2,5 cc ; 10
Trazep mg/2,5 cc Rectal tube =
Valdimex Tab 5 mg Anak <10kg/BB = 5mg
Anak >10kg/BB
= 10MG
2. Lorazepam Renaquil Tab 1 mg 2-6 mg/hari
Merlopam Tab 0,5 – 2 mg

3. Clobazam Clobazam Tab 10 mg 20-30 mg/hari


Proclozam

4. Alprazolam Actazolam Tab 0,5-1 mg 0,25-4 mg/hari


Apazol
Alprazolam DM
5. Sulpiride Dogmatil Cap 50 mg 2-3 x 50-100 mg/hari
EFEK SAMPING

• Sedasi : rasa mengantuk, kinerja psikomotor menurun


• Relaksasi otot : rasa lemas, cepat lelah
• Rebound phenomena : jika pengehentian obat secara mendadak, menjadi
irritable, bingung, gelisah, insomnia, tremor, palpitas, keringat dingin
ANTI INSOMNIA
ANTI INSOMNIA

• BENZODIAZEPINE RECEPTOR AGONISTS


• •BzRA mencakup agen benzodiazepin (BZD) dan non-BZD. Meskipun semua
obat ini berikatan dengan kompleks reseptor asam gamma aminobutirat
(GABAA), mereka berbeda dalam afinitasnya terhadap tempat pengikatan
(binding site).
• BZD memiliki selektivitas yang sama untuk subunit alfa 1, 2, 3, dan 5,
sedangkan non-BZD mengikat lebih selektif ke subunit alfa 1.
KERJA OBAT

• Kerja obat ini adalah pada resepor γ-aminobutyric acid (GABA) post-
synaptic, dimana obat ini meningkatkan efek GABA (menghambat
neurotransmitter di CNS) yang memberi efek sedasi, mengantuk, dan
melemaskan otot.
EFEK SAMPING

• Yang sering, merasa pusing, hipotensi dan juga distress respirasi. Hati-hati
ps. respirasi kronis seperti penyakit paru obstrutif kronis (PPOK).
• Dari hasil penelitian, obat ini sering dikaitkan dengan fraktur akibat jatuh
pada penderita dengan usia lanjut dengan pemberian obat dengan kerja yang
lama maupun kerja singkat
NON-BENZODIAZEPINE

• •Non-BZD, juga disebut “Z drugs”, dikembangkan untuk meminimalkan efek


samping dan potensi penyalahgunaan yang terkait dengan BZD
ZOLPIDEPAM

• •Zolpidepam (ambient), obat golongan hipnotik nonbenzodiazepin dari


kelas imidazopiridine, dimana disetujui oleh FDA pada tahun 1992 sebagai
obat kerja pendek untuk insomnia.
• Zolpidem secara selektif mengikat reseptor alpha 1 subunit dari GABAA dan
memproduksi efek sedatif dan hipnosis yang kuat tanpa adanya efek
anxiolitik, miorelaxan, antikonvulsan yang terdapat pada benzodiazepine.  
• •Karena onset yang cepat dan durasi kerja obat pendek, sehingga zolpidem
digunakan untuk sleep-onset insomnia. 
ZALEPLON

• Zaleplon (sonata) ,obat kerja pendek untuk insomnia. Secara selektif


mengikat reseptor alpha 1 subunit GABAA .
• Obat ini sangat cepat diabsorbsi dan memiliki waktu paruh yang singkat yaitu 1
jam.
• Tidak ditemukan adanya toleransi obat atau efek rebound.
• Sakit kepala, pusing merupakan efek samping paling umum
• Pada dasarnya obat ini digunakan untuk sleep onset insomnia karena waktu
paruhnya pendek serta tidak ditemukan efek hang over
ESZOPICLONE 

• •Eszopiclone (Lunesta, Sunovion) ​adalah agen hipnotis non-BZD yang


disetujui untuk pengobatan insomnia jangka panjang
• •Karena paruhnya yang lebih panjang,
• •Rasa tidak enak, sakit kepala, mengantuk, dan pusing
RAMELTEON

• Ramelteon (rozerem) adalah melatonin reseptor agonis dengan selectivitas yang


tinggi terhadap reseptor MT1 dan MT2 di nucleus suprasiasma di hipotalamus.
• memberikan efek tertidur dan memelihara ritme sirkadian. Waktu paruh obat
ini pendek yaitu berkisar 1-6 jam , sehingga cocok untuk sleep-onset insomnia
atau sleep -maintenance insomnia.
• Ramelton secara signifikan meningkatkan total waktu tidur pada chronic insomnia
dan pasien lansia dengan chronic insomnia.
• pusing, musal dan kelelahan. Tidak mempengaruhi keseimbangan seperti
(zolpidem ,eszopiclone). Obat ini tidak terkait dengan efek kognitif atau
psikomotorik.
ANTIDEPRESAN

• Dosis rendah pada antidepresan yg memiliki efek sedasi seperti trazodone


(desyrel), amitriptyline (elavil), doxepine (sinequen, adapin) dan mirtazapin
(remeron) sering diresepkan pada pasien bukan depresi untuk pengobatan
insomnia.
• antidepresan sering diberikan untuk insomnia karena pemberiannya tidak
terjadwal, relatif tidak mahal, dan memiliki sedikit potensi untuk
disaalahgunakan.
• Namun demikian harus digunakan secara konservatif untuk insomnia karena
keberhasilannya terbatas dan berpotensi menghasilkan efek samping yang
bermakna.
ANTIHISTAMIN

• Three – diphenhydramine hydrochloride , dypenhydramine citrate dan


doxylamine yang sering digunakan untuk membantu tidur .
• efek samping penggunaanya adalah pusing, lemah, mual pada 10 – 25% pada
orang yang menggunakan obat ini.
• Tidak ada gejala ketergantungan obat. Karena sifat penenang dan
antikolinergiknya yang berkepanjangan, penggunaan difenhidramin dan
doksilamin umumnya tidak dianjurkan pada populasi lanjut usia.
MELANTONIN

• Melatonin, hormon kelenjar pineal yang terlibat dalam pengaturan tidur, tersedia
tanpa resep terutama sebagai suplemen nutrisi, tetapi juga digunakan untuk
mengobati insomnia yang berhubungan dengan penyebab sekunder, seperti jet lag
dan kerja shift.
• Dosis farmakologis (3,0 mg) juga meningkatkan kualitas tidur, tetapi menyebabkan
hipotermia dan menyebabkan melatonin plasma tetap tinggi pada siang hari.
• Tidak efektif dalam mengobati sebagian besar gangguan tidur primer dengan
penggunaan jangka pendek (empat minggu atau kurang).
• Karena relatif kurangnya data efikasi dan keamanan yang kuat, melatonin tidak
direkomendasikan untuk pengobatan insomnia kronis.
HERBAL TREATMENTS

• Valerian
• Produk herbal yang terdiri dari akar Valeriana officinalis, telah digunakan
untuk mengobati insomnia sejak zaman Yunani dan Romawi kuno. Tampaknya
berinteraksi dengan neurotransmisi GABA-ergic, sehingga menghasilkan efek
sedatif.
• Meskipun beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa valerian berguna
untuk pengobatan pasien dengan insomnia, yang lain tidak.
• tidak direkomendasikan untuk digunakan pada pasien.
HERBAL TREATMENTS

• Kava
• Produk herbal kava, yang berasal dari semak (Piper methysticum) yang
dibudidayakan di kepulauan Pasifik, tampaknya bekerja pada tempat pengikatan
GABA dan BZD, menghasilkan efek sedatif, antikonvulsif, antispasmodik, dan
relaksan otot sentral.
• Produk yang mengandung kava yang dijual bebas digunakan sebagai terapi
alternatif untuk kecemasan, stres, dan kegelisahan—penyebab utama insomnia
kronis.
• Pada tahun 2002, FDA memperingatkan bahwa cedera hati yang parah dapat
terjadi akibat penggunaan produk yang mengandung kava.
BARBITURAT

• Depresi SSP yang dicapai dengan barbiturat dapat berkisar dari sedasi ringan
sampai anestesi umum. Selain itu, dosis hipnotis obat ini dapat menurunkan
latensi tidur dan jumlah bangun.
• Sebagai kelas, barbiturat disetujui FDA namun, tidak direkomendasikan untuk,
karena efek sampingnya yang signifikan : potensi overdosis yang fatal,
indeks terapeutiknya yang rendah, dan potensi toleransi dan
ketergantungan.
ATYPICAL ANTIPSYCHOTICS

• •Meskipun tidak disetujui FDA untuk pengobatan pasien insomnia, obat


antipsikotik atipikal, seperti quetiapine, olanzapine, dan risperidone , biasanya
diresepkan untuk gangguan tidur.
• Sedasi yang terkait dengan obat ini dihasilkan dari efek antagonisnya pada
beberapa sistem neurotransmiter, terutama reseptor serotonin (5-HT2) dan
histamin (H1).
• Quetiapine adalah antipsikotik yang paling sering diresepkan untuk
insomnia.
• ES: sindrom metabolik dan efek ekstrapiramidal, membuat
THANK YOU !

Anda mungkin juga menyukai