Anda di halaman 1dari 37

OKSIGENASI

Oleh
Indriatie.,SKp.,M.MKes
Sub.Pokok Bahasan :
 Konsep Dasar oksigenasi.

 Reviw Anatomy Fisiologi sistem pernafasan

 Faktor- faktor
yang mempengaruhi oksigenasi
 Gangguan oksigenasi

 Tindakan pemenuhan kebutuhan oksigenasie.

03/22/22 INDRI-KDM I-ELIMINASI URINE 2


PENGERTIAN
OKSIGENASI adalah upaya pemenuhan
kebutuhan oksigen dalam tubuh dengan
cara melancarkan saluran masuknya
oksigen dengan cara (1) melancarkan
saluran masuknya oksigen atau (2)
memberikan aliran gas oksigen
sehingga konsentrasi oksigen meningkat
dalam tubuh.
SISTEM PERNAFASAN (1)

VENTILASI – PERFUSI – DIFUSI


SISTEM PERNAFASAN (2)
• Pada keadaan istirahat frekuensi
pernafasan 12-15 kali per menit. Ada 3
langkah dalam proses oksigenasi yaitu
ventilasi, perfusi paru dan difusi.

proses gerakan darah pergerakan molekul dari


keluar melewati area dg konsentrasi
masuknya sirkulasi paru tinggi ke area
udara dari untuk konsentrasi rendah,
dan ke dioksigenasi. terjadi antara alveolus dg
paru-paru. membrane kapiler.
SISTEM PERNAFASAN YANG
TIDAK ADEKUAT

OKSIGENASI

KERUSAKAN ORGAN/OTAK *) Hipoksia yaitu suatu


kondisi tidak
tercukupinya oksigen
sampai jaringan.
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI OKSIGENASI
1. Tahap perkembangan (bayi, anak, dewasa dan
orang tua)
2. Lingkungan (tempat kerja, suhu dan ketinggian)
3. Gaya hidup (nutrisi, exercise, merokok, sering
cemas berlebihan)
4. Status Kesehatan (riwayat sakit paru sebelumnya)
5. Narkotika
6. Perubahan pola nafas
7. Obstruksi jalan napas
TANDA AWAL HIPOXIA
1. Peningkatan nadi
2. Peningkatan rata-rata dan kedalaman
pernafasan
3. Sedikit peningkatan sistole (tekanan darah
atas)
4. Mual, muntah, kencing sedikit/tidak ada,
nyeri kepala dan kehilangan memori

Kecukupan oksigen merupakan kebutuhan


pokok untuk berfungsinya otak.

Otak hanya dapat mentolerir hipoksia selama 3-5 menit


sebelum terjadi kerusakan permanen.
TUJUAN PEMBERIAN OKSIGENASI

1. Untuk
mempertahankan
oksigen yang
adekuat pada
jaringan
2. Untuk menurunkan
kerja paru-paru
3. Untuk menurunkan
kerja jantung

Pulse Oxymetri: alat (portabel) untuk


mengetahui kadar oksigen di jaringan
(SpO2). Nilai normalnya: 100%
PEMBERIAN OKSIGEN
Merupakan proses memberikan oksigen ke
dalam paru-paru melalui saluran pernafasan
dengan menggunakan ALAT BANTU OKSIGEN.
Pemberian oksigen dapat dilakukan jika
terdapat:
1. Sumber oksigen
2. Alat-alat seplementasi seperti: kanul nasal
dan beberapa macam sungkup muka
SUMBER OKSIGEN
TABUNG OKSIGEN

FLOW METER

HUMIDIFIER
ALAT SUPLEMENTASI OKSIGEN (1)

• KANUL NASAL

• Kecepatan aliran 1-6 liter per


menit (lpm)
• Maksimal fraksi oksigen (FiO2)
adalah 44%

Kecepatan aliran % oksigen


1 liter per menit 21-24 %
2 liter per menit 25-28 %
(FiO2) atau fraksi
3 liter per menit 29-32 %
oksigen inspirasi
adalah konsentrasi 4 liter per menit 33-36 %
oksigen yang 5 liter per menit 37-40 %
dihirup pasien 6 liter per menit 41-44 %
KANULA NASAL
& Selang Oksigen
ALAT SUPLEMENTASI OKSIGEN (2)

• SUNGKUP MUKA SEDERHANA

• Dikenal dengan sungkup muka


Hudson
• Terdapat lubang-lubang kecil di
sekeliling sungkup muka
• Kecepatan aliran 6-10 liter per
menit (lpm) dengan (FiO2) yang
dicapai sekitar 35-60%
• Aliran oksigen tidak boleh kurang
dari 6 lpm karena akan terjadi
penumpukan CO2 karena dead
space mechanic
ALAT SUPLEMENTASI OKSIGEN (3)

• SUNGKUP MUKA NON-REBREATHING

• Dilengkapi kantong reservoar yg terus menerus terisi 02


• Aliran oksigen sebesar 9-15 lpm, mengkasilkan 90-100% 02
• Kantong reservoir harus dijaga kembang-kempisnya
PEMILIHAN ALAT

Nilai Oksimetri Arti Klinis Pilihan Alat


95-100% Dalam batas O2 4 lpm 
normal kanul nasal
90-95% Hipoksia ringan Sungkup muka
sampai sedang sederhana

85-90% Hipoksia sedang Sungkup muka dg


sampai berat reservoir O2
<85% Hipoksia berat Ventilasi dibantu
mengancam jiwa (di RS)
Syarat-syarat Pemberian
Oksigen Meliputi :
• Dapat mengontrol konsentrasi oksigen
udara inspirasi,
• Tahanan jalan nafas yang rendah,
• Tidak terjadi penumpukan CO2,
• Efisien,
• Nyaman untuk pasien.
Indikasi Pemberian Oksigen
• Klien dengan kadar oksigen arteri rendah
dari hasil analisa gas darah,
• Klien dengan peningkatan kerja nafas,
dimana tubuh berespon terhadap keadaan
hipoksemia melalui peningkatan laju dan
dalamnya pernafasan serta adanya kerja
otot-otot tambahan pernafasan,
• Klien dengan peningkatan kerja miokard,
dimana jantung berusaha untuk mengatasi
gangguan oksigen melalui peningkatan laju
pompa jantung yang adekuat.
Berdasarkan indikasi utama tersebut maka terapi
pemberian oksigen dindikasikan kepada klien
dengan gejala :
1.Klien dengan keadaan tidak sadar,
2.Sianosis,
3.Hipovolemia,
4.Perdarahan,
5.Anemia berat,
6.Keracunan gas karbondioksida,
7.Asidosis,
8.Selama dan sesudah pembedahan.
Metode Pemberian Oksigen

Dapat dibagi menjadi 2 tehnik, yaitu :


1.Sistem Aliran Rendah
• Kanula nasal
• Kateter nasal
• Sungkup muka sederhana,
• Sungkup muka dengan kantong rebreathing,
• Sungkup muka dengan kantong non
rebreathing.
2. Sistem Aliran Tinggi
Sistem Aliran Tinggi
• Teknik pemberian oksigen dimana FiO2 lebih stabil
dan tidak dipengaruhi oleh tipe pernafasan, sehingga
dengan tehnik ini dapat menambahkan konsentrasi
oksigen yang lebih tepat dan teratur.
• Contoh tehnik sistem aliran tinggi adalah sungkup
muka dengan ventury.
• Prinsip pemberian O2 dengan alat ini yaitu gas yang
dialirkan dari tabung akan menuju ke sungkup yang
kemudian akan dihimpit untuk mengatur suplai
ooksigen sehingga tercipta tekanan negatif, akibatnya
udara luar dapat diisap dan aliran udara yang
dihasilkan lebih banyak. Aliran udara pada alat ini
sekitas 4 – 14 liter/mnt dengan konsentrasi 30 – 55%.
Bahaya Pemberian Oksigen

• Kebakaran
• Depresi Ventilasi
• Keracunan Oksigen
LANGKAH PEMBERIAN OKSIGEN
1. Universal precaution (cuci tangan)
2. Hubungan humidifier serta flowmeter
pada tabung oksigen
3. Sambungkan selang kanul/masker ke
selang sumber oksigen/humidifier
4. Cek aliran oksigen (humidifier akan
bergelembung)
5. Atur aliran oksigen sesuai advis atau
indikasi
6. Pasang kanul/masker pada klien dan atur
pengikat untuk kenyamanan klien
7. Observasi dan evaluasi oksigenasi dengan
klinis pasien
8. Kaji setiap 6-8 jam. Dokumentasikan
9. Rujuk dan konsultasi bila perlu
Pengkajian Fisik
A. Batuk :
ada atau tidak, nyeri saat batuk, sputum, sesak saat batuk, jenis batuk :
produktif, non produktif, terus menerus atau tidak, kapan batuk timbul : pagi
atau saat aktifitas.
B. Sputum :
warna, bau, konsistensi : kental atau cair, jumlah, darah dan berbusa.
C. Dispneu (kesulitan bernafas) :
kapan timbul, tingkat toleransi klien terhadap aktifitas.
Tingkatan dispneu yaitu :
• Klasifikasi
• Kondisi I : dapat berjalan normal, tidak dapat naik tangga / gunung.
• Kondisi ii : berjalan i mil tanpa terengah – engah namun tidak secepat
normal
• Kondisi III : terengah – engah (100 meter) atau setelah beberapa menit
berjalan
• Kondisi IV : terengah – engah untuk ADL (pakaian, makan, bicara).
D. Hemoptisis :
Batuk darah
E. Nyeri dada :
nyeri dada biasanya mengikuti irama pernafasan
F. Wheezing :
Suara yang timbul akibat udara melewati saluran yang kecil.
Tanyakan kapan saja timbulnya dan bagaimana cara
menangani kondisi tersebut.
G. Warna kulit :
Sianosis perifer atau sentral.
H. Udema wajah :
biasanya karena infeksi dan pembengkakan sinus.
Tanyakan kapan saja timbulnya.
J. Bentuk dada :
dada burung, sejak kapan mulainya.
k. Bau nafas :
Pengeluaran zat sisa metabolisme, jenis
bau nafasnya, aseton, ureum dan
alkohol.
l. Pola Nafas
1) Eupnea
2) Tachypnea
3) Bradypnea
4) Hyperventilasi
5) Hypoventilasi
6) Cheyne Stokes
7) Kussmaul’s ( hyperventilasi )
8) Apneustic
9) Biot”s
• Tachypnea → nafas yang cepat, dijumpai pada demam, asidosis
metabolik, nyeri, hipercapnea, anoxemia ( penurunan O2 dalam
darah ).
• Bradypnea → nafas yang lambat, dijumpai pada pasien yang
mendapat morphie sulfat ( penyebab depresi respirasi ), asidosis
metabolik, dan pasien dengan PTIK ( peningkatan tekanan
intrakranial, → injuri otak ).
• Hyperventilasi → jumlah udara dalam paru berlebihan. Sering
disebut hyperventilasi elveoli, sebab jumlah udara dalam alveoli
melebihi kebutuhan tubuh, yang berarti bahwa CO2 yang dieliminasi
lebih dari yang diproduksi → menyebabkan peningkatan rata – rata
dan kedalaman pernafasan.
• Hypoventilasi → ketidakcukupan ventilasi alveoli ( ventilasi tidak
mencukupi kebutuhan tubuh ), sehingga CO2 dipertahankan dalam
aliran darah. Hypoventilasi dapat terjadi sebagai akibat dari kollaps
alveoli, obstruksi jalan nafas, atau efek samping dari beberapa obat.
• Cheyne Stokes → bertambah dan berkurangnya ritme
respirasi, dari perafasan yang sangat dalam, lambat dan
akhirnya diikuti periode apnea, o.k gagal jantung kongestif,
PTIK, dan overdosis obat.
• Kussmaul’s ( hyperventilasi ) → peningkatan kecepatan
dan kedalaman nafas biasanya lebih dari 20 x per menit.
Dijumpai pada asidosisi metabolik, dan gagal ginjal.
• Apneustic → henti nafas , pada gangguan sistem saraf pusat
• Biot”s → nafas dangkal, mungkin dijumpai pada orang sehat
dan klien dengan gangguan sistem saraf pusat.
• Normalnya bernafas hanya membutuhkan sedikit usaha.
Kesulitan bernafas disebut dyspnea.
Pemeriksaan laboratorium dan penunjang.

1. Rontgen foto
2. Sputum BTA
3. Bronchoscopy
4. Analisa gas darah.
Diagnosa Keperawatan
• Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d peningkatan
produksi sekret
• Gangguan pertukaran gas b/d gangguan suplai
oksigen
• Nyeri akut b/d inflamasi parenkrim paru
• Resiko infeksi b/d ketikadekuatan pertahanan utama
• Intoleransi aktifitas b/d ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
• Resiko deficit Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
anoreksia yg berhubungan dengan toksin bakteri, bau
dan rasa sputum, dan pengobatan aerosol
Rencana / Tindakan
Keperawatan
• Bersihan jalan nafas takefektif
1.Kaji frekuensi pernafasan dan gerakan dada.
R/ data tidak simestris krn ketidaknyamanan
gerakan dinding dada / ada cairan paru
2.Auskultasi area paru R/ mengetahui normal
dan tidaknya paru
3.Bantu latihan nafas sering R/ memudahkan
ekspansi maksimum paru
Cont….
4. Penghisapan sesuai indikasi R/
merangsang batuk atau bersihan jalan
nafas
5. Berikan cairan minimal 2500 ml/hari
hangat (kecuali kontraindikasi) R/
membantu mengeluarkan secret
Cont….
• Tindakan Kolaborasi
1.Mengawasi efek nebuliser dan fisioterapi
R/ memudahkan pengenceran sekret
2.Berikan obat sesuai indikasi, mukolitik,
ekspektoran, bronkodilator, analgesik R/
menurunkan spasme bronkus (analgetik
hati2 pada bayi  pernafasan)
3.Berikan cairan tambahan
Evaluasi Keperawatan

• Hasil yang di harapkan :


1.Mengidentifikasi/ menunjukan perilaku
mencapai bersihan jalan nafas
2.Menunjukkan jalan nafas paten dengan
bunyi nafas bersihn tidak ada dispnea dan
sianosis
Daftar Pustaka :
• Black, Joyce M. Medical Surgical Nursing ; Clinical Management
For Continuity Of Care, W.B Sunders Company, 1999
• Brunner & Suddarth. Buku Ajar Medikal Bedah, edisi bahasa
Indonesia, vol. 8, Jakarta, 2001
• Carpenito, LYnda Juall. Rencana Asuhan dan Dokumentasi
Keperawatan, EGC, Jakarta, 1999
• Doengoes, Merilin E. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi ketiga,
Jakarta, EGC, 1999
• Engram, Barbara. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah,
EGC, Jakarta, 1999
• Long, Barbara C. Perawatan Medikal Bedah, YIAPK, Bandung,
1996
• Potter, Patricia A. Perry, Anne G. Fundamental of Nursing ;
Concepts, Process and Practice, Mosby Year Book, St. Louis, 1997
• Taylor, Calor. Et al. Fundamentals of Nursing ; The Art and Science
of Nursing Care, Lipincott, Philadelphia, 1997

Anda mungkin juga menyukai